Tak lama setelah mengabari ayah kalau gue akan pulang terlambat, kami beranjak pergi meninggalkan TMII. Mas Raya bilang, mereka yang akan mengantarkan gue pulang. Perjalanan dari TMII menuju rumah gue tidak terlalu jauh sebenarnya, tetapi bisa memakan waktu hampir satu jam karena macetnya lalu lintas ibukota.
"Aku gak nyangka ternyata kamu menang, Len!" ujar Hendrick sambil tertawa pelan.
"Wah, Mas Hen meragukan aku?" balas Khalen tak mau kalah, "gini-gini aku memang berbakat menari!"
"Gini-gini iki miming birbikit miniri!" ledek Hendrick dengan wajah tengilnya.
Khalen mengerucutkan bibirnya, kesal dengan ledekan kakaknya. Di saat adik dan kakak itu tengah asyik berbincang, Mas Raya tanpa suara hanya fokus menyetir. Matanya tak berpaling dari jalanan yang ada di depannya. Gue yang duduk di sebelah Mas Raya pun berusaha untuk mengajaknya mengobrol, tetapi sepertinya Mas Raya sedang tidak ingin diganggu.
"Kusut amat mukanya, Mas!" kata Hendrick sembari menepuk pundak Mas Raya, "mikirin apa sih?"
"Hmm? Gak mikirin apa-apa," jawab Mas Raya datar.
Hendrick kembali memancing Mas Raya. "Katanya gak mikirin apa-apa, tapi mukanya seperti lagi mikirin utang negara."
Kami semua tertawa mendengar pancingan yang dilontarkan Hendrick, terkecuali Mas Raya. Laki-laki itu masih setia dengan wajah datarnya. Melihat reaksi Mas Raya yang demikian, gue mencoba menduga-duga alasan dibalik raut wajahnya tersebut.
"Mikirin anak kamu, ya?"
"HAH? ANAK?" teriak Hendrick dan Khalen serempak.
"Mas Raya sejak kapan punya anak?" sambung Khalen yang mendadak histeris.
Sementara itu, Mas Raya menghela nafas dan mengangguk pelan. Seperti yang gue duga, ia memang sedang memikirkan Lobak, Lada, dan Lily. Namun, anggukan kepala Mas Raya rupanya disalahartikan oleh kedua adiknya. Khalen dan Hendrick mengira anggukan kepala Mas Raya adalah jawaban atas pertanyaan Khalen.
"Papa dan mama udah tau?" Hendrick bertanya kepada Mas Raya.
Namun, Mas Raya tidak menjawabnya. Justru ia kembali menghela nafasnya, Kali ini helaannya terdengar lebih berat dari sebelumnya. "Anak yang dimaksud sama Ames itu si Lobak dan kawan-kawannya."
Sontak saja Khalen dan Hendrick ber-oh ria mendengar penuturan Mas Raya. "Oh, itu mah bukan anak, tapi majikannya Mas Raya!"
Gue tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Majikan Mas Raya? Berarti Mas Raya adalah babu mereka? Membayangkan seorang Raya Gunawan menjadi babu dari para kucing sungguh menggelitik perut gue. Kami melanjutkan gurauan kami sampai akhirnya kami melewati sebuah gedung tua yang menjulang tinggi di Jakarta.
Ya, itulah Menara Saidah.
Bagi warga Jakarta, khususnya Jakarta Selatan, tentu sudah tidak asing dengan menara ini. Menara Saidah terletak di daerah Pancoran, arsitektur bangunannya terlihat sangat unik karena bercorak Romawi. Setahu gue, gedung ini pada awalnya memiliki 15 lantai, tetapi setelah direnovasi besar-besaran, gedung ini memiliki total 28 lantai.
"Itu menara apa, Mas?" tanya Khalen yang menyadari adanya eksistensi Menara Saidah.
"Namanya Menara Saidah," sahut gue walaupun bukan gue yang ditanya.
"Oh, jadi itu Menara Saidah? Aku pernah baca, katanya menara ini terkenal angker. Memangnya itu benar, ya?"
