Kenangan 15

502 39 2
                                    

Langit yang tadinya cerah memancarkan sinar matahari seperti mengerti dengan keadaan SMA GARUDA yang di panas akibat perkelahian Alana dan Karin tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit yang tadinya cerah memancarkan sinar matahari seperti mengerti dengan keadaan SMA GARUDA yang di panas akibat perkelahian Alana dan Karin tadi.

Suara rintik rintik hujan berjatuhan menjadi sound Karin yang sedang duduk di taman belakang. Ia sedang duduk di Gazebo yang sudah jarang digunakan.

Sejak kejadian saat istirahat tadi Karin memilih bolos, ia belum ada bertemu dengan Alana, Shifa ataupun Bagus dan teman-temannya. Karin sendirian.

Karin mengulurkan tangannya ke luar gazebo, merasakan rintik-rintik hujan yang berjatuhan di telapak tangannya.

"Kak Arin!" Sang empu yang merasa dipanggil menoleh pada sang adik kembarnya.

"Ayo dolong sepeda adek." Pintah balita laki-laki yang berumur 5 tahun itu.

Balita cantik itu mengikuti keinginan sang kembaran. Ia mendorong pelan sepeda roda empat itu.

"Laju lagi kak, ayooo!" Antusias si bocah laki-laki itu.

"Nanti Bagus jatoh." Jawab Karin masih mendorong pelan sepeda yang Bagus tumpangi.

Tak mendengar pesan sang kakak, Bagus malah mendayung sepedanya dengan kecepatan tinggi sampai-sampai Karin ketinggalan di belakangnya.

"Bagus jangan kencang-kencang!!" Teriak Karin.

Bagus tetap mendayung sepedanya dengan ekstra. Pandangannya lurus kedepan. Sampai tak sadar ia menyebrangi jalan raya yang ramai.

Tinn

Tinnn

Bagus menoleh.

Melihat ada mobil yang melaju kearahnya, dengan spontan Bagus berteriak kencang. "AAAAA!!"

Rita yang sedang menyiram tanaman menoleh pada Bagus yang berada di tengah jalan ramai. Ia langsung mencampakkan selang di tangannya dan berlari kuat kearah Bagus.

"Bagus!!" Pekiknya

Rita mendorong Bagus kepinggir jalan. Tapi sayang mobil itu kehilangan kendali dan menambrak Rita.

Rita terhempas ke tengah jalan. Kepalanya terbentur mengeluarkan darah. Telinganya pun ikut mengeluarkan darah cukup banyak di aspal.

"Mama!! Adek!"

***

Karin kecil tampak gelisah menatap sendu sang Mama tirinya yang sedang terbaring lemas dari balik kaca ruangan.

Kejadian itu benar-benar ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Di mana ia menyaksikan Mamanya yang menolong Bagus tapi malah Sang Mama yang terbaring di rumah sakit.

"Dasar anak bandel!" Maki Malik, Papa Karin dan Bagus.

Karin menatap sendu Bagus yang sedang di marahi oleh Malik. "Kamu apa kan Rita sampai dia masuk rumah sakit, huh?!" Malik menjewer telinga Bagus.

Memories [vakum sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang