👁👅👁Masih pagi hari, Karin sudah menghebohkan satu sekolah. Bukan karena aksi bullying nya kali ini, tapi karena Karin berangkat bersama lelaki tampan berseragam sama dengannya.
Karin turun dari motor besar Bagus. Sementara yang punya masih melepas helm dengan penuh gaya, Bagus menyisir rambut hitamnya dengan jari membuat siswi yang berlalu lalang terpekik kagum.
"Eh, itu siapa?"
"Duh, ganteng banget."
"Pacar Karin, ya?"
"Gak cocok, ih."
"Emang ada, ya, yang mau sama cewek kasar tukang bully."
Karin langsung melirik ke arah sekumpulan siswi yang membicarakannya. Yang ditatap sinis hanya menunduk takut.
Karin melangkahkan kaki menuju mereka yang hendak kabur, "mau kemana lo? Temenin gue ke ruang kepsek." Cegat Bagus menarik tas Karin.
"Ck, gue ada urusan. Lo sendiri aja." Yang namanya Bagus, ia tidak suka dibantah dan semua keinginannya harus terwujud. "Gak bisa. Nanti kalo gue digoda cabe sekolahan lo gimana?"
Karin meroling matanya malas, "bukannya lo yang tukang goda?" Sindir Karin.
"Ayok. Cepetan!" Dengan pasrah Karin melepaskan sekumpulan siswi yang berani membicarakannya tadi.
Tapi tenang saja, akan ada kejutan untuk mereka.
Si kembar berjalan beriringan. Seperti biasa Karin berjalan dengan wajah datar khasnya sementara Bagus sibuk menggoda siswi yang melewati mereka.
"Hai, cantik. Jangan nunduk donk."
"Jangan nunduk, cantiknya gak keliatan."
"Hai, cewek. Mau kenalan gak?"
"Hai, cantik. Salken."
Langkah Karin langsung berhenti saat melewati kantin. Ia mengernyit heran melihat kantin yang masih ramai. Padahal bel sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu.
"Kenapa lo ngak tau, huh?!" Dari tempatnya berdiri Karin mendengar samar suara bentakan Alana.
"Ruang kepsek di ujung koridor, di samping perpus." Karin mengubah alurnya berbelok ke kantin meninggalkan Bagus yang sibuk tebar pesona.
"Eh, lo mau kemana, woy?!" Karin hanya mengangkat tangannya mengacuhkan sang adik.
"Eh, si cantik lewat." Sapa Bagus pada seorang siswi yang baru keluar dari kantin. Siswi itu tampak kaget dengan kehadiran Bagus yang tiba-tiba menyapanya.
"itu ada apa rame-rame?" Tanya Bagus.
"I-itu, kak Alana lagi bully anak kelas 10." Jawab siswi itu gugup terkagum dengan paras sempurna Bagus.
"Alana?" Beonya.
Siswi itu mengangguk cepat, "sahabatnya kak Karina yang cantik itu, kak." Ia menjeda sekejap. "Yang suka ngebully itu lho," Bisiknya memelankan suara. Jaga-jaga sang empu mendengar.
"Masa gak kenal kak Karin?" Sepertinya jiwa julid siswi itu bergejolak.
"Jadi Karin..., Waow." Takjub Bagus.
"Oke, makasih ya, cantik." Tapi boong lanjut Bagus di batinnya.
***
Seperti biasa, semua orang menunduk takut pada Karin. Dalam sekejap ia udah sampai di tengah-tengah kerumunan menyaksikan Alana yang sedang membully adik kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories [vakum sementara]
Teen FictionDia tampan, kaya, dia sempurna. Tapi..., dia tuli. Apa jadi jika si Tuli berharap berteman. Terlebih dengan Karin, si queen bullying yang suka mengganggunya. Karin itu berbeda. Dia memiliki dua kepribadian. Dia jahat, sangat jahat seperti psikopat...