Maaf ya keseringan update mana triple mulu lagi t_t pengen buruburu tamattt hehhhhhe :]
***
"Sebulan aja, ya?"
"Tiga bulan, Haikal. Kalau cuman sebulan nanti kaki kamu gampang cederanya."
"Tapi kelas dua belas.. Haikal nggak bisa skip materi selama tiga bulan."
"Yakin mau masuk karena materi?"
Pertanyaan Papa mojokkin Haikal. Hari ini, setelah dua minggu full di rumah sakit, Haikal diizinin buat pulang. Berita buruknya, waktu di mobil, Papa bilang kalau Haikal nggak bisa kemana-mana selama tiga bulan buat penyembuhan kakinya.
Haikal jelas nggak terima, tiga bulan bukan waktu yang singkat. Dia takut kehilangan waktu berharga sama temen-temennya, apalagi nggak lama dia bakal lulus.
"Belum sebulan masuk udah kasus, kasus, kasus." Papa nyetir sambil nggak berhenti ngomong.
Haikal duduk di jok belakang sama Bi Ani. Dia nggak bisa duduk sendiri di depan. Dan Bi Ani takut nggak sopan kalau deketan sama Papa. Akhirnya kursi roda yang dilipet, disimpen di jok depan.
"Kamu tuh mau masuk sekolah biar ketemu temen, ketemu pacar lah." Katanya nyindir terang-terangan. Haikal nggak tau Papa kenal Andara dari mana, mungkin nggak sengaja denger atau liat waktu Andara jenguk Haikal di rumah sakit selama beberapa hari ke belakang.
"Sekolah cuman embel-embel, aslinya kamu mau main-main, pacaran, mabok segala macem."
"Haikal nggak mabok," sela Haikal marah, nggak terima kalau dia sampe dituduh sesuatu yang belum pernah dia lakuin. Garis bawahi: belum, bukan enggak. Mungkin suatu hari nanti Haikal mau dan pasti coba.
Inget kata Galih, 'Hidup itu cuman sekali, harus dinikmatin. Pake buat coba hal-hal baru. Apapun, selama bukan kriminal, it's okay.'
Sayangnya Haikal nggak bisa nerapin prinsip itu di kehidupannya. Yang dia kenal cuma 'nurutin apa maunya Papa, nurut, nurut, nurut, jangan ngebangkang.' udah itu aja.
"Nggak sama belum itu beda, Kal." Papa seolah-olah bisa baca pikiran Haikal.
Tahun ini beneran apes banget buat Haikal. Dia kena masalah berkali-kali. Yang awalnya cuma skorsing tiga hari berujung libur tiga bulan. Nggak tau deh selama itu dia mau ngapain. Yang bikin tahun ini kerasa mendingan tuh karena, Haikal udah punya Andara sekarang.
Sampai di rumah, Haikal duduk di kursi roda. Oke, kaki kirinya belum bisa dia gerakin sama sekali. Karena itu Papa suruh Haikal buat sementara tidur di kamar bawah, biar nggak ribet kemana-mana. Nanti kalau dirasa cukup sehat, dia bisa balik ke kamarnya di lantai atas.
Jenuh.
Sepulang dari rumah sakit, kerjaannya bangun, tidur, makan, nyalain televisi, buka hp—yang layarnya retak karena kebanting waktu kecelakaan. Manggil Bi Ani, bantuin duduk di kursi roda. Jalan-jalan keliling ke halaman belakang. Balik lagi ke kamar, tiduran. Gitu aja terus selama berhari-hari, nggak ada aktifitas lain yang bisa dia lakuin.
Seminggu pertama badannya mulai fit lagi. Nggak ada keluhan apapun. Haikal sampe heran sendiri kenapa dia bisa sehat secepet itu. Dokter yang rutin dateng ke rumah buat ngecek sekaligus ganti perban di wajah sama tangan Haikal aja bilang kalau Haikal imun tubuhnya bagus. Makanya cepet sembuh.
Haikal mah mikirnya, karena dia sering dijengukin Andara. Jadi bawaannya seneng terus, otomatis cepet sehat. Apalagi waktu Andara dateng dan bilang kalau dia lolos seleksi olimpiade dan lanjut ke jenjang nasional bulan depan. Rasa senengnya berkali-kali lipat. Andara bilang, ini hadiah dari dia buat satu bulannya hubungan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Haikal [ ✓ ]
Fanfic❝Kal, hidup itu perjalanan panjang yang nggak ada petanya. Makanya dinamain petualangan.❞ Hidup itu perjalanan singkat, Dara. Sesingkat mimpi buruk--semenyiksa itu. ••• a teenfic story, skz local ; remake from another work. tw! harsh words, ( s ) wo...