Track 09 - It Can't Be Him!

359 25 2
                                    

Author's POV

Rainold cuma bisa menatap lurus ke depan, memandang bermacam-macam kendaraan yang sejak tadi lewat di depannya dengan tatapan kosong. Ia terduduk dalam diam di halte bus saking bingungnya untuk pergi kemana. Sudah tak terhitung berapa jumlah bus yang berhenti di depannya dan tak terhitung juga dia tidak menaiki bus. Dia hanya butuh waktu sunyi dan kabur dari realita, hanya itu. 

Ini adalah sebuah alasan mengapa Rainold membuat janji itu, dia tidak ingin merasa patah hati. Makanya dia membuat sebuah janji untuk memilih wanita yang pas dan menjadikan wanita itu yang pertama dan yang terakhir. Tapi, ternyata Trishia gadis yang salah untuknya. Awalnya dia mengira Trishia akan menjawab 'iya', tapi rupanya dia malah memutuskannya disaat dia akan melamarnya. Rainold mulai merasa mungkin ini semua memang salahnya, dia terlalu mencintai.

"Aduh!"

Rainold tersadar dari lamunannya ketika ia melihat sesosok gadis jatuh di hadapannya. Karena sekarang sudah malam, ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Rainold bangkit dari duduknya lalu membantu gadis itu berdiri. Dari tingkah gadis itu, dia bisa merasa bahwa gadis itu agak salah tingkah dan grogi.

"Lo gak apa-apa?" tanya Rainold.

Gadis itu hanya mengangguk pelan lalu menengadah menatapnya. Awalnya Rainold agak kaget melihat warna mata gadis itu yang terbilang indah, tapi kemudian ia tersadar dan membantu barang-barang belanjanya yang terjatuh, sepertinya sih gadis itu habis dari supermarket.

"Wah, ini kantong plastiknya jebol. Belanjaan lo banyak banget, gimana dong?" ucap Rainold sambil meneliti lobang besar yang ada di permukaan kantong plastik.

Gadis itu menggaruk tengkuknya dan entah kenapa raut wajah gadis itu memancarkan ketidaknyamanan. Akhirnya gadis itu mengambil beberapa barang yang terjatuh dan meletakkannya di bangku halte. Rainold pun cuma bisa membantu gadis itu tanpa di minta karena belanjaan gadis itu lumayan banyak. Setelah meletakkan barang-barang belanjaan di atas bangku halte, gadis itu malah berkacak pinggang dan berdiri memandang barang belanjaannya dengan bingung.

Rainold yang sejak tadi membawa tas punggungnya pun mulai mengeluarkan isi dari tasnya itu. Kemeja yang di kenakannya tadi di restoran, buku-buku, dompet, dan lain-lain. "Nih, pake ini aja dulu." Rainold mengulurkan tasnya.

"Eh? Gak apa-apa, kok. Ini kan tas lo, entar barang-barang lo gimana?" tanya gadis itu lalu tersenyum sungkan.

Rainold menatap tas yang di pegangnya sekarang. Itu adalah tas pemberian dari Trishia saat dia ulangtahunnya yang ke-16. Saat itu Rainold sangat senang sekali karena waktu itu dia memang membutuhkan tas baru. Tapi, setelah di pikir-pikir, buat apa bersedih cuma untuk seorang cewek yang jelas-jelas memutuskannya? Lebih baik langsung ke dalam fase perbaikan dan melupakan apa yang sudah terjadi.

"Ambil aja, gue gak ngebutuhin ini lagi, kok. Lagipula gue udah beli tas baru beberapa bulan yang lalu dan ini adalah hadiah dari mantan gue, jadi... tolong ambil aja."

Gadis itu menatapnya dengan ragu sesaat lalu menerima tas itu dengan canggung. Rainold tersenyum puas lalu mengambil barang-barangnya yang tadi ia keluarkan dari tas dan memeluknya di dada kemudian ia mulai melangkah pergi meninggalkan gadis itu yang sibuk melihat isi bekas tasnya itu.

"Hey! Tunggu dulu!" panggil gadis itu.

Rainold memutar tubuhnya untuk menoleh kepada gadis itu. "Ada apa?"

"Ini ada barang lo yang kelupaan." Gadis itu mengangkat tinggi-tinggi sebuah kotak beludru berwarna merah.

Rainold tersenyum lebar lalu menggeleng. "Buat lo aja."

•••

"Lama banget sih beli makanan doang! Gue laper, nih!"

"Eh, Lan! Gue pengen cerita!"

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang