- Bab 9 -

1.5K 108 5
                                    

Mulai dari jam 6 pagi Jungkook sudah dipaksa bangun untuk pergi ke hotel keluarga Kim dimana pertunangan akan dilakukan. Dia langsung linglung, entah kenapa harinya jadi terasa begitu berat. Rasanya ia bisa menangis kapan saja.

Saat ini dia sedang dirias dan setiap menit bertambah rasanya nyawanya juga ditarik sedikit demi sedikit. Make up Artist yang sedang meriasnya juga agaknya sedikit ngeri begitu melihat wajah Jungkook yang begitu pucat dan nampak tegang. Sedangkan di sisi lain mamanya masih mengobrol dengan nyonya Kim melalui telefon. Jungkok merasa begitu emosional dan akan menangis kapan saja ketika nama Kim Taehyung disebutkan. 

"Eh, kenapa tiba-tiba menangis" ujar Make up Artist yang bertugas merias Jungkook. Suaranya sedikit tinggi dan panik.

Jungkook awalnya tidak sadar, dia bahkan dengan sigap mengusap air matanya. Tapi entah bagaimana awalnya, kini bahkan dia tidak bisa menghentikan air matanya. Nyonya Jeon yang sadar dengan cepat berjalan ke arah Jungkook dan melihat putranya yang berusaha menghentikan tangisnya dengan berulang kali mengusap mata.

"Sayang, kenapa nangis?" Nyonya Jeon bahkan tidak sadar sedikit berteriak dan  suaranya masuk ke dalam telepon dan didengar nyonya Kim. Nyonya Kim yang ada di seberang telepon juga menjadi panik, membuat keluarga Kim yang sedang berkumpul di ruangan lain agaknya sedikit kalang kabut. Acaranya akan diselenggarakan 3 jam lagi dan Jungkook malah menangis sekarang. 

Sedangkan di sisi lain, Taehyung tentu saja khawatir dan merasa bersalah. Seharusnya dia benar-benar meluangkan waktu untuk "berbicara" dengan Jungkook tentang kesiapan anak itu. Ia meminta ibunya untuk me-loud speaker- pembicaraan beliau dengan mama Jungkook. Suasananya tampak begitu ramai, beberapa orang juga terdengar panik karena Jungkook tidak berhenti menangis. 

Taehyung menghela nafas sebentar dan memutuskan untuk pergi. Ia  bergegas bangkit untuk berjalan menuju ke arah ruangan Jungkook di rias. Seharusnya dia menemani Jungkook saja dari awal. Sedangkan, keluarga Taehyung juga ikut dibelakang, termasuk kakek dan neneknya. Mereka tentu saja khawatir dengan Jungkook dan agaknya penasaran dengan apa yang akan dilakukan Taehyung untuk menenangkan Jungkook.

Taehyung mengetuk pintu dan segera dibuka oleh seseorang didalam, Papa Jungkook- yang membukakan pintu- sedikit terkejut mendapati Taehyung berdiri di depan ruangan mereka. Anak muda itu terlihat sedikit terengah, mungkin sedikit berlari buru-buru kemari

"Permisi, apa saya boleh masuk Tuan Jeon?"

Ayah Jungkook mengangguk dan segera membuka pintu lebih lebar sehingga Taehyung bisa masuk. Keluarga Jeon disediakan executive suit dengan dua kamar serta beberapa ruang lain yang terpisah. Ruangan ini adalah ruangan paling mahal dan utama di hotel Filoteemo. Taehyung bisa mendengar suara Jungkook yang sesenggukan dan Nyonya Jeon yang juga panik.

Beberapa kerabat Jungkook yang sedang duduk di ruang tamu juga kaget mendapati Taehyung di ruangan tersebut. Dari celah salah satu pintu kamar yang terbuka, dia sedikit bisa melihat siluet Jungkook. Ia membungkuk sebentar sebagai bentuk hormat pada keluarga Jeon dan berjalan pelan ke arah kamar tersebut.

Kamar yang ditempati Jungkook sedikit berubah penataannya, mungkin memang sengaja diubah sehingga lebih leluasa digunakan untuk merias. Anak itu sedang duduk di sofa dekat jendela dengan nyonya Jeon disampