Bab 9

404 66 51
                                    

Dengan raut yang kentara lesu Hinata menyuapkan sesendok sup krim kacang azuki ke mulutnya. Keadaannya terlihat seperti raga yang kehilangan nyawa. Walau sekarang Hinata berada di kafe Oshima, tapi pikirannya melalang buana memikirkan Naru yang belum jelas keberadaannya. Hinata sengaja untuk berhenti sejenak ke kafe ini demi mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Sebenarnya dia masih ingin melanjutkan pencariannya untuk menemukan Naruto, tapi mengingat dirinya yang mengidap maag menuntutnya tidak boleh telat makan. Sehingga dia memilih kafe terdekat yang dilaluinya untuk mengisi lambungnya agar maag-nya tidak kambuh.

"Aku tidak boleh berlama-lama di sini. Naru sendirian di luar sana, dia pasti kedinginan dan kelaparan. Sedangkan aku enak-enakan bersantai di sini, aku harus segera pergi untuk kembali mencari Naruto." Dengan tergesa dia menghabiskan makanannya, hingga sup kacang itu ludes tanpa sisa. Meraih jus melon nya yang tersisa setengah gelas , lalu meminumnya hingga tandas. Ketika dirinya ingin memanggil waiters, terhenti karena ponselnya yang berdering. Tangannya terulur meraih benda kotak yang tergeletak di atas meja, alisnya berkerut ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Sasuke calling

"Tumben sekali si rambut aneh telpon, ada apa ya?" Monolognya heran, karena sepupunya itu amat jarang sekali meneleponnya lantaran selalu sibuk dengan kekasih pinky nya, yang notabenenya adalah sahabat Hinata sendiri. Tidak ingin terlalu larut akan rasa herannya, Hinata akhirnya mengangkat panggilan dari sepupunya itu.

" Halo...tumben sekali kau meneleponku. Jangan bilang kalau kau ingin meminjam uang. Karena aku tidak akan meminjamkannya, uangku hampir habis dan ayah belum mengirimkan uang bulanan. Karena itu maafkan aku Sasuke, aku tidak bisa meminjamkan mu uang, soalnya keuangan ku juga sedang menipis. Maaf ya." Celetuknya heboh tanpa mendengarkan sahutan dari Sasuke di seberang sana. Bukan tanpa alasan Hinata menerka seperti itu, pasalnya setiap kali Sasuke menelepon pasti alasannya tidak jauh dari money. Karena itu Hinata sudah amat hapal dengan gelagat sepupunya itu.

" Ck, sudah? Apa kau sudah selesai dengan mulut rombeng mu itu? Tidak kusangka kau menilaiku seperti itu Hinata, aku menelepon mu bukan berarti aku ingin meminjam uang. Aku ingin minta bantuan padamu." Sasuke berdecak kesal mendengar penilaian Hinata terhadapnya. Dia akui memang tiap kali dirinya menelpon Hinata alasannya hanya untuk meminjam uang. Tapi, bisakah Hinata tidak menjadikan hal itu sebagai penilaian terhadap dirinya, walau itu memang ada benarnya juga. Dia sebal karena sepupunya itu mencapnya sebagai pria materialistis.

"Itu kan kenyataannya Sasuke, tiap kali kau telpon pasti uang yang kau inginkan. Jadi, itu bukan salahku dong, jika aku menilaimu seperti itu. Oh ya, tadi kau bilang kau ingin meminta bantuanku, jadi apa yang bisa kubantu? Apa ini mengenai Sakura? Kau ingin memintaku membantumu menyiapkan kejutan pesta ulang tahun untuk nya? Kalau itu benar, maaf Sasuke aku tidak bisa. Soalnya sekarang aku sedang sibuk." Untuk yang kedua kalinya Hinata berburuk sangka kembali kepada sepupunya itu, tanpa mendengarkan apa yang ingin Sasuke utarakan padanya.

"Hinata...kau ini yaa. Tidak bisakah kau mendengarkan ku dulu? Jangan asal nyerocos aja. Pantas saja kau itu tidak laku, mana ada laki-laki yang mau pacaran dengan cewek cerewet seperti mu. Oke, hufff... Baiklah sekarang dengarkan aku! Aku ingin kau pulang sekarang." Kalimat itu tidak terdengar seperti permintaan, tapi malah merujuk pada perintah yang tidak boleh dibantah.

"Apa? Kau ingin aku pulang? Maaf Sasuke aku tidak bisa, aku masih ada urusan."

"Aku tidak peduli dengan urusanmu Hinata. Yang terpenting sekarang juga kau harus pulang! Karena dirumah terjadi sesuatu yang mendesak. Jika kau masih memiliki jiwa kemanusiaan dalam dirimu, maka pulanglah Sekarang dan lupakanlah urusan tidak penting mu itu." Ucapan Sasuke terdengar tegas dengan penekanan di akhir kalimat. Ya, sepertinya pria bermata onix itu sangat kesal sehingga dia tidak ingin dibantah. Ketika ucapan Sasuke sampai di penghujung, sambungan telepon itu langsung di matikan sepihak olehnya. Hingga membuat Hinata mendengus geram, lantaran jengkel dengan sikap Sasuke yang seenaknya saja.

Pseudo Happiness [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang