Kenangan 11

496 43 1
                                    

👁👅👁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👁👅👁
.
.
.
"GUE BERANGKAT DULUAN YA!" Pekik Bagus yang tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.

"Terus gue sama siapa, heh?!" Protes Karin.

"UDAH GUE PESENIN OJOL. BYEE, KAKAK." Balas Bagus dari luar rumah.

Karin menghelan nafasnya pasrah, sebenar ia bingung. Bagus selalu berangkat pagi sampai tega meninggalkan Karin, tapi kenapa malah Karin duluan yang selalu sampai di sekolah yang notebacknya Bagus duluan yang berangkat.

"Bodo amat lha, suka-suka dia." Acuh Karin kembali melahap roti selainya.

Sudah mengahabiskan selembar roti, Karin pun bersiap berangkat sekolah. Ia keluar sembari membuka aplikasi ojol di hanphonenya.

Setelah mengunci pintu, ia berbalik. "Putra?" Spontan Karin menunjuk Putra yang duduk di atas motornya depan rumah Karin.

Sang empu tersenyum tipis lalu menyodorkan helmnya pada Karin. "Ayo." Ajaknya.

"Gue udah pesen ojol. Lo berangkat sendiri sana." Tolak Karin.

"Gue udah nunggu satu jam." Mata Karin membelak, "ini pasti kerjaannya Bagus, nih." Tebak batin Karin.

"Bagus mana?" Tanya Karin.

"Udah berangkat dari tadi, lo tau bukan?" Putra mengangkat sebelah alisnya. Karin meroling matanya malas. "Gak usah mau kalo disuruh-suruh sama si Bagus."

"Ini kemauan gue." Lagi-lagi Karin meroling matanya, "udah, deh. Masih pagi gue males jambak orang. Jangan bikin emosi." Ketusnya.

"10 menit lagi bel masuk. Di depan ada perbaikan jalan, gue yakin ojol lo pasti lama." Putra menjeda, ia memakai helmnya. "Gue duluan kalo gitu."

Karin melirik Putra sinis, mencoba menemukan kebohongan, tapi sepertinya Putra tidak berbohong.

Brumm!

"Tunggu!" Cegat Karin. "Gue ikut lo." Tanpa izin ia langsung menaiki motor Putra.

"Cepet!" Decak Karin. Putra tersenyum tipis di balik helmnya. Lalu mulai mengegas motor besarnya.

Benar saja, tiba mereka di sekolah koridor sudah sepi. Sepertinya bel sudah saja berbunyi.

Karin langsung turun dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Putra ataupun berucap terimakasih.

***

"Gue perhatiin, lo berubah, Rin." Ucap Alana memulai topik.

"Apanya?" Singkat Karin sembari terus menulis materi yang di papan tulis. Ini sudah jam pulang, murid-murid yang lain pun sudah berpulangan. Hanya sisa Karin, Shifa dan Alana yang masih setia menemani Karin mencatat materi di papan tulis.

"Lo gak se-sadis dulu." Pergerakan tangan Karin berhenti, "sama aja. Tadi juga gue abis jahatin si Siti anak Ips itu." Jawabnya acuh tak acuh.

"Iya sih..., tapi..., beda aja gitu, Rin." Karin menghela nafas lalu menoleh pada Alana membuat sang empu was-was takut Karin merah padanya.

Memories [vakum sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang