Epilog (1)

307 46 21
                                    

Hae hae~ ku balek dari Hiatus ku~ maaf membuat kalian menunggu lama, padahal ku dah janji mau update secepat nya, huhu :"(

Okeh! Untuk info lebih lanjut nanti ku sampaikan di akhir cerita.

Maaf kalau gk ada recehannya dan penggunaan bahasa dan kata2 nya agak beda dari yang sebelumnya 🙏🏻

So, enjoy~



_______________________________
Terbiasa adalah salah satu kelebihan manusia yang diberikan oleh Tuhan, terlebih lagi jika itu dalam hal positif seperti terbiasa belajar dan berbuat baik.

Tapi, ada juga yang terbiasa dengan hal-hal yang membuat mental, emosi dan hatinya hancur. Seperti :

Terbiasa terluka.

Terbiasa ditindas.

Terbiasa sendirian.

Terbiasa kehilangan.

Dan (name) berada di opsi terakhir.

Terlalu banyak orang yang meninggalkannya sendirian di dunia yang kejam ini, baik itu sahabatnya, kerabatnya, hingga orang tuanya.

Sampai-sampai saat kematian ayahnya untuk yang kedua kali di dunia yang fana ini, ia tidak menangis.

Bukannya tidak bisa, hanya saja ia tidak mau.

Sudah terlalu banyak air mata yang ia kuras di masa lalu, dan terlalu banyak perasaan serta waktu yang ia buang kepada mereka yang sudah tiada hanya untuk meratapi kepergian mereka.

Jadi untuk kali ini, dia ingin menghemat air matanya dan perasaannya yang masih tersisa di raga lemahnya itu.

Saat ini, ia sedang berdiri di hadapan nisan ayahnya. Ia berdiri sendirian dan tak ada yang menemaninya. Itu karena ia sendiri yang meminta mereka untuk meninggalkan nya sendiri disana, tak terkecuali (bf) dan dua sejoli itu.

Awalnya, mereka terus memaksa (name) untuk menetap disana dengan maksud menemaninya, tapi (name) yang saat ini sedang keras kepala masih kekeuh untuk menyuruh mereka kembali ke rumah masing2. Mereka pun akhirnya mengalah dan dengan terpaksa memilih pilihan yang sudah ditentukan oleh (name).

Saat mereka bertiga berjalan menuju gerbang keluar pemakaman, Reki dan Langa sempat melihat ekspresi (bf) yang tidak bisa dibaca saat ia menatap punggung saudaranya dari kejauhan. Dan sekilas, mereka juga melihat tatapan khawatir di manik silver blue milik (bf).

Setelah memastikan semua orang telah pergi dari situ, (name) berjalan perlahan menuju samping nisan ayahnya dan duduk disana, menekuk lututnya kemudian memeluk mereka erat-erat.

Manik silver blue miliknya menatap kosong nisan ayahnya, yang secara otomatis merekam ulang sebuah kenangan yang ia dan (bf) lakukan semasa ayahnya hidup.

__________
'(name) sini! Katanya mau makan pasta'

'iya bentar! Ini lagi nyopot sepatu!'

'lah, ngapain dicopot sepatunya? Kan kita makannya di luar'

'biar sepatunya gk kena embun kotornya rumput!'

'yang ada malah kaki lu yang kotor goblok'

'ih, situ kok nge gas. Kan suka2 gw wong ini kaki gw kok. Emang lu sapanya gw hah?'

'ya kembaran elu lah anjir, amnesia sendiri sama sodara lu sekarang?'

'(Name)! (Bf)! Kalau kalian bertengkar terus disana nanti papa yang ngabisin pastanya loh!'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOLDEN SNOW || Sk8 The Infinity × Reader || SEMI HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang