Chapter 8 : cinta telah lepas

563 58 0
                                    

Bagi Baekhyun kecil, ketika ia sudah sangat lelah dijadikan samsak oleh sang ayah dan ibu maka ia akan berlari keluar mencari tempat paling sepi menurutnya untuk mengeluarkan tangis. Tidak benar jika ada yang mengatakan ia anak yang kuat, walau memang di depan banyak orang seperti itu, tetapi sayangnya ia tetaplah seorang bocah malang yang terlalu rapuh untuk dunia kejam ini.

Dan itu terjadi seperti sekarang, Baekhyun menangis tersedu-sedu, disebuah pohon tua besar yang berada di belakang kompleks perumahannya, area ini cukup jauh dari permukiman, sangat sepi tetapi sangat nyaman, dengan banyak tumbuhan-tumbuhan lain, pohon-pohon tinggi yang daunya menjadi kanopi. Baekhyun suka tempat ini, tempat favoritnya menumpahkan tangis.

Akan tetapi hari ini Baekhyun yang menangis tak mengindahkan jika di sebelah pohon lainnya ada sosok anak remaja 17 tahun memperhatikannya penuh keheranan, anak remaja laki-laki itu memandang Baekhyun dengan mengkerutkan kening tanda penasaran, penasaran kenapa ada seorang anak kecil yang menangis di balik pohon seperti itu.

"Hey?" Remaja lelaki itu memanggil memastikan.

Baekhyun yang mendengarnya langsung berdiri kaget masih dengan cucuran air matanya yang terjatuh, melihat di depannya ada orang lain Baekhyun bersiap-siap akan berlari.

"Hey bocah jangan lari," remaja itu cepat-cepat memegang tangan yang lebih kecil "jangan takut aku tidak akan menyakitimu."

Walau berkata seperti itu Baekhyun masih takut pada orang di depannya ini, ia memukul-mukul tangan besar itu agar melepaskannya. Pukulan Baekhyun tak membuahkan hasil, hingga membuat ia beralih cara lain dengan mengigit tangan itu.

"Akhh! Sial!"

BRUK!

Tubuhnya di hempaskan jatuh ke tanah, Baekhyun meringkuk takut ke sudut pohon. Memeluk tubuhnya dengan gemetaran, melihat orang yang menghempasnya dengan pandangan takut yang sangat kentara.

Si remaja laki-laki melihat itu menjadi menyesal, kemudian ia berjongkok mendekati Baekhyun yang masih berusaha bergerak mundur menjauh

"Tidak tidak jangan takut maafkan aku, aku tadi tidak bermaksud menyakitimu. Namaku Chanyeol aku tidak bermaksud jahat," bujuk Chanyeol yang saat tiba-tiba ia melihat lebih dekat pada wajah anak di depannya ia menjadu sadar akan dua hal "astaga kenapa bibirmu berdarah seperti ini, hey kau anak tuan Byun bukan?" Melihat sudut bibir anak itu berdarah, Chanyeol takut. Siapa tahu itu karena ia tetapi melihat lebih teliti sudut bibir hingga kepipi putih anak itu malah membiru, seperti sebuah bekas pukulan tangan. Itu bukan salahnya.

Baekhyun kemudian melihat dia yang bernama Chanyeol, dengan tatapan seperti bertanya-tanya kenapa bisa ia mengenalnya.

"Aku tetanggamu, anak Park joongki jika kau tidak tahu," ujar Chanyeol yang mengerti arti tatapan itu.

"Kau Baekhyunkan?" Pertanyaan yang di jawab anggukan ragu-ragu Baekhyun "hahaha jangan menatapku takut-takut seperti itu aku tak akan menjahatimu, coba sini aku lihat luka di wajahmu." Tangan Chanyeol beralih meraih dagu si mungil mendongakkan wajahnya agar dapat ia perhatikan.

'Indah' kata yang tiba-tiba saja ia keluar dalam pikirannya kala melihat lebih dekat wajah si kecil itu. Ia tak tahu kenapa bisa-bisanya berpikir seperti itu namun ia mengakui jika itu adalah kenyataan. Walaupun ada lebam biru kentara di sudut bibir itu namun keindahan yang Chanyeol maksud tetap nampak di matanya.

~~•~~

Summary

bukan dia yang harusnya bersedih, karena bukan ia yang terluka. sadar jika ialah si antagonis dalam hal ini menyuruhnya untuk tak bertingkah seolah-olah dialah yang tersakiti. ia harus kuat, harus menjadi kuat demi orang-orang yang ia cintai.

My Days Are A Struggle [2018/2019] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang