Track 15 - I'm Not What You're Thinking

307 14 0
                                    

Kini semua mata tertuju pada satu cowok yang sedang berjalan di tengah koridor IPA dengan santainya. Tapi ada yang berbeda dengan cowok itu. Bukan karena auranya itu, melainkan sebuah luka lebam yang ada di matanya. Rainold tidak memperdulikan tatapan bingung semua orang dan terus berjalan layaknya seorang Rainold, berkarisma, keren, pintar, dan cowok paling populer di sekolah ini.

Saat memasuki kelas, wajah Avril adalah yang pertama kali dilihatnya. Rainold juga tidak tahu kenapa dia malah melihat gadis itu. Avril ternyata juga balas menatapnya dan Rainold pun memberi sebuah senyuman memautkan kepada gadis itu. Sayangnya, Avril malah mengerutkan keningnya dan wajahnya jadi berubah seperti agak jijik. Rainold pun terkekeh dan duduk di sebelah gadis itu.

"Lo kenapa, deh? Ngapain duduk di sini? Gak malu di liat sama anak-anak kalau lo ngobrol sama cewek cupu?" tanya Avril, matanya berputar ke segala arah dengan was-was.

"Gue... bosen. Butuh seseorang untuk di kerjain, nih," jawab Rainold dengan enteng.

"Jadi, mentang-mentang lo abis berantem sama orang, lo jadi sok berkuasa kayak Skylar begini? Gue benar-benar gak nyangka sama lo, gue kira lo—"

"Maksud gue bukan ngerjain semacam itu," Rainold menghela nafas panjang. "Waktu gue bilang gue mau ngerjain, maksud gue bukan beneran juga, kali. Gue cuma butuh... distraction."

"Terus hubungannya sama gue apa? Temen aja juga bukan," jawab Avril ketus sambil menatap tajam Rainold.

Di tatap seperti itu oleh Avril, Rainold malah tertawa pendek. "Gak usah liat gue dengan intens gitu, deh. Gue tau kok kalau gue ganteng banget."

"Ya udahlah, hush! Pergi sana!" usir Avril.

"Ih, gue bingung ya sama lo. Jelas-jelas gue itu cowok paling populer di sekolah ini, tapi kenapa lo berani bertindak kayak gini ke gue? Gue akuin kalau Avril yang ada di atap sekolah kemarin jauh lebih mengasyikkan."

"Oke, dengarkan gue baik-baik, Mas Rainold. Menurut gue, lo populer cuma modal tampang doang, sama kayak Skylar yang modal tampang dan duit," ujar Avril. "Dan gue gak peduli sama perkataan lo barusan. Ini emang diri gue yang sebenarnya."

Rainold tersenyum masam. "Oh, ya? Vril, gue di anugrahi oleh Tuhan dengan indera rasa yang kuat. Gue bisa ngerasain perasaan orang yang ada di sekitar gue, contohnya aja seperti lo. Apa lo mau tau apa yang gue rasakan dari diri lo?"

"Gak perlu."

"Gue ngerasa lo takut, marah, dan sedih. Tapi, entah kenapa gue ngerasa rasa sedih lo itu udah menghilangkan hal-hal yang baik dari diri lo itu. Lo punya banyak rahasia... dan gue bakal cari tau."

Avril cukup tercengang dengan ucapan Rainold barusan. Dia akui, dia lumayan agak terancam dengan ucapan Rainold. Sejak dulu, Avril di kenal sebagai cewek eksis dengan wajah cantik. Dia takut kalau Rainold akan benar-benar mencari tahu tentang diri Avril yang dulu dan cowok itu akan menanyakan banyak pertanyaan seperti, "kenapa lo ngerubah penampilan lo?" atau lebih parah, "lo mau gak jadi cewek gue?". Sekarang Avril benar-benar bergidik ngeri.

"Nold!" 

Rainold yang merasa terpanggil langsung mencari sumber suara yang ternyata sedang berdiri di ambang pintu kelas. Skylar dengan senyum merekah berdiri di sana. Tapi kemudian, senyumnya hilang saat menatap Avril yang kini duduk di sebelah Rainold. Avril mulai merasa sepertinya waktunya telah tiba. Dari tampangnya saja, Avril tahu kalau Skylar pasti sedang grogi tidak karuan. 

Rainold pun mengedipkan matanya ke Avril yang di balas dengan wajah jijik, lalu akhirnya dia berjalan mendekati Skylar.

"Lo kenapa, Sky?" tanya Rainold saat memperhatikan gerak-gerik Skylar yang aneh.

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang