Track 14 - A Question That Will Change Everything

294 17 1
                                    

Dugaan Skylar ternyata benar. Walaupun dia hanya telat tiga jam pulang ke rumah, tapi melihat keadaan rumahnya yang kacau balau saja ia langsung tahu bahwa tadi terjadi sesuatu yang bahkan tidak ingin dia bayangkan. Di sofa ruang keluarga, ada Rainold yang sedang tertidur pulas dengan luka lebam di matanya, sedangkan di dapur ada Devin serta Dania yang rupanya sedang membersihkan sisa darah di bibir cowok itu. Tangan Dania pun agar bergetar hebat dengan air mata di pipinya. Skylar mendekati pemandangan aneh yang hanya berjarak beberapa meter darinya dan cuma bisa tersenyum samar menatap Devin dan Dania.

"Apa pertengkaran Devin sama Rainold ada hikmahnya?" ucap Skylar sambil tersenyum usil.

Dania langsung menatapnya dengan sebal lalu bergegas pergi layaknya anak kecil yang sedang ngambek. Devin pun hanya terkekeh pelan ketika melihat tingkah Dania yang lucu.

"Jadi, jelaskan apa yang terjadi dengan rumah gue," kata Skylar kemudian melipat tangan di dada.

"Oke, first of all, gue minta maaf— enggak, seharusnya Rainold yang minta maaf, bukan gue. Asal lo tau aja ya, gue denger suara teriakan Dania dari rumah gue. Otomatis gue langsung loncat dari kamar gue ke kamar Dania. Pas gue nemuin Dania, dia lagi di dorong ke tembok sama Rainold dan bibirnya monyong segala pula sambil ngomong, 'Trishia, kamu jahat'. Najis tau gak," ujar Devin panjang lebar.

Skylar mengerutkan keningnya sambil menahan senyum. "'Trishia, kamu jahat'? Dia ngomong kayak gitu? What the hell?"

Devin menghela nafas panjang dan menatap Skylar dengan serius. "Serius, Skylar. Lo kira gue mau bercanda tentang hal beginian ke lo? Ini gak lucu, Sky. Kalau gue gak ada, mungkin Rainold bakal ngelakuin hal lebih parah. Lagipula, dia datang sambil mabok begitu. Makin kacaulah dia."

"Tapi, ceritanya lo udah baikan sama Dania, nih?" tanya Skylar sambil tersenyum usil.

Devin langsung tersenyum senang lalu mengangguk. "Hm... bisa di bilang begitu."

"Yaudah, sekarang mending lo pulang aja. Pasti Evan nyariin lo."

Devin hanya mendengus sebal setiap mendengar nama kakak laki-lakinya yang hanya berbeda satu tahun dengannya, Evan. Lantas dia pun pamit kepada Skylar dan pergi.

Skylar berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya, tapi tiba-tiba saja dia merasa dia harus berbicara dengan seseorang sekarang tentang apa yang baru saja terjadi dengannya. Dia pun membuka pintu kamar Dania dan ternyata Dania sedang tiduran di atas kasur sambil melamunkan sesuatu. Saking seriusnya melamun, bahkan sepertinya Dania tidak sadar bahwa Skylar sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Heh!"

Otomatis Dania tersontak kaget. "Ih! Apaan sih lo?! Ngagetin tau gak!"

"Emangnya lo gak denger gue buka pintu kamar? Makanya jangan sibuk bengongin Devin! Masalah lo sama Kellan aja belom selesai, kan?"

Mendengar nama terakhir yang di sebutkan oleh Skylar barusan langsung membuat Dania diam seribu bahasa. Di setiap kesempatan, Skylar selalu saja menyebutkan nama Kellan yang padahal the moodbreaker-nya Dania, tapi sekaligus juga the moodmaker.

"Oke, gue gak bakal sebut nama dia lagi," kata Skylar. "Sekarang gue pengen cerita kenapa gue telat pulang ke rumah."

Dania langsung bangun dari tidurnya, dan Skylar pun duduk di samping Dania. "Tadi pas dapat telepon dari Devin tentang lo, gue langsung buru-buru cabut. Tapi, karena kamar Cally ada di lantai 5, gue langsung mikir kalau sebaiknya gue naik lift."

"Hah?! Lo gila, ya?! Kalau kambuh gimana?! Lo baik-baik aja, kan?"

"Sekarang sih gue baik-baik aja. Tapi, sayangnya gue kejebak di dalam lift selama 40 menit."

Something Blue [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang