Masih terlalu pagi untuk mengeluh perihal kemacetan di Jakarta. Namun, kapan sih Jakarta gak macet di pagi hari?
Gak macetnya Jakarta cuma berlaku saat lebaran aja!
Gue mengembuskan napas kasar, suara klakson yang bersahutan membuat kepala gue terasa pusing. Andai saja gue bisa teleportasi, pasti semua akan terasa mudah. Kesialan gue pagi ini tak berhenti sampai di situ, di sela-sela kemacetan, netra gue menangkap dua sosok makhluk gaib yang menatap aneh ke arah gue. Rupa mereka terlihat seperti manusia pada umumnya, hanya saja telinga mereka terlihat begitu panjang.
Kedua makhluk itu menghampiri gue, kemudian salah satunya berkata, "Ini yang dicari sama temanmu, 'kan?"
Yang di sebelahnya pun menyahut, "Iya, ini dia yang dicari."
Alis gue bertautan mendengarnya. Kedua makhluk ini sedang membicarakan gue? Siapa yang mencari gue? Ada keperluan apa?
Merasa tengah dibicarakan oleh mereka, gue memberanikan diri untuk bertanya, "Kenapa?"
Mereka dengan senyum sumringahnya menjawab, "Ada yang cariin di Stasiun Manggarai."
Manggarai? Siapa yang mencari gue di stasiun itu? Seingat gue, gue tak ada janji dengan siapa pun di sana. Makhluk yang berbicara tadi kembali berucap, "Datang aja ke sana, nanti juga tahu sendiri."
Usai mengatakannya, mereka pergi meninggalkan gue begitu saja dengan segudang tanda tanya. Bisa-bisanya gue jadi penasaran gara-gara omongan mereka? Tak mau ambil pusing, gue memilih untuk pergi ke Stasiun Manggarai yang kebetulan tak begitu jauh dari sini, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jadi, gue pun turun dari ojek pangkalan yang gue naiki dan menyambung perjalanan dengan jalan kaki.
Sepuluh menit sudah kaki gue menelusuri wilayah ini hingga akhirnya gue sampai di Stasiun Manggarai. Gue mengedarkan pandangan, mencari keberadaan sosok yang dimaksud oleh kedua makhluk tadi. Namun, tiba-tiba saja gue dikejutkan dari arah belakang oleh makhluk yang dulu pernah gue temui di sini.
Iya, si informan gaib itu!
"Dor! Kaget gak?" tanyanya dengan kekehan.
"Oh, jadi kamu yang cari aku?" kata gue kepadanya, "ada urusan apa?"
"Santai aja dong ngomongnya, aku mau kasih penawaran menarik nih buat kamu," sahutnya yang membuat gue berdecak pelan.
"Ck, penawaran apa?"
Ia tersenyum. "Aku mau jadi informan gaibmu, tapi izinkan aku ikut denganmu. Aku ingin berteman denganmu, Ames."
"Oke, setuju," ujar gue tanpa pikir panjang. Toh, gak ada ruginya juga berteman dengan dia. Kelihatannya makhluk ini juga baik. "Tapi ada syaratnya."
"Syarat apa?" Dengan penuh antusias, ia bertanya demikian.
"Kasih tahu dulu nama kamu kalau mau jadi temanku." Gue tidak mau berteman dengan orang yang gak gue ketahui namanya. Oleh karena itu, gue harus tahu dulu nama makhluk ini.
"Oh, namaku Harai." Ia mengulurkan tangannya seolah mengajak gue berjabat tangan layaknya manusia.
"Harai? Kayak nama Jepang?"
"Hahaha, semua manusia yang berkenalan denganku pasti berkata begitu. Harai memang salah satu kata dalam bahasa Jepang, tetapi itu bukan arti dari namaku. Panggil aku Harai sebab aku adalah Hantu Manggarai," paparnya dengan gaya menyombongkan diri.
Oh, ternyata Harai itu singkatan dari Hantu Manggarai, kreatif juga namanya. Gue ber-oh ria menanggapi paparannya. "Oke deh. Omong-omong, aku mau pergi ke Blok M, kamu mau ikut?"
"Wah, aku mau ikut!" teriak Harai dengan penuh semangat, "kamu mau pergi ke sana naik apa?"
"Entah, kayaknya naik commuter line, terus sambung naik Transjakarta." Ya, hari ini gue akan menjadi bolang alias bocah petualang. Gue mau menelusuri sudut kota Jakarta dan kegiatan ini akan lebih mudah dilakukan dengan menaiki kendaraan umum. Kalian sesekali harus mencoba berkeliling Jakarta dengan transportasi umum!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Jakarta [CITY]
Ficção Geral[Reality World] 17+ Tiap insan yang lahir di Bumi tentu memiliki pesonanya masing-masing, tetapi mereka tidak dapat memilih di mana mereka akan dilahirkan. Jakarta bukan hanya sekadar tempat Tuhan menapaskan hidupnya, menjelajah lebih jauh dari itu...