Track 17 - Warning

353 19 2
                                    

"Koma? Maksud lo?" tanya Revan semakin bingung.

"Sepertinya gue harus pulang sekarang," kata laki-laki bertudung hitam yang ada di hadapannya.

"Gak. Lo harus jelasin maksud lo."

"Apa lo tuli? K-O-M-A. Apa lo gak tau koma itu apa? Lebih baik cari di Google. Gue harus buru-buru sekarang. Intinya adalah, lo siap-siap aja... Revan."

Akhirnya, cowok itu memberikan senyum kepada Revan lalu pergi dari hadapannya dan memasuki mobil. Sementara Revan hanya bisa berdiam diri, sampai mobil jeep hitam itu berjalan dan hilang dari pandangannya. Jantung Revan berdetak tidak karuan sampai-sampai rasa pusingnya telah hilang tiba-tiba, dan di gantikan dengan sekelebat pikiran tentang Tyler yang menghantuinya.

"Tyler... masih hidup?" gumam Revan dengan raut wajah ngeri.

•••

"Kenapa, Vril?" tanya Rainold lalu melirik Avril dengan penasaran.

Kepala Avril masih menengok ke belakang dengan raut wajah bingung. Baru saja dia melihat jeep hitam yang hampir sama seperti punya Tyler dulu. Masih dengan raut wajah yang sama, Avril kembali seperti posisi duduk awalnya. Dahinya tidak berhenti mengerut seakan-akan dia sedang bingung luar biasa.

"Lo kenapa, sih? Abis liat apaan?" tanya Rainold lalu memberhentikan mobilnya.

"Ah, itu... kayak mobil temen gue. Tapi kayaknya gak mungkin, deh. Mobil jeep hitam itu kan banyak, gak cuma punya dia doang."

Rainold mengerutkan keningnya lalu mengangguk-ngangguk. "Ngomong-ngomong, kita udah sampe di rumah lo nih- lah? Kok ada Revan? Ngapain dia di situ?"

Avril langsung mengikuti arah pandangan Rainold dan ternyata benar. Ada Revan yang tengah melamun dengan raut wajah ngeri. Ya ampun, matilah gue, batin Avril dalam hati.

Avril langsung turun dari mobil Rainold dan berlari kepada Revan yang wajahnya masih sama pucatnya seperti tadi pagi. Tapi, ada yang aneh dari wajah cowok itu. Sekarang, kekuatan kembar Avril mulai aktif dan dia bisa merasakan kalau Revan tengah takut setengah mati.

"Rev, lo gak apa-apa?" tanya Avril khawatir.

Revan mengangguk pelan. Kemudian matanya bergerak ke arah tempat Rainold berdiri yang kini sedang menatap Revan dengan bingung. Mata Revan langsung melotot ketika sadar bahwa Rainold berada di hadapannya sekarang.

"Lo ngapain di rumah Avril?" tanya Rainold pada akhirnya.

"Um... gue..." Revan melirik Avril, dan gadis itu juga sama bingungnya.

"Kok lo pake baju rumah gitu? Lo nginep di rumah Avril?" tanya Rainold lagi, sekarang benar-benar curiga.

Mati. Gue mati. Matilah gue. Harus jawab apa? Ini gawat!

"Kalian berdua..." mata Rainold melihat Avril dan Revan bergantian dengan sorot mata yang aneh.

Revan dan Avril saling berpandangan dan akhirnya mengerti maksud Rainold. "Enggak! Gak mungkin! Gue sama dia- enggak!" jawab Avril dan Revan berbarengan.

Rainold mengerutkan keningnya kemudian menatap Revan dan Avril bergantian. Mulai ada hawa yang tidak mengenakkan yang muncul di antara mereka bertiga, dan tentunya itu semua berasal dari Revan dan Avril. Tapi, Rainold mulai menyadari sesuatu. Sesuatu yang tidak mungkin baginya. Di sisi lain, Rainold merasa ada sebuah sesuatu di antara Revan dan Avril yang tidak dapat Rainold pecahkan saat pertama kali melihat Revan dan Avril di sekolah.

Bentuk wajah yang sama, tinggi yang hampir sama, dan sama-sama berwajah blasteran. Rainold melotot saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang