Mencintai itu adalah sebuah hal yang biasa dan sangat-sangat wajar terjadi pada setiap umat manusia di dunia ini, tanpa terkecuali. Yeah. Aku juga merasakan nya. Merasakan apa yang dinamakan sebuah Cinta. Semua wanita pasti memilih cinta pertama--yaitu ayahnya, bukan? Tapi berbeda dengan ku yang--bahkan sama sekali tidak tau siapa ayahku. Aku bukan anak haram yang kalian pikirkan. Aku anak sah, dan karena hasil perceraian orang tua ku, menjadikan aku asing dari sosok ayah. Yeah meskipun aku hanya mengenal sosok kartu ATM yang selalu mengalir lancar miliknya, namun aku masih belum puas. Tentu saja aku ingin bertemu dengan sosok nya, bukan hartanya yang terus-menerus mengalir.
Berawal dari aku yang menjadi Maba di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bertemu dengan pria yang dengan sigap membuat ku penasaran akan dirinya, ke misteriusan nya, dan apa saja yang ia sukai. Yeah. Terlalu berlebihan untuk anak seusiaku dulu. Tepatnya dua belas tahun.
Menyukai seseorang yang bahkan--tidak pernah berinteraksi sama sekali pun denganku, pasti akan terdengar aneh bukan? Tapi itu memang kenyataannya. Aku menyukainya, dan entah kenapa aku merasakan rasa itu sampai kini. Yeah, memang aku tidak pernah berinteraksi dengan dirinya, menyapanya, memanggilnya, atau berbicara pun tidak pernah. Mungkin dia tidak tertarik denganku. Dulu saat kita duduk di bangku kelas VII, dia satu kelas denganku--yang akhirnya aku jatuh cinta padanya.
Bercerita kepada teman-teman perempuan ku bahwa aku salah tingkah saat tidak sengaja bertatapan, atau berpapasan di jalan, dan menceritakan bahwa aku menyukainya? Ah rasanya tidak! Aku tidak akan menceritakan itu kepada teman-teman ku. Rasanya....mereka semua bermulut ember.
Aku tidak akan menghancurkan semua perasaan yang ku pendam lama hanya karena ingin bercerita kepada teman-teman ku. Dan dia? Pasti akan bersikap lebih-lebih dingin kepadaku. Dan aku? Akan menahan malu setiap bertemu dia.
Aaaas! Tidak! Tidak akan ku biarkan itu terjadi.
Dengan kepintaran, dan kecerdasan yang ku miliki, meski itu hanya sedikit--sekarang aku sudah mengetahui apa yang ia sukai, dan apa yang tidak ia sukai. Dan Yap, aku tau tempat tinggalnya. Oh astaga! Aku tidak menduga bahwa ternyata dia tinggal satu kompleks yang tak jauh dari tempat tinggalku.
Yeah....kalian bisa menyebutku sebagai penguntit. Mengikuti dirinya dari belakang saat perjalanan pulang dengan alasan 'aku akan kerja kelompok di rumah temanku, bu.' oh astaga...aku menipu Ibuku. Bukan hanya membututi dirinya, namun aku juga setiap pagi memberikan nya sekotak kue brownies dengan diam-diam, dan menyingkirkan cokelat-cokelat dan hadiah dari fans-fans nya yang murahan. Itupun aku harus berangkat awal-awal. Dan kalian tau, semua yang aku lakukan itu dia tidak mengetahui nya. Tersimpan dengan aman. Aku cerdik bukan?
Yeah...semua itu memang berlebihan. Tapi apa dayaku? Aku terlalu mencintai dirinya, dan....dengan fisikku yang pas-pasan, jauh dari kata good looking membuat diriku tidak merasa percaya diri dan mendekati dia secara terang-terangan seperti yang di lakukan gadis-gadis di sekolah. Tiga tahun lamanya aku melakukan hal itu. Dan sampailah dimana aku harus pergi, pergi ke Jakarta--yakni dirumah Ayah untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Karena....um, Ibu tidak sanggup membiayai sekolah ku selanjutnya. Dan aku pasrah, aku akan ikut siapapun.
Yeah, karena aku anak pertama, dan itupun satu-satunya, jadi aku menurut. Toh, ini juga demi kebahagiaan ku dan masa depan ku yang cerah.
Pria-pria tampan berkeliaran dengan baju putih-abu nya. Tak banyak yang mendekatiku, namun mereka juga sering mengirimkan sesuatu seperti yang pernah di alami oleh dia dulu--mendapatkan cokelat dan secarik kertas berisikan surat yang hmm....berisi gombalan kosong dan tidak bermutu.
Namun, entah kenapa aku tidak tertarik dengan pria-pria aneh itu. Sungguh! Aku belum bisa melupakan nya. Meski aku sudah berusaha sekuat mungkin. Dan, aku tidak pernah menerima tawaran anak-anak di SMA ingin menjadi pacarku--karena aku tidak ingin menjadikan mereka pelampiasan. Lagi pula aku tidak tertarik sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merajut Rasa [HIATUS]
RomanceKhanza bekerja di perusahan Atmajaya, karena ingin menjadi lebih mandiri daripada sebelumnya. Namun, tak disangka-sangka bahwa ternyata CEO perusahaan itu adalah teman masa kecilnya yang......juga masih ia sukai sampai sekarang. Namun, dirinya sesek...