Track 11 - Cloudy... And Rain.

297 18 2
                                    

Avril's POV

Sendirian. Lagi-lagi gue berjuang sendirian.

Awalnya, Revan berencana untuk masuk sekolah hari ini, tapi karena keadaannya masih sangat parah, dia gak bisa ke sekolah. Sialnya adalah Skylar udah masuk. Yup, si Raja Iblis udah kembali ke sarang kejahatannya dan gue siap. Lagipula, gue udah pasrah deh dia bakal ngelakuin apapun ke gue. Walaupun Trishia udah memberikan bala bantuan, gue tetap gak yakin sama dia. Muka sih boleh polos, tapi gak ada yang tau kan sama jalan pikirannya?

Hari ini kelas lumayan sepi gara-gara hujan yang terus-terusan gak berhenti sejak kemaren, yap, hari minggu di mana Revan kena tabrak lari oleh siapapun itu. Sekarang udah jam setengah tujuh, tapi cuma 15 orang yang ada di kelas sekarang termasuk... dia. Rainold lagi duduk di tempatnya dengan wajah lesu sambil memainkan ponselnya. Dari sorot matanya, gue tahu kalau dia bosen. Padahal kan biasanya jam segini dia lagi berduaan sama Trishia di pojok kelas dan asik mesra-mesraan.

"Suka sama Rainold, ya?"

Suara itu...

"Ngapain lo di sini?" kata gue ketus.

"Emangnya gak boleh?"

Ah... sepertinya dia kesini buat ngerjain gue. Bahkan Darren juga ada dan lagi berdiri dengan belagu di belakang Skylar.

"Lo mau apa? Mau ketawa di depan muka gue karena Revan kecelakaan?"

"No."

Darren yang dari tadi berdiri di belakang Skylar mulai melangkah mendekat ke arah gue. "Kita di sini... buat ngerjain lo."

Oh no...

•••

Kenapa sih hidup gue tragis banget? Apa gue harus ganti ke diri gue yang sesungguhnya biar mereka berhenti ngerjain gue lagi? Tapi... gue gak mau ngecewain Tyler. Bagaimanapun juga, gue udah janji sama dia untuk nyari orang yang tulus mau temenan sama gue. Walaupun pemikiran 'gue pengen jadi Avril yang dulu' masih ada, gue gak mau kembali ke diri gue yang sebenarnya. Tyler ngelakuin itu karena dia bermaksud baik, dia ingin gue berada di sekitar orang-orang yang tulus mau nemenin gue.

Lagi-lagi gue sendirian. Seragam gue basah dan kotor karena beberapa anak cewek yang ngedorong gue ke becekan bekas hujan. Sekarang penampilan gue kayak gembel dan gue lagi di tempat persembuyian sementara gue, atap sekolah. Tempat di mana gak ada satu orangpun datang karena rumornya di sini banyak hantu.

"Aaaaahhhh! Brengsek! Dasar bajingan! Mentang-mentang lo ganteng, populer, dan berkuasa bisa-bisanya lo ngerjain gue seenak jidat! Anj—"

"Berisik, Vril."

Teriakan gue berhenti saat suara asing mengganggu pendengaran gue. Tapi, gue yakin itu suara cewek. Jangan-jangan...

"Lo gak apa-apa?"

Gue memutar badan gue dengan cepat dan gak jauh dari tempat gue berdiri, gue ngeliat Trishia yang sekarang mandang gue sambil menahan senyum.

"Eh— Trish, lo ngapain disini?" tanya gue, gelagapan. 

"Gue ngebawain lo ini." Trishia yang rupanya sejak tadi megang kantong plastik memberikan kantong itu ke gue. "Gue nyimpen seragam itu di loker, buat jaga-jaga aja, sih."

"Wah, makasih banyak, Trish."

"Hey, gue kan udah janji sama lo untuk ngebantu lo, remember?

Jujur, gue ngerasa gak enak. Trishia udah baik begini kayak gue, tapi kenapa gue masih ngerasa ada yang ganjil sama dia, ya? Kayaknya gue harus nanya sama Revan kenapa dia manggil Trishia dengan sebutan evil queen bee.

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang