Bab 15: Perjodohan untuk Dewandaru.
Penulis: Juwita AbdillahAruna menutupi bagian dadanya dengan kedua tangannya. "Dasar mesum!" umpatnya kesal. Dandanannya saat ini dirasakannya seperti penari tatar Sunda.
"Apa yang salah dengan Kakang, Nyimas Aruna?" Pria itu tak mengerti, mengapa hanya hal kecil saja, membuat Aruna membentaknya.
"Kakang tidak mengerti, mengapa Nyimas Aruna marah?" tanyanya heran. Namun tetap belajar memahami diri Aruna.
"Ini ngapain dandanin aku kaya penari ronggeng!" dengusnya sebal.
"Penari ronggeng? Kakang tidak tau seperti apa penari ronggeng itu. Tapi, dandanan saat ini adalah yang paling cocok di dunia Kakang," pria itu menjelaskan.
"Gak! Aku nggak suka! Ini model pakaian jaipong!" berangnya ogah-ogahan.
"Pakaian jaipong? Itu apalagi, Nyimas?" Dewandaru sungguh tak mengerti mengapa wanita yang saat ini dihadapannya begitu pemilih. Bahkan perihal pakaian pun, cukup pemilih.
Jaipong? Apa itu jaipong? Dewandaru harus semakin rajin mempelajari kehidupan manusia yang terlalu kaya akan kosakata bahasa.
"Pakaian ini aneh, Om!" Keluh gadis bermata jernih itu.
"Tapi Nyimas Aruna, jika Nyimas Aruna memakai setelan pakaian yang dikenakan dari dunia manusia saat ini, itu pasti akan membuat para prajurit yang perondaan (patroli) akan curiga terhadap Nyimas Aruna. Dan itu tentunya akan menjadi masalah besar bagi kita," khawatir yang masuk akal.
"Tapi aku gak nyaman pakai pakaian ini Om!" protesnya ketus. Kedua telapak tangannya menutupi bagian atas dadanya. Tak terbiasa dengan pakaian yang terbuka, meskipun tidak seksi. Meskipun apa yang diucapkan oleh Dewandaru ada benarnya juga.
"Lalu pakaian seperti apa yang Nyimas Aruna inginkan?" Pria itu pasrah pada keputusan Aruna. Barangkali ada solusi agar gadis kesayangannya itu ada ide.
Aruna berpikir sejenak, "aku mau pakai pakaian buat pria aja Om! Gak papa tomboy. Pan kita lagi nyamar!" permintaannya aneh.
Tomboy? Apalagi itu? Pakaian seperti apa?
Dewandaru mendengus dingin. Nyimas Aruna sangat susah diatur. Sudah jelas-jelas Aruna begitu cantik menawan dengan pakaian ronggeng atau jaipong untuk dikenakan olehnya. Tapi malah memilih pakaian untuk laki-laki. Batinnya menggerutu.
"Ayo Om! Aku gak nyaman nih!" pintanya memaksa.
Lagi-lagi Dewandaru membacakan mantra untuk Aruna. Bibirnya komat-kamit. Lalu detik berikutnya gadis itu pun berubah. Memakai pakaian yang sangat terlihat aneh dimata sang pangeran.
Benar saja, hanya dalam hitungan detik Aruna kini tampil berbeda. Ia memakai setelan pakaian pria sunda pada zaman dahulu. Tak lupa ada iket kepala dan kumis tipis diatas bibirnya.
Aruna tergelak tawa saat melihat tubuhnya yang memakai baju aneh. Sedangkan Dewandaru justru mendelik ketus melihat wanita yang dicintainya memakai kostum pria. Benar-benar wanita aneh. Menghancurkan suasana romantis keduanya.
"Nyimas Aruna mencemari kencan kita," ujar Dewandaru seraya kedua tangannya bersedekap.
"Kencan? Apa itu kencan? Om tau dari mana tentang kencan?" Aruna menggoda pria itu. Cekikikan dengan kalimat baru yang diucapkan oleh pangeran kerajaan tersebut.
"Kakang selalu melihat di televisi. Juga menyimak para anak muda yang seusia Nyimas Aruna," jawabnya polos.
Aruna terkekeh geli mendengar bagaimana sang pangeran polos itu berjuang keras menyelami kehidupan manusia. Gigih dan ulet untuk mendapatkan simpati dari Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Siluman Ular
Teen Fiction'Dasar mesum! Aku bahkan gak pernah mikir ngasih keperawanan aku sama, Om!' umpat Aruna jengkel. Bola mata Dewandaru membulat dengan umpatan Aruna. Pipinya memerah padam. Bahkan matanya berwarna merah menyala. "Tidak berniat memberikannya padaku? L...