2

10K 1K 50
                                    



Victori Senior High School, sebuah sekolah SMA yang berada di tengah kota seoul itu dibangun oleh para petinggi keluarga Lee dan Jung yang sudah lama saling bekerja sama dalam berbagai bidang. Sekolah taraf international yang di dalamnya hanya anak dengan otak berkualitas tinggi yang bisa masuk ke dalam, namun setelah beberapa generasi kepemilikan, standar sekolah yang dulu begitu menjunjung tinggi prestasi kini makin lama makin pudar.

Sekolah hanya digunakan sebagai ajang gengsi, mereka yang berkantung tebal berkuasa, sedangkan mereka yang pintar namun tak kaya hanya dianggap hama. Pembulian sering terjadi, namun beberapa guru nampak acuh, selagi gaji mengalir, mereka tidak akan peduli.

Dan tanpa mereka sadari semua itu sudah masuk dalam pengawasan pewaris tahta keluarga Lee yang akan pindah ke sekolah itu setelah pendidikan dasarnya sebagai pewaris di Inggris selesai.

Lee Jeno, si pemuda berparas rupawan itu nampak berjalan dengan tegap dan aura di sekitarnya yang terasa begitu menekan, di sebelahnya berjalan pula sang pengawal pribadi yang juga seumuran dengannya, seorang pemuda yang tak kalah tampan dengan alis camarnya sebagai ciri khas.

Tiap langkah yang mereka ambil menuju kelas diiringi jutaan tatapan memuja yang hanya dianggap angin lalu oleh keduanya, keduanya kini berdiri di depan pintu dengan plang bertuliskan 2-1A, ya mereka memang berada di dalam kelas unggulan bukan hanya karena harta tapi juga karena otak dan kemampuan keduanya yang diatas rata-rata.

Bruk

Jeno yang hendak berjalan kearah bangkunya menghentikan langkahnya saat bahunya secara tiba-tiba tersenggol oleh pemuda lain berkulit agak tan yang kini menatapnya mengejek.

" Ups, sorry, nggak sengaja." Ujarnya main-main, kemudian ia terkekeh bersama temannya yang lebih pendek. Jeno memutar bola matanya malas sedangkan Mark di sisi lain menatap penuh arti pada pemuda berkulit tan itu.

" Kau tak apa?" Tanya Mark ikut mendudukkan diri di samping Jeno, ya keduanya memang teman sebangku juga.

Dengan pandangan lurus kedepan dan teramat datar, Lee Jeno hanya menggelengkan kepalanya, terlalu malas untuk bicara.

" Haish, Lee Haechan dan Huang Renjun itu." Desis Mark lirih.





Sedangkan kini di lorong, Minhee berjalan sembari menundukkan kepalanya berbeda dengan Jaemin yang berjalan tegap dengan pandangan lurus kedepan. Banyak pandangan yang tertuju kearahnya, namun dengan santai ia hanya terus berjalan mengikuti arahan adiknya.

" Lewat sini hyung." Ujar Minhee mengetuk sebuah pintu besar berwarna coklat muda, dari dalam terdengar suara seorang pria yang mempersilahkan untuk masuk ke dalam.

" Hyung saja yang kedalam, aku harus segera kekelas sebelum terlambat, paypay hyung." Minhee nampak berlari kecil meninggalkan Jaemin dan menghilang dibalik tikungan lorong, Jaemin yang melihat betapa menggemaskan adiknya hanya terkekeh pelan, setelah mengucapkan permisi akhirnya Jaemin memasuki ruangan tadi.

" Selamat pagi" ujar Jaemin membungkukkan badannya, pria tua yang tadi sibuk menatap layar laptop kini mengalihkan tatapannya pada si pemuda.

" Oh kau murid baru? Na Jaemin benar?" Tanya si pria di angguki Jaemin.

" Aku kepala sekolah, panggil saja Mr. Song, kau akan memasuki kelas 2-1A, ayo aku antarkan."

Mr. Song bangkit dari duduknya, ia berjalan keluar ruangan diikuti Jaemin dibelakangnya, sambil mengantarkan si pemuda Na, Mr. Song juga menjelaskan berbagai ruangan yang mereka lewati serta ekstrakulikuler yang ada di sini.

" Tapi, jika kau mendapat perlakuan tidak adil selama kau masih bisa menanganinya tangani saja dulu, tapi jika sudah tidak bisa segera datang keruanganku." Ujar Mr. Song mengingatkan, melihat pandangan tak mengerti dari Jaemin Mr. Song kembali menjelaskan, " Dulu, sekolah ini merupakan sekolah yang sangat ketat dan disiplin, tidak ada siswa yang berani melanggar dan melakukan tindakan tercela, namun entah darimana para setan-setan itu muncul, mereka menggunakan kekuasaan untuk menindas, berulangkali diberitau pun mereka kembali melakukan dan mengancam." Jelas Mr. Song rinci, Jaemin menganggukkan kepala paham.

Sebelum mereka menyentuhku, sudah kupatahkan dulu tangannya.

" Nah, ini kelasmu, masuklah." Titah Mr.song, ia menepuk pundak Jaemin terlebih dahulu sebelum meninggalkannya sendiri di depan sebuah kelas dengan plang 2-1A.


Tok

Tok

Tok

" Permisi."

Seluruh kegiatan kelas langsung senyap, bahkan guru yang awalnya menjelaskan kini ikut diam dan menolehkan kepala menatap seorang pemuda yang kini berdiri tegap di depan pintu.

" Kau murid baru? Masuklah dan perkenalkan dirimu." Titah si guru.

Jaemin memasuki kelas dengan tenang, matanya menelisik seluruh sudut kelas sebelum akhirnya membungkuk sebentar dan memperkenalkan dirinya dengan singkat.

" Na Jaemin."

" Kau bisa memanggilku Ms. Kim. Kau bisa duduk di sebelah Jeongin, Jeongin angkat tanganmu!"

Seorang pemuda manis dengan kacamata bulat mengangkat tangannya, tempat duduknya berada di bangku paling pojok dekat jendela, setelah mengucapkan terima kasih Jaemin lekas bergegas melangkahkan kakinya menuju bangkunya, ia risih bila menjadi sorotan.

Namun, rupanya teman kelasnya tidak akan membiarkan hal itu berjalan mulus, ketika Jaemin hampir tiba di tempatnya sebuah kaki menjulur untuk membuatnya tersandung, mengetahui hal itu Jaemin memutar bola mata malas.

Dug

" Argh!" Erangan seorang pemuda yang duduk di depan bangku yang akan di tempati Jaemin sontak membuat satu kelas menoleh menatapnya.

" Ada apa denganmu, Lee Haechan?" Tanya Ms. Kim heran, Haechan langsung menggelengkan kepala.

" Tidak apa Ms." Jawabnya meyakinkan, Ms. Kim mengangguk lalu kembali melanjutkan penjelasannya.

Haechan, si pemuda usil itu menatap tajam Jaemin yang di balas tatapan tak kalah datar.

" Sialan kau." Desis Haechan tajam karena kakinya diinjak dengan keras.

Jaemin si pelaku penginjakan hanya mengangkat bahu acuh, bukan salahnya, pikirnya tak peduli.


" Halo Jaemin, aku Jeongin. Semoga kau betah duduk berdampingan denganku." Jaemin menatap Jeongin yang memperkenalkan diri disertai senyum tulus yang menggemaskan, tatapannya nampak lurus menyebabkan Jeongin gelagapan sendiri.

" J-jangan menatapku seperti itu." Lirih Jeongin dengan semburat pink yang muncul di pipinya, Jaemin langsung mengalihkan pandangannya kedepan, bertepatan dengan dua pemuda di depannya yang menatapnya tajam, dengan acuh Jaemin langsung mengalihkan pandangannya ke arah guru yang tengah menjelaskan hingga menyebabkan dua pemuda di depannya mendengus kesal, Jeongin yang berada disebelah Jaemin tentu merasakan ketakutan karena tatapan dua berandal terkenal sekolah mereka itu.

Sepertinya dia bukan anak penakut. Bisik Renjun kepada Haechan yang di jawab anggukan, sial Haechan merasa kakinya masih sangat sakit.

Dan, tanpa empat pemuda manis itu sadari, kegiatan dari acara injak menginjak dan saling melempar tatapan tadi tak lepas dari dua orang pemuda dominan yang juga satu kelas dengan mereka, apalagi tempat duduk keduanya yang bersebrangan dengan Jeongin menyebabkan keduanya melihat dengan jelas kerusuhan tadi.

" Sepertinya dia bukan pemuda biasa, benarkan Mark?" Tanya Jeno dengan pandangan lurus kedepan, Mark yang sedari tadi menatap keempat pemuda manis itu hanya menganggukkan kepala, merasa aneh dengan satu-satunya pemuda yang berani menatap kedua berandalan manis sekolah mereka bahkan membalasnya.

Auranya mirip dengan Jeno, tapi bisa lebih mengerikan.




















Vote and coment
Tbc....




☑️HUNTER NA🦋 [NOMIN ft JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang