Chp. 33

95 13 4
                                    

***

Hanami mengerjabkan matanya. Ia telah selesai di operasi, ia baru sadar setelah beberapa jam, dan efek biusnya sekarang sudah hilang. Dengan perlahan ia menoleh ke samping.

Seseorang tengah tidur dengan posisi duduk disampingnya. Bukan, itu bukan Senku. Itu Tsukasa. Hanami tertegun.

Ia penasaran, sejak kapan Tsukasa ada disampingnya. Ia mendengar suara pintu terbuka, ia menoleh. Senku datang berjalan dengan santai ke ranjang Hanami.

"Oh, sudah bangun? Syukurlah," ucapnya santai.

"Sen—"

"Jangan bicara dulu," tegas Senku.

Hanami menghela napas, membuat ventilatorsnya berembun. Ia melihat ke sisi lain, keluar jendela, nampak sedikit mendung. Senku yang mengerti apa yang ada di benak Hanami, ia berkata, "ini jam 2 siang."

Hanami pun mengangguk. Ia sudah dapat jawaban benaknya dari Senku. Senku meletakkan sebuah kantong plastik yang sedari tadi ia pegang di nakas.

Senku pun berusaha membangunkan Tsukasa. "Oy. Bangun. Hanami sudah sadar." Ia menggoyang goyangkan pundak Tsukasa.

Tsukasa pun terbangun. Ia mengerjabkan matanya. Pandangannya tak sengaja betemu dengan wajah Hanami. Hanami tersenyum tipis.

Tsukasa tertegun. "H-Hanami?.."

Senku tersenyum tipis. Kemudian ia mengecek jam tangannya. "Hm, aku harus menemui Taiju dan Yuzuriha setengah jam lagi. Tsukasa, tolong jaga Hanami. Jika kau lapar, kau ambil saja makanan yang dikantong plastik yang kuletakan diatas nakas. Juga, jika Hanami sudah  diperbolehkan pulang, kau minta bantuan Richard, atau Taeru, atau Ghislaine, hanya mereka yang tengah senggang hari ini, dan mereka bisa menyetir mobil. Lagi satu, jika kau perlu bantuan, Ghislaine ada di kantin rumah sakit," jelas Senku panjang lebar.

"I-iya...." Ucap Tsukasa sembari mengangguk pelan.

Senku pun mengelus kepala Hanami lalu menepuknya pelan. "Ingat, kau belum boleh terlalu banyak bicara. Kau masih lemas."

Hanami tersenyum lagi lalu mengangguk lemah. Senku pun pamit lalu keluar dari ruangan Hanami.

Tsukasa terus menatap kepergian Senku.

"A-aku..."

Tsukasa melirik ke Hanami, ia menunggu lanjutan dari ucapannya.

"Haus...." ucap Hanami dgn suara yang masih serak dan tak terlalu terdengar, sembari memberi isyarat dengan mengelus ngelus lehernya.

Tsukasa mengangguk. "Tapi kau masih menggunakan ventilator. Kita tunggu dokter datang dulu ya?"

Hanami pun mengangguk lemah. Suara pintu terbuka terdengar, membuat keduanya menoleh. Ghislaine datang bersama dengan seorang dokter.

"Oh, Hanami. Kau sudah sadar. Syukurlah," ucap Ghislaine.

Dokter pun menghampiri Hanami. Tsukasa sedikit menjauh, mempersilahkan dokter untuk memeriksa Hanami.

Dokter melepaskan ventilator milik Hanami. "Apa kau masih merasa sesak?"

Hanami pun menggeleng lemah untuk menjawab pertanyaan sang Dokter. "Baiklah, kalau begitu ventilatormu bisa dilepas. Jika kau kembali merasa sesak, kau bisa memanggilku."

"Apa dia boleh minum air?" Tanya Tsukasa.

Dokter pun tersenyum tipis. "Boleh."

Tsukasa pun membalasnya dengan senyuman, kemudian ia mengambil sebotol air mineral untuk Hanami. Ia pun membantu Hanami untuk duduk, ia juga yang membantu Hanami untuk minum.

[✓] Sympathy ; Tsukasa Shishio x Readers [Dr.stone Fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang