Track 16 - Plan #3

267 14 2
                                    

"Gimana? Udah jauh lebih baik?"

Revan mengangguk. "Ya. Makasih ya dedek Brooklyn."

"Okay, seriously, you need to stop calling me that."

"Lo juga harus berhenti ngomong bahasa inggris setiap kesel sama gue. Kita lagi di Indonesia, bukan di Amrik. Lagipula kita itu blasteran Jerman, dasar aneh."

Avril cuma bisa memutar bola matanya dengan malas dan membenarkan selimut Revan dengan setengah hati. 

Sekarang Revan ada di rumah Avril sekarang karena ibunya terus memaksa Tante Tata untuk membiarkan Revan tinggal dengannya sampai Revan benar-benar sembuh. Hal ini sungguh amat disayangkan oleh Avril, karena... Revan itu menyusahkan.

"Gue gak bisa lama-lama. Udah ada janji sama Trishia," kata Avril lalu mengecup pipi Revan singkat.

"Ngapain lo nemuin tuh nenek lampir?" tanya Revan dengan curiga.

"Yaelah, gue nemenin dia ke Mall doang, Revan. Tenang aja napa, sih."

"Pokoknya apapun yang terjadi, jangan percaya secuil upil pun sama Trishia."

"Iya! Gue cabut, ya."

Avril pun keluar dari kamar Revan dengan berat hati, berharap semoga tidak ada hal aneh yang terjadi padanya hari ini.

•••

Avril dan Trishia akhirnya sampai di mall yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Trishia pun langsung menarik tangannya ke dalam salah satu toko pakaian yang terkenal karena kemahalannya itu dan juga itu salah satu toko favorit Avril.

"Wow, ini bagus gak, Vril?" tanya Trishia sambil meletakkan sebuah dress di depan tubuhnya.

"Hm... bagus sih, tapi gak worth it," jawab Avril sambil memegang dress itu dengan serius.

Trishia menghela nafas dan kembali meletakkan dress tersebut di tempat semula. Kemudian, lagi-lagi Trishia menarik tangannya ke bagian jaket lalu mengambil salah satu leather jacket yang ada.

"Ini bagus, gak?" tanya Trishia lagi.

"Bagus. Tapi lo maunya beli baju tema apa, nih?"

"Hm, ya baju buat sehari-hari aja yang casual."

Avril berpikir keras lalu matanya bergerak ke arah bagian crop top. "Gimana kalau lo coba pake crop top garis-garis itu sama mini skirt yang lo pake sekarang? Oh, iya, sama ankle boots-nya juga."

Trishia mengerutkan keningnya lalu mengangguk.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya acara belanja mereka selesai juga. Tanpa ditanya pun Avril sudah pasti sangat lelah jika hanya di lihat dari wajahnya yang lesu. Pertanda belum makan.

"Vril, kita gak langsung pulang, ya? Gue harus nemuin Rainold dulu. Gak apa-apa, kan?"

"Dimana?"

"Di kafe deket sekolah itu, lho."

Tanpa pikir panjang Avril langsung mengangguk.

•••

Ini tidak sesuai ekspetasi Rainold. Awalnya dia mengira Trishia hanya ingin kencan seperti dulu, tapi gak taunya dia malah mengajak Avril. Untuk beberapa saat Rainold sangat kecewa.

"Jadi, alasan lo nyuruh gue untuk bergaya kayak Avril sehari-hari karena gue juga nemenin lo ke kafe sama Rainold?" bisik Avril.

Trishia mengangguk pelan. "Maaf ya. Gue cuma mau tau keadaan dia, tapi dia kok kayaknya rada kecewa gitu ya?" bisik Trishia sambil melirik Rainold yang sedang melihat-lihat menu.

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang