PART 6

37 8 3
                                    

"Silahkan" Julian menjulurkan tangan kanan nya, mempersilahkan Jane untuk turun.
Jane memberikan senyum cantiknya pada Julian, ia menaikkan sedikit gaunnya agar ia tak susah berjalan.
"Ah, berarti ada Richard didalam?"tanya Jane.
"Iya, ada, ia bersama dengan saudara ku yang lain."
Jane tersenyum licik.
Jane dan Julian masuk ke dalam kerajaan beriringan.
"Aku ingin bertemu dengan para saudara mu, dimana mereka, sekarang?"Jane menatap Julian.

"Sepertinya mereka ada di kolam renang istana."
"Baiklah, kalau begitu, antar aku pada mereka."
"Tapi, kalau mereka sedang berenang mere-."
"Iya aku tau, mereka tidak memakai baju kan?.Sudahlah, kamu tidak usah kaku begitu, ya?"
"Baiklah."

*

"Selamat pagi." Jane menyapa para pangeran yang kini sedang tak memakai atasan sedikit pun.
"Pagi."ucap para pangeran itu terkejut   setengah mati.
Jane membungkukkan dirinya, lalu melirik mereka bergantian.
"Ada apa?, kalian nampak terkejut.Aku hanya berkunjung kesini untuk lebih dekat dengan kalian." Jane membuat eyes smile.

"Tak biasanya seorang princces datang kemari."timpal Bryan, salah satu pangeran.
"Lalu, apa itu salah?.Lagipula, aku ini calon istri adikmu bukan." Jane menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Tentu saja tidak."ucap Richard.
Jane tersenyum.
"Baiklah, mungkin beberapa di antara kalian tak suka kedatangan ku kemari.Maka, aku akan membuatkan kudapan untuk kalian.Kalian pasti lelah dan lapar, bukan?"

"Baiklah"ucap para pangeran kompak.
"Please wait for me."ucap Jane.
Tak lama, ia pergi dari hadapan pangeran.
"Mari aku temani."ucap Julian yang kini berada di sebelah Jane.
"Terima kasih, kamu sangat baik."puji Jane.
"Tidak juga."

"Seperti biasa, orang selalu merendah untuk meroket, ya."
"Apa maksudmu?"
"Ah, tidak, bukan apa-apa."

*

"Baiklah, terima kasih Julian sudah menemaniku."
"Mau aku temani?."
"Tidak perlu, kamu temui saja para sudaramu."
"Sungguh?"
"Tentu, sungguh.Tunggu saja sampai kudapannya siap, ya, kamu tidak perlu cemas."
"Baiklah kalau begitu, aku tinggal."
"Hm, iya."

Julian pun segera pergi dari hadapan Jane.

Jane tak diam ditempat, ia mengendap-endap keluar kerajaan.
Sudah ada, Blossom yang sedang memegang beberapa kotak yang berisi makanan.
"Kamu datang tepat waktu, kamu selamat hari ini." Jane mengambil kotak-kotak makanan itu dari tangan Blossom.

Lalu, tak ada kata terima kasih atau sekedar basa-basi, Jane langsung pergi  meninggalkan Blossom.
Ia kembali ke dapur, menyiapkan piring-piring dan menaruh makanan di atasnya.
Kecuali, satu makanan yang ia sisakan.
Ia mengambil sebuah botol yang berisi obat tidur dan menuangkannya.

'Awal dari sebuah bencana akan datang, Julian." batin Jane.

Lalu, ia menaruh makanan itu dengan sangat rapi.

*

Jane mambawa nampan yang penuh dengan makanan.
Para pangeran kini sudah lengkap berbusana dan berada di pinggir kolam.
"Ini untuk kalian."Jane memberikan satu persatu piring pada para pengeran.
"Lalu, itu untuk siapa?"tanya Richard yang menyadari bahwa ada satu piring yang tersisa di nampan.
"Untuk, Julian."
Richard membuat wajah sinis dan wajah yang penuh akan kekesalan.
Ia menatap adik bungsunya itu dengan tatapan sinis.
"Julian, bagaimana kalau aku temani kamu makan di taman kerajaan?"tawar Jane.
"Kamu ingin lebih dekat denganku, bukan?"
"Baiklah, kalau itu, maumu."
"Terima kasih, kamu duluan saja, ya."ucap Jane.
Julian pun meninggalkan kolam rennag kerajaan.
Sementara itu, Jane mendekati Richard dan berbisik padanya.
"Jangan salah paham, ya, aku dipinta oleh ayah.Aku tetap mencintaimu, bukan Julian."ucap Jane penuh kepalsuan.

"Baiklah."
Jane tersenyum pada Richard.

*

"Beef steak?, bagaimana kamu tau bahwa ini adalah makanan kesukaanku?."
"Oh?, aku hanya asal memilih.Ternyata, ini adalah makanan kesukaan mu.Mungkin saja, karena kita berjodoh."

'Tentu saja aku tau, aku sudah mempuntai seorang yang aku suruh untuk memata-mataimu." batin Jane.

"Bagaimana kamu bisa sangat percaya diri?"
"Kalau tidak percaya diri, itu bukan Jane."
"Baiklah, aku akan cicipi."
Julian pun memotong steak nya dan memasukannya dalam mulut.
Beriringan dengan itu, Jane menatap Julian tajam dan tersenyum penuh kejahatan.

"Kamu yang memasak ini?"tanya Julian.
"Iya, bagaimana rasanya?"
"Sesuai dengan seleraku, ternyata kamu pintar memasak, aku kira kamu hanya seorang princces yang sibuk merawat diri."
"Jangan menilai seseorang secepat itu, Julian.

Tak lama, kepala Julian terus menunduk ke atas dan ke bawah.

'Sepertinya, efeknya sudah bekerja' batin Jane.

"Julian, kamu tidak apa-apa?"
"Iya, aku..baik-baik..sa..ja."kepala Julian terbentur ke pinggir kursi.

Jane mendekati wajah Julian dan tertawa licik.

Jane menyeret tubuh Julian ke suatu kamar.
Ia membaringkan Julian di atas ranjang.
Jane memiringkan kepalanya dan menarik salah satu ujung bibirnya.

'Akhirnya, hari ini, aku akan membuat mu hancur.Ketika kamu terbangun nanti, aku yakin, kamu akan merasa hampir mati, Julian.'batin Jane.

UNUSUAL PRINCCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang