Malam Pertama

3.1K 88 1
                                    

Dinikahi Siluman Ular
Bab 1 : Malam Pertama

Aruna, adalah sosok gadis cantik yang polos dan lugu. Karena kepolosannya, ia pun menerima pinangan seorang pria dewasa yang tampan di dalam mimpinya. Dengan pikiran bahwa itu adalah sebuah mimpi. Terlebih lagi dirinya tak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih.

Pria itu tampan, gagah dan berwibawa meski Aruna bisa melihat bahwa pria yang menikahinya tersebut, memiliki usia yang lebih dewasa dari dirinya. Aruna, hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi untuk lulus SMA. Sedangkan pria itu? Sepertinya sudah berkepala tiga.

Terasa nyata namun tak sewajarnya. Karena pria yang menikahinya tak seperti lumrahnya para pria di dunia yang ditemuinya. Begitu juga dengan resepsi pernikahan yang diselenggarakannya. Terasa kental adat kuno-nya.

Pria itu memakai setelan pakaian aneh. Terlihat seperti seorang pemain film kolosal yang memiliki kostum ala-ala kerajaan di tanah Nusantara. Meski demikian, sebuah cincin kawin tersemat kuat dijari manisnya.

Begitu juga dengan dandanan dan kostum pengantin yang dipakaikan pada Ayunda. Terasa kadaluwarsa untuk zaman sekarang. Aneh!

Dan lebih anehnya lagi, Aruna pun diajak untuk melakukan malam pertama oleh suaminya.
Karena tak memiliki pengalaman berpacaran, Aruna pun menolak mentah-mentah ajakan pria yang mengaku sebagai suaminya tersebut.

Sialnya, ia seolah tersihir oleh keadaan yang membuat dirinya lemas tak berdaya dan juga tak bertenaga.

Pria itu memang tak bersikap kasar. Namun membuat Aruna cukup merasakan ketakutan yang membuat dirinya bergetar hebat. Bahkan berkeringat dingin.

'Mimpi macam apa ini? Kenapa sampai ke arah adegan ini?' batin Aruna menggerutu. Bibirnya terkunci rapat oleh pria yang mengaku sebagai suaminya. Entah sihir semacam apa.

"Aku suamimu, Nyimas. Tenanglah istriku. Aku takkan mungkin menyakitimu," ucapnya lembut seraya mengelus pipi Aruna.

Sedangkan kepala Aruna menggeleng cepat. Ketakutan yang dirasakannya terasa begitu nyata. Sentuhan lembut pria itu pun membuat sebagian bulu kuduknya berdiri. Mengapa terasa begitu nyata? Aruna benar-benar kebingungan.

"Apa kamu tak ingin melakukannya denganku?" tanya pria itu menyelidik.

Aruna mengangguk cepat. Memberikan kejujuran lewat isyarat. Meski ini mimpi, ia tak ingin melakukannya dengan paksa. Terlebih dengan pria asing. Karena di lubuk hati terdalam seorang Aruna, telah terukir sebuah nama yang mampu membuat dada Aruna berdegup kencang. Ansel, nama pria yang membuat hatinya merasa berbunga-bunga tatkala berjumpa.

"Tapi aku suamimu, Nyimas," cakap sang pria yang terlihat keberatan dengan penolakan wanita yang dianggapnya sebagai istrinya.

Aruna kembali menggeleng cepat. Menyanggah pengakuan pria asing tersebut.
Tubuhnya sungguh sukar untuk digerakkan.

"Apa kamu lupa, tadi pagi kamu menerima lamaran dari Kakang?!" ungkapnya mengingatkan Aruna atas serangkaian kejadian dihari ini. Mimpi yang terasa begitu cepat dalam serangkaian kejadian yang berturut-turut.

Aruna membulatkan matanya. Mengingat kejadian mimpi manis tentang pernikahan. Tapi, bukankah itu hanya mimpi?
Mimpi yang dianggap Aruna sebagai bunganya tidur. Tapi, kenapa bagian malam pertamanya seolah terasa sangat nyata?
Pikiran gadis lugu itu bersahutan saling bertanya dan menjawab.

"Ini bukan mimpi, istriku. Ini nyata. Kita telah menikah, dan mulai saat ini kita adalah pasangan suami istri," jawab pria itu seraya tersenyum manis. Seolah dirinya mampu membaca jalan pikiran Aruna.

Perlahan tapi pasti, pria itu menyibakkan pakaian adat yang dikenakan oleh Aruna. Wajahnya terlihat serius menatap tangannya yang perlahan menjelajahi pakaian istrinya.

Aruna menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa malu atas sikap mesum pria yang dianggapnya tak tahu malu.

Mengaku sebagai suami? Kapan pria itu mengucapkan ijab kabulnya? Gadis itu mengumpat perilaku pria yang tengah berfokus pada dirinya tersebut.

'Om, please! Jangan sentuh aku! Aku masih perawan!' jerit Aruna memelas penuh iba di dalam hatinya. Gadis itu memanggil pria itu dengan gelar om. Karena dalam benak Aruna, pria itu dirasakannya terasa lebih dewasa dari dirinya. Seperti om-om yang berusia 30 tahun lebih dikit.

Pria itu menghentikan aksinya. Matanya menatap tajam pada Aruna.

"Omplis? Namaku Dewandaru, putra mahkota Raja Dewantara. Namaku bukan omplis," jawabnya tegas. Ternyata, Dewandaru mengira dirinya dipanggil dengan nama omplis.

Mata Aruna membulat. Ia semakin yakin bahwa pria yang berada di hadapannya tersebut mampu membaca jalan pikirannya.
Dukun kah ia? Atau cenayang? Ayunda bertanya-tanya dalam hati.

"Sebentar? Mengapa kau mengatakan padaku bahwa dirimu masih perawan? Apa kamu sengaja menggodaku, duhai istriku?" Dewandaru tersenyum penuh arti menatap Aruna

Gadis itu menggeleng cepat.

'Dasar mesum! Aku bahkan gak pernah mikir ngasih keperawanan aku sama kamu, Om!' umpat Aruna jengkel.

Bola mata Dewandaru membulat dengan umpatan Aruna. Pipinya memerah padam dengan ucapan Ayunda. Bahkan matanya berwarna merah menyala. Mirip lampu yang sedikit terang.

"Tidak berniat memberikannya padaku? Lalu pada siapa kamu berniat memberikannya?" tanya Dewandaru kesal dan tersinggung.

'Ya pada orang yang aku cintai, Om!' balas Aruna. Meski bibirnya bahkan tak bergerak dalam berucap, tapi Dewandaru dapat dengan jelas mendengar perkataan hati Aruna.

"Orang yang kamu cintai? Lalu aku siapa bagimu, istriku!?" sungutnya setengah murka. Meski sekuat tenaga Dewandaru menahan amarahnya, tak ingin mengotori malam pertamanya dengan amarah.

'Siapa om, bagi aku? Mana aku tau! Yang jelas, om bukan orang yang aku cintai!' jawab Aruna blak-blakan. Komunikasi keduanya cukup lancar meski jawaban yang diberikan oleh Aruna hanya melalui umpatan batinnya.

Rasa kesal dengan jawaban Aruna benar-benar naik ke ubun-ubun Pangeran Dewandaru. Dengan berang, Pangeran Dewandaru pun membuka kasar pakaian adat pengantin yang dikenakan oleh Aruna.

"Akhhh!" jerit Ayunda berteriak dengan suara keras dan lantang. Ia benar-benar ketakutan dengan aksi Pangeran Dewandaru yang melucuti pakaiannya satu persatu secara paksa.

Mata Aruna terbuka seraya tubuhnya refleks terbangun dari ranjangnya. Keringat bercucuran di tubuhnya.

Gadis itu mengerjap lalu melihat ke arah tubuhnya.

Utuh ... Aruna saat ini tengah memakai baju tidur yang lengkap, yang semalam dikenakannya sesaat sebelum menaiki ranjangnya.

Gadis itu menghela napas panjang. Mengatur napas yang tersengal-sengal sedari terbangun dari tidurnya. Lega rasanya saat menyadari mimpi buruknya telah berakhir.

"Syukurlah cuma mimpi!" ucapnya pada diri sendiri.

Ia pun bergegas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Namun matanya hampir saja melompat dari kelopaknya saat dirinya melihat sebuah cincin pernikahan yang tersemat melingkar di jari manisnya.

Dengan tangan yang bergetar dan dada yang kembali berdebar, Aruna pun mendekatkan tangan pada wajahnya, untuk melihat dengan seksama, cincin apa yang saat ini tengah dikenakannya.

Deg! Jantungnya berdegup kencang saat meyakinkan bahwa cincin itu benar-benar cincin kawin.

Bibir Aruna bergetar ketakutan kala dirinya melepas perlahan cincin tersebut dengan rasa penasaran. Ingin melihat dari mana asal muasal cincin tersebut.

DEWANDARU ... cincin itu mengukir sebuah nama yang ia dengar dari seorang pria yang mengenalkan namanya di mimpinya semalam.

Untuk beberapa saat gadis itu menahan napasnya beberapa detik. Tubuhnya kaku terpaku.

Bukankah semalam hanya mimpi?
Batinnya bertanya-tanya.

Benarkah itu mimpi semata?
Atau ?

Bersambung ...
Garut perbatasan, 30 Oktober 2021
By Juwita Abdillah

Dinikahi Siluman UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang