Justness and impartiality revealed

968 110 180
                                    

Kudunya ini jam aku maen SSSM tapi kaga bakal bisa konsen kalo lom apdet jadi aku apdet dolo aja nih

.

.

.

.

[flashback]

"Yunho jawab aku!"

Air mata kekhawatiran Mingi mengalir keluar membuat lintasan di sepasang pipinya. Ia tidak bisa membiarkan ini terjadi, jadi ia menceburkan diri untuk membawa Yunho kembali ke daratan.

Ia berenang, menyelam di dalam danau mencari tubuh kekasihnya. Ia yakin telah sampai pada spot dimana ia melempar Yunho, tapi ia tidak bisa menemukannya. Namun ia tidak akan menyerah, jadi ia menyelam lebih dalam. Hingga ia melihat sosok merman berenang menghampirinya. Seorang pria dengan bagian bawah tubuh menyerupai ikan dengan sirip biru yang indah berkilauan. Rambutnya biru, wajahnya seperti Mingi kenal.

Tidak mungkin.

Phaedon?

Kedua tangan Yunho menggapai Mingi, membawa wajah keduanya mendekat. Mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibirnya. Memejamkan mata perlahan, sang putra Hades menikmati waktu yang ia gunakan untuk menerima sentuhan berlandasakan ketulusan cinta.

[flashback end]

.

.

.

Yeosang bukan seseorang yang cengeng. Dibesarkan menjadi demigod, dengan jati diri yang setengah-setengah membuat kebanyakan anak-anak dewa dan dewi ini memiliki masa kecil yang ... bukan tidak ideal, menarik saja. Tidak seperti kebanyakan manusia normal.

Yeosang sendiri pada dasarnya memang bukan seseorang yang sering secara terbuka menunjukkan emosinya.

Jadi kali ini ia menangis atas kegagalannya menyelamatkan kedua temannya, ia pikir cukup wajar tiba-tiba saja benteng emosinya tertembus berbagai macam perasaan. Variasi dari rasa bersalah, duka dan penyesalan.

Ia seharusnya memperingatkan soal Jihoon, ia sudah dapat merasakan vibe yang tidak menyenangkan dari lelaki itu sejak awal Jihoon sekamar dengan Mingi. Lagipula seseorang seharusnya memberi kelonggaran dari peraturan dan membiarkan Yunho dan Mingi sekamar saja, untuk merawat bayi dalam kandungan Yunho. Kedengarannya masuk akal.

Yeosang tidak mengerti kenapa tidak ada yang mencoba.

Tapi sudahlah.

Semuanya sudah terlambat juga.

Yeosang tidak tahu apa ia bisa hidup dengan perasaan bersalah akan kegagalan ini. Ia tidak tahu. Jadi ia hanya bisa menangis, membiarkan air matanya mengalir sambil menatap ke air tenang yang bergeming.

Di tengah kesedihannya, Yeosang sempat-sempatnya penasaran apakah Seonghwa dan Wooyoung sama sedihnya dengannya. Yang tentu saja saat ia melihat kedua temannya itu, mereka juga menangis. Sama seperti dirinya.

Tapi setelah itu ada hal yang lebih menarik untuk ia lihat karena hal itu sangat mencolok dan benar-benar mengalihkan perhatiannya dari Seonghwa dan Wooyoung.

Permukaan perairan itu sesungguhnya masih tetap datar dan tenang, tak terusik. Sama seperti sebelumnya. Yang membuatnya berbeda kali ini adalah, ada seberkas cahaya menembus dari bawah danau. Membuat Yeosang secara spontan membulatkan mata. Mengelap ingus dan air matanya, takutnya ia berhalusinasi akibat perasaan bersalahnya.

"Polytron. Kleopatra," ia mungkin terdengar memanggil kedua temannya. Tapi sepasang matanya tidak bisa mengalihkan tatap dari cahaya itu.

Yang dipanggil, menoleh pada Yeosang. Kemudian arah pandang keduanya mengikuti apa yang Yeosang lihat tanpa ia memintanya. Bagaimanapun itu cahaya, dari dasar danau. Bukan sesuatu pemandangan normal yang akan terlewatkan pandangan keduanya.

[Sudah Terbit] 🔞 Dancing Like Butterfly Wings 🦋 YunGi [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang