Kenangan 12

469 41 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👁👅👁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👁👅👁
.
.
.
Karin membawa Kara ke taman belakang sekolah. Ia mendudukkan Kara di kursi. "Pake." Ia memberikan alat BTE pada si pemilik.

Karin ikut duduk di samping Kara. "Mereka tau."

Karin menoleh heran, "mereka tau aku tuli." Lanjut Kara masih menunduk.

"Aku malu." Karin mengubah posisi duduknya menghadap Kara, ia memegang kedua pundak Kara. "Dengerin gue."

"Lo gak perlu malu karena itu yang buat diri lo beda dari yang lain. Itu anugerah spesial yang di titipkan Tuhan sama lo. Tuhan percaya, kalo lo bisa melalui semuanya dengan keistimewaan lo." Ucap Karin serius.

"Lo spesial, gak ada yang patut lo malukan di diri lo." Lanjutnya menatap dalam indahnya bola mata Kara.

Kara tertegun mendengarnya ia tersenyum tipis pada Karin lalu ia menggapain kedua tangan Karin. "Makasih ya, kamu udah anggap aku spesial. Kamu memang gadis baik." Ucap Kara tulus.

Karin menarik kembali tangannya, "gue gak sebaik yang lo pikirin. Inget! Gue cewek yang suka jahatin lo." Karin langsung berlari meninggalkan Kara sendiri.

"Sampai kapan kamu mau berlindung di balik topeng jahatmu." Gumam Kara memandangi kepergian Karin.

***

Karin melempar sembarang tas, lalu menghempaskan diri di kasur kesayangannya.

"Bodoh! Kenapa bisa gue jadi bijak tadi?! Sok sok ngasi semangat ke dia." Gerutunya pada diri sendiri. Karin menghela nafasnya, "cape...," keluhnya.

"Cape setiap hari harus berpura-pura." Karin memejamkan matanya perlahan, tanpa sadar ia meneteskan air mata dan berakhir ke alam mimpi.

***

Paginya Karin berangkat dengan mobilnya sendiri. Kali ini ia tidak membangunkan sang adik, ia hanya membuatkan Bagus sarapan yang sudah di letak di atas meja makan. Biar lah ia terlambat, itu balasan untuk Bagus. Pikir Karin.

Saat ini Karin sudah sampai di depan kelasnya yang sudah cukup ramai.

"Karin?" Sang empu menoleh pada Alana dan Shifa yang memanggilnya.

Memories [vakum sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang