Kenangan 4

420 21 0
                                    

TAHAP REFISIIIII YYAAAA

👁👅👁
.
.
.
Sebuah mobil hitam berhenti di depan halte sekolah tempat Karin beristirahat setelah berjalan. Seorang remaja laki-laki berseragam sama seperti Karin keluar dari mobil itu.

Karin tak pernah melihat mobil tadi selama ia bersekolah di SMA GARUDA. Tapi Karin merasa tidak asing dengan gestur tubuh remaja tadi.

Tak ingin memikirkan remaja itu lagi. Karin segera pergi dari halte melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB.

***

Saat ini Karin sedang duduk di kursi kantin bersama dengan dua sahabatnya. Siapa lagi jika bukan Alana dan Shifa.

"Mana makanannya, Shifa udah lapar." Rengek Shifa mengelus perutnya yang rata.

"Ck, Punya babu lelet banget disuruh-suruh." Gerutu Alana pada adik kelas yang ia perintahkan untuk memesan makanan mereka.

Sudah 10 menit mereka menunggu, tapi makanan tak kunjung datang. "Lo nyuruh siapa sih?!" Gerutu Karin.

Alana yang mengerti keinginan sahabatnya berbegas berdiri. Kebetulan ada siswa yang melewatinya dengan nampak berisi semangkuk bakso dan air mineral.

Tanpa permisi Alana merebut nampan itu. Tapi sayang, siswa itu malah menarik kembali nampan miliknya.

"Ck, sini." Ketus Alana kembali menarik nampan.

Siswa laki-laki itu menggeleng, lalu menarik  kembali nampannya. "Ngelawan lo?!" Sentak Alana.

Alana memperhatikan wajah siswa di depannya dengan seksama, ia merasa asing dengan wajah siswa laki-laki itu. "Lo murid baru?"

Siswa itu tampak mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ck, pantesan." Gumam Alana.

"Ya udah, buat lo aja." Alana malah mendorong kuat nampan itu sehingga tumpah mengenai seragam siswa laki-laki tadi.

Brakh!

Prangkk!

Suara pecahan mangkuk dan gelas menggelegar mencuri perhatian seisi kantin.

Alana tersenyum sinis, "siapa nama lo?" Siswa itu malah menunjuk name tag yang tertempel di bajunya.

Tertulis Omkara Aashif M.

"Omkara? Nama lo bagus." Komentar Alana datar.

Merasa dirinya dipuji, siswa bernama panggil Kara itu mendonga sembari tersenyum tulus pada Alana.

Namun Alana malah tersenyum sinis. Ia melirik Karin yang hanya menampilkan wajah datar seperti biasa.

Kebetulan Kara membelakangi Karin. Dengan tidak berperasaan Karin mendorong Kara dengan kuat, membuat sang empu tersungkur tidak etis.

Karin menggeram, benci melihat orang-orang lemah. Ia berdiri di samping Kara yang tersungkur di lantai. Lalu menunduk hendak melihat wajah Siswa baru yang akan menjadi mainan mereka.

Deg!

Mata Karin menerjap berkali-kali,  "dia bukannya cowok yang di supermaket?" Batin Karin.

"Dia bukannya cewek cantik di supermarket?" Batin Kara serentak dengan Karin yang juga membatin.

"Ck, lo lebih lemah dari yang gue kira." Gumam Karin. Karin berjongkok mendekati Kara.

"Lo ngak pantes natap gue selama itu." Angkuhnya mendorong kepala Kara menjauh.

Ia menarik rambut Kara, "ternyata lo lebih lemah dari yang gue kira." Hinaan terus keluar dari bibir mungil Karin.

"Cupu, banji," bisik Karin benar-benar menusuk ke hati Kara.

Karin menjauhkan wajahnya, ia kembali berdiri tegak menatap Kara yang hanya diam tak melawan sedikit pun. Suara ringisan pun tak terdengar dari Rezi.

Karin menendang kaki Kara. "Bangun!" Bentaknya.

Saat hendak bangkit, Karin berjalan maju, lalu sengaja menginjak tangan Kara dengan kuat. Jalan berlalu meninggalkan Kara yang menutup mata menahan rasa sakit.

"Cupu!" Hardik Alana mengikuti perkataan Karin.

"Kamu ganteng. Tapi sayang jadi mainannya Karin." Komentar Shifa.

"Jadi Shifa gak bisa suka sama kamu, soalnya pasti Karin dan Alan marah kalo Shifa suka sama korban kita. Soalnya Karin gak suka orang lemah." Perjelas Shifa memandangi Kara yang menunduk dalam menahan rasa sakit.

"Kaya kamu. Cocok kalo Karin bilang kamu Banci." Lanjut Shifa polos.

"Byee." lalu Shifa berlari kecil mengikuti dua sahabatnya.

***

Tiba di kelas, kabar tentang Karin dan Alana yang membully siswa baru sudah tersebar luas. Para murid dikelas hanya berani berbisik-bisik menggosipi Karin dkk.

Brakh!

"Ngomong di depan kita, jangan berani di belakang doank!!" Sentak Alana memanas mendengar bisikan orang-orang di kelas.

Para murid tersentak, mereka langsung tediam tak berani jika harus berhadapan dengan Alana apa lagi dengan Karin.

Karin berdiri lalu menendang mejanya. Ia berjalan ke depan kelas. Langsung mendorong siswi kacamata yang ia dapati menggosipinya.

"KARINA MAU KEMANA?" Teriak Shifa melihat Karin keluar kelas.

"Berisik Shifa. Jangan teriak-teriak mulu, ngak baik." Peringati Alana.

***

Karin berhenti di taman belakang sekolah, tempat yang selalu sepi. Tempat favoritenya. Duduk di bawah pohon rindang. Menatap langit cerah yang berawan putih. Sampai tak sadar ada seseorang yang ikut duduk di sampingnya.

"Ngapain?"

Karin reflek menoleh kaget ke kanan mendapati Putra yang duduk disebelahnya.

"Kaget, ih!" Gerutu Karin.

"Lo sendiri ngapain disini?" Karin kembali memalingkan wajahnya.

"Temanin lo?" Ucap Putra dengan nada tanda tanya.

Dahi Karin mengerut. "Ngak ada kerjaan banget."

"Emang."

"Dia di kelas gue."Karin tak paham dengan omongan Putra bertanya.

"Dia siapa? Lo kalo ngomong jangan setengah-setengah. Gue gak ngerti!" Protes Karin.

Putra terkekeh kecil, "Murid baru. Yang tadi di kantin." Ahirnya Putra rela berbicara panjang demi Karin.

"Oh, Omkara?"

Kini giliran Putra yang terheran, "lo kenal?"

"Gak."

Putra mengangguk paham. "Lo pulang sama gue?" Tanya Putra berusaha mencari topik.

Karin langsung menggeleng, "males sama lo."

Putra terkekeh pelan, "ngak ngebut, deh. Janji."

"ngak perlu, nanti gue sama Alana aja." Karin berdiri. "Gue duluan." Pamitnya langsung meninggalkan Putra sendiri di taman.

"GUE TETAP NUNGGU LO."
.
.
.

Guysss

Ini tuh lanjutan kenangan 3, karena tahapan refisi jadinya banyak kosa kata yang ditambah dan keliatannya panjang banget di kenangan 3, makanya akss pindahin ke chapter baru. Heheuuu semoga paham yyaaa

Refisi cangtip ; 29 oktober 2021

Memories [vakum sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang