Manis

41 21 7
                                    

Point of view Eira

//di kamar//

Lupus.

Adalah penyakit Charla yang sebenarnya.

Penyakit radang yang disebabkan ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri.

"Lupus (SLE) dapat mempengaruhi sendi, kulit,
ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru."
Gumam Eira menatap layar ponsel dan membaca beberapa artikel tentang penyakit Kupu-kupu ungu.

Meskipun lupus belum ada obatnya,
penanganan berfokus pada peningkatan
kualitas hidup dengan mengendalikan gejala
dan meminimalkan kekambuhan, dimulai
dengan mengubah gaya hidup, termasuk pola
makan dan perlindungan terhadap matahari.
Manajemen penyakit lebih lanjut berupa
obat-obatan, seperti antiinflamasi dan steroid.

Eira menggulirkan layar ponselnya kebawah, matanya membelalak.

Penyakit ini belum ada obatnya, Charla pasti sudah mengetahui tentang ini. Dia pasti tahu penyakitnya tak bisa sembuh.

Ah, Charla dan teman-teman kampus juga udah banyak yang bilang kalau dia akan mati tak lama lagi. Lagipula dia juga anak Farmasi, pasti lebih tau tentang penyakitnya sendiri.

Tapi kenapa dia masih bisa tersenyum seringan itu?

"Haaahh.." Eira menghela nafas, dia ingin sekali bertemu dengan Charla, mengobrol, dan menghabiskan waktu bersamanya. Namun sayangnya perempuan itu tak memiliki ponsel. Eira juga heran, bagaimana dia bisa kuliah tanpa ponsel? Ah mungkin dia saling pinjam dengan kakaknya.

Eira merebahkan badannya yang lelah itu, menatap langit-langit kamar.

"Gua harus gimana ya biar bisa menghubungi seseorang tanpa menggunakan ponsel?" Gumam Eira, sambil memegangi kepalanya berharap ide muncul.

"Ahh apa ya.."

Dengan cepat Eira mengambil ponselnya, membuka aplikasi pesan antar makanan.
Dia ingat, Charla sangat menyukai makanan manis terutama permen, dia akan memesakan beberapa makanan, permen, dan menitipkan pesan.

Eira mengambil buku dan pulpen, menulis disana.

"Charla, maaf ya gua gak bisa tiap hari jengukin lo, apalagi besok gua ada latihan voli. Tapi gua tetep pengen ketemu sama lo, ada hal yang mau gua omongin.
Jadi bisakah menungguku seperti biasa?
Sekalian ini makanan&permen buat lo, semoga suka ya La!"

Eria tersenyum puas dengan apa yang dia tulis. Kemudian menaruh kertas itu kedalam bungkus plastik bersama makanan dan permen yang akan di antar sesuai tujuan.

Esoknya.

Setelah melalui kelas yang sangat membosankan itu, Eira seperti biasa akan membeli minuman dan akan duduk dibawah pohon rindang kampusnya sambil mengerjakan beberapa tugas.

"Apakah dia baik-baik saja? Dia pasti baca suratku kan?" Beberapa pikiran tentang Charla melintas di benaknya.

Sebenarnya dia sedang menunggu seseorang,
"Haaah..." Eira menghela nafas, menyandarkan punggung di kursi bawah pohon, meminum minuman yang dia beli dan menyalakan laptopnya.

"Oiii!!"
Mendengar sorakan itu dari seseorang, Eira mencari sumber suara. Sorakan itu dari Charles, orang yang Eira tunggu akhirnya datang juga.

"Udah nunggu lama? Sorry ya ehehe." Kata Charles yang ikut duduk di samping Eira.

"Gapapa kok santai aja, mau ke gymnasium sekarang?" Tanya Eria.

"Hmm.. Ra? Bukannya lo masuk jurusan Ekonomi ya?" Charles melihat layar laptop Eira yang berisi pencarian tentang penyakit Lupus.

Eira cepat-cepat menutupnya, "Ahh iya" Katanya sambil menggaruk tengkuknya.

Charles memandangi Eira, "Oh lo udah tau ya tentang itu? Dikasih tau sama dia sendiri ya."

"Iyaa" Jawabnya singkat sambil membolak-balik kertas tugas dan sibuk mengetik.

Mereka terdiam cukup lama, hanya terdengar suara ketikan laptop dan hembusan angin.

"Begitulah, gua pikir yang di omongin sama anak-anak kampus itu sekedar gosip cewek biasa." Masih menatap laptopnya.

"Ada benernya kok, itulah kenapa Charla jarang masuk kalau matahari lagi terik."
Charles tahu betul adiknya sering izin tidak bisa masuk kelas.

Eira menutup laptopnya, memasukkan beberapa barang ke tasnya lalu berkata,
"Ayo, kan mau bareng ke gymnasium."




Siapa sangka hari ini akan hujan, langit mendung sangat gelap dan angin kencang.

Setelah keluar dari gymnasium, Eira menyipitkan matanya, berlari menerjang hujan untuk menuju halte lalu menaiku bus yang bertujuan ke rumah sakit.

Sudah cukup gelap untuk mengunjungi pasien, tetapi dia sudah membuat janji dengan seseorang.
Saat berlari Eira teringat sesuatu, dia tidak menuliskan dengan jelas apa yang dimaksud dengan 'seperti biasa'.

"Ah sial!" Eira sadar dia ceroboh, kalau saja Eira datang saat dia tertidur atau mungkin Eira tidak diperbolehkan menemuinya, Eira tetap akan menginap untuk semalam, menunggu sampai perempuan itu terbangun.

Namun, setelah sampai di ruangan dimana dia dirawat, Charla ada disana.

Seperti biasa.
Dengan kacamata, membaca buku, dan memakan pesanan yang Eira kirim semalam.

...

-Nov21

Purple Butterfly PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang