Bab 7:
No what what
Melihat keadaan yang kacau, Tumenggung Durajaya pun menjentikkan jarinya. Hanya dalam hitungan detik Aruna dan Dewandaru pun mematung. Bahkan bunga mawar yang dilemparkan oleh Aruna pun masih melayang di udara.
Tumenggung Durajaya pun menghela napas panjang. Betapa konyolnya keadaan yang telah diperbuat oleh keponakannya tersebut. Jika saja Dewandaru bukan seorang pangeran, tentulah Tumenggung Durajaya ingin sekali memarahinya.
Dengan satu tepukan tangan Durajaya, ia pun membangunkan Dewandaru yang membeku.
"Paman," sahutnya mengerjap. Ia terkejut ketika melihat Aruna yang mematung dengan hidungnya yang sedikit memerah akibat tebasan benda ringannya.
"Lebih baik, secepatnya Pangeran pergi untuk bertapa. Secepatnya juga, Paman akan membangunkan Permaisuri Aruna," Durajaya memberikan saran.
Dewandaru mengangguk setuju, "ini ... "
"Paman tau, Pangeran tidak berniat untuk mencelakai istrinya Pangeran," sela Durajaya.
"Di'mas pamit, Paman. Sampaikan salam dan maaf Di'mas pada Nyimas Aruna," ucapnya sayu. Hal romantis yang terjadi barusan hanya mampu bertahan beberapa menit saja. Sial.
Durajaya mengangguk setuju. Dewandaru menatap nanar pada Aruna yang membeku, "Kakang akan merindukanmu, Nyimas," ungkapnya seraya mengelus pipi Aruna. Lalu matanya terpejam dan menghilang dari hadapan Aruna dan Durajaya.
Setelah beberapa detik, Durajaya pun kembali menjentikkan jarinya. Aruna pun kembali bergerak bebas. Sedangkan disekitarnya tak didapatinya lagi Dewandaru.
Meski Aruna baru saja membeku, tapi dirinya bisa menyadari kepergian Dewandaru. Ia hanya di bekukan beberapa saat. Bukan di hilangkan kesadarannya.
"Dewandaru-nya sudah pergi Paman?" tanyanya. Tumenggung Durajaya pun mengangguk.
"Syukurlah," Aruna tersenyum manis.
"Ya sudah, Paman baiknya pergi juga," titah Aruna.
Mulut Durajaya bergerak-gerak cepat, seolah tengah melafalkan sebuah mantra. Detik berikutnya ia pun berubah menjadi seorang gadis cantik dan energik. Membuat Aruna melotot melihat sihir tersebut.
"Kamu ngusir aku?! Gak bisa, soalnya aku dah janji sama Dewandaru buat jagain kamu," tolaknya manja seraya merebahkan tubuhnya ke atas ranjang Aruna.
"Kamu siapa?" tanya Aruna terkejut.
"Aku? Aku adalah Durespati. Putrinya Tumenggung Durajaya. Aku dan Romo Durajaya akan bergiliran menjagamu," balasnya santai.
Aruna menatap tajam pada Durespati. Jika ditelisik lebih dalam. Sikap Durespati berbeda dengan Dewandaru ataupun Tumenggung Durajaya. Apa alasannya? Pikirannya bertanya-tanya.
"Karena aku dan Romo Durajaya sudah tahu seluk beluk dunia manusia. Kami bahkan sering berkeliaran di dunia manusia. Aku gaul dan gak ketinggalan zaman! Dunia manusia emang unik," balas Durespati seraya memejamkan matanya dan penuh percaya diri.
Aruna mencebik dengan tingkah polah Durespati. Ternyata, bukan hanya Dewandaru saja yang mampu membaca jalan pikirannya. Durespati pun mampu menebak jalan pikirannya.
"Gak semuanya, Arunaaaa. Hanya segelintir saja. Itupun hanya keluarga kerajaan yang bisa mendengar suara pikiran kamu, nenek moyang kami merahasiakannya turun temurun," jawabnya lagi.
"Dan aku adalah sosok yang haus ilmu. Sering memperdalam ilmu pengetahuan. Meskipun itu dari dunia manusia," timpalnya lagi.
Aruna menghela napas panjang seraya duduk di ranjangnya. Mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Siluman Ular
Teen Fiction'Dasar mesum! Aku bahkan gak pernah mikir ngasih keperawanan aku sama, Om!' umpat Aruna jengkel. Bola mata Dewandaru membulat dengan umpatan Aruna. Pipinya memerah padam. Bahkan matanya berwarna merah menyala. "Tidak berniat memberikannya padaku? L...