👁👅👁
.
.
.
Matahari mulai terbenam meninggalkan langit lalu berganti dengan senja yang indah menemani sore Karin dan Bagus yang masih terlelap di alam mimpi mereka masing-masing. Dengan posisi tidur saling berhadapan.Masih dibawah alam sadarnya, Bagus mengangkat kaki besarnya menimpa Karin.
Brukh!
"Eungh...," erang Karin yang merasa terganggu. Ia membuka mata lalu menatap kaki Bagus yang seenaknya menimpa.
"Ck, Bagus sialan!" Karin menoleh pada Bagus yang masih terlelap. Ia menatap lamat wajah sang adik yang sangat mirip dengan mamanya.
"Lo mirip banget sama mama, gue jadi keinget mama. Gue pengen ngajak lo jenguk mama." Batin Karin mengelus surai hitam Bagus.
"Dosa naksir sama adik sendiri." Ucap Bagus membuka matanya.
Karin membelakkan matanya kaget. "Ogah!"
"Udah enakkan?" Tanya Karin mengalihkan topik.
Bagus mengangguk, "tapi...,"
"Tapi apa?" Tanya Karin masih diselimuti rasa panik.
"Gue laper, masakin. Gak mau tau!" Pinta Bagus dengan paksaan.
"Yaudah, temenin gue belanja dulu." Bagus menggeleng, "mager, lo aja yang belanja."
"Mau enaknya aja!" Karin menghela nafasnya,
"oke. Tapi jangan keluar-keluar!" Ancam Karin kembali berbalik menghadap Bagus.
"Iya iya..., bawel banget sih, kakak gue ini!"
***
Telur
Margarin
Mie instan
Karin membaca note barang-barang yang akan ia beli. Karin memasukkan beberapa bungkus mie instan ke dalam keranjangnya.
"Apa lagi ya?" Gumamnya.
Merasa sudah siap Karin melangkah menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya.
"Kara?" Karin memperhatikan sekitar memastikan tidak ada orang lain tau saat ia hendak menghampiri Kara.
"Ekhm, numpang minum." Alibi Karin mengambil sebotol minum yang ia beli lalu meneguknya. Kara kaget tak menyangka ia bertemu dengan Karin disini. Tapi tak lama Kara kembali menampilkan senyum manis sembari mengangguk.
Ia menyodorkan tisu pada Karin, "thanks." Singkat sang empu.
"L-lo sendiri disini?" Tanya Karin berusaha menghilangkan keheningan. Kara menggeleng lalu menunjuk pintu minimarket ditambah dengan gerakan tangan yang mengisyaratkan "mama."
"Ngomong kek, jangan kek orang bisu!" Decak Karin.
Rezi menggulum senyumnya, "tapi aku tuli."
Deg!
Karin diam menatap mata indah diseberang sana. Tak tahu ingin membalas apa. Ia hanya bisa menatap mata indah Omkara yang memancarkan kepedihan.
"Aku kecelakaan 16 tahun lalu. Mungkin pak supir udah ngasih tau kamu, ya?" Ucap Kara diakhiri senyuman manis. Karin memutar matanya enggan menatap Kara.
"KARIN!" Tak hanya sang empu yang dipanggil, Kara dan orang-orang yang berlalu lalang pun tersentak kaget.
"Bagus." Gumam Karin.
Bagus melangkah lebar pada Karin, ia menarik lengan Karin dengan kasar. "Ayo pulang!" Titahnya.
"Ngapain lo sama manusia ngak berguna ini?!" Bagus melirik Omkara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories [vakum sementara]
Teen FictionDia tampan, kaya, dia sempurna. Tapi..., dia tuli. Apa jadi jika si Tuli berharap berteman. Terlebih dengan Karin, si queen bullying yang suka mengganggunya. Karin itu berbeda. Dia memiliki dua kepribadian. Dia jahat, sangat jahat seperti psikopat...