Mengangguk, gue mengiakannya. Menara Saidah seringkali dikenal sebagai gedung miring dan gedung angker. Disebut gedung miring sebab pada tahun 2007, gedung ini dinyatakan memiliki pondasi yang miring beberapa derajat. Untuk mengantisipasi keselamatan penghuni gedung dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, gedung ini pun ditutup. Dari situlah awal mula dikenalnya Menara Saidah sebagai gedung miring di Jakarta.
Kali ini giliran Hendrick yang bertanya, "Kak Ames bisa tahu gedung ini angker dari mana? Memangnya Kak Ames pernah masuk?"
"Belum pernah, tapi sering lewat sini." Gue menatap gedung itu, memerhatikannya dari ujung atas sampai ujung bawah yang nampak.
"Pasti Kak Ames pernah lihat penampakan, ya? Makanya Kak Ames bilang gedung itu angker!" ucap Khalen bergidik, "ayo spill apa yang Kak Ames lihat di sana!"
Belum sempat gue membuka mulut untuk meladeni ucapan Khalen, Mas Raya sudah lebih dahulu menjawab, "Gak perlu melihat penampakan untuk tahu kalau gedung itu angker. Gedung yang udah lama gak ditempati seperti itu memang kental dengan stigma angker."
"Huh? I didn't ask you, anyway. But thank you." Khalen berdecak sebal karena Mas Raya seolah memotong pembicaraan kami.
Setelahnya, semua kembali hening. Mas Raya fokus menyetir, Khalen dan Hendrick sibuk dengan ponsel mereka. Sementara itu, gue hanya melihat pemandangan malam Jakarta dari kaca mobil. Pikiran gue berkelana, memikirkan banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di kepala gue. Akan tetapi, semua itu terhempas begitu saja ketika mata gue tidak sengaja menangkap tatapan Mas Raya yang melirik.
Mas Raya mengalihkan pandangannya, membuang wajahnya dari gue. Ada sebuah perasaan aneh yang bergejolak di dalam tubuh, gue menolehkan kepala, menaruh tatapan berjutaan arti kepada Mas Raya. Seolah bisa telepati, Mas Raya membalas tatapan gue walau hanya sekilas.
Sial, kenapa gue jadi deg-degan?
Jemari gue reflek menyentuh dada, merasakan debaran yang tidak biasa. Kenapa jantung gue berdegup amat cepat setelah bertatapan dengannya? Atmosfer mobil ini berubah dan sepertinya kedua adik Mas Raya dapat merasakannya.
"Kok sepi banget ya, nyalain lagu dong, Mas!" kata Hendrick kepada Mas Raya. Tanpa membalas kata-katanya, Mas Raya langsung menyalakan lagu. Sebuah lagu yang tak asing terputar, rupanya Mas Raya memutar lagu dari Maroon 5 yang berjudul "My Heart Is Open".
Gue tahu kalau Mas Raya adalah penggemar Maroon 5 karena tiap kali gue berkunjung ke apartemennya, ia sering kali memutar lagu-lagu dari band legendaris tersebut. Dengan khidmat, gue mendengarkan tiap bait lirik dari lagu ini. Tidak ada yang aneh, semua berjalan seperti biasa sampai Mas Raya menggumamkan lirik dari lagu ini sembari melirik gue.
"Don't be afraid to give your heart to me. And if you do, I know that I won't let you down ...."
️🏙️🏙️🏙️
author's note:
HALO SEMUA, SELAMAT KEMBALI BERJUMPA DENGAN SHANERTAJA!!maaf aku lupa update kemarin malam, padahal udah janji mau update 😔 tapi sebagai gantinya, aku akan double updates hari ini!
ini adalah foto Menara Saidah. kalo kalian lewatin Jalan Cawang - Tebet, pasti bakalan lihat gedung ini menjulang tinggi di sisi kiri atau kanan kalian!
source: mapio.net
see u nanti malam! kalau aku lupa update, teror aja di DM Instagram atau Wattpad, ya! HAHAHA 😘
-shanertaja
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Jakarta [CITY]
Fiksi Umum[Reality World] 17+ Tiap insan yang lahir di Bumi tentu memiliki pesonanya masing-masing, tetapi mereka tidak dapat memilih di mana mereka akan dilahirkan. Jakarta bukan hanya sekadar tempat Tuhan menapaskan hidupnya, menjelajah lebih jauh dari itu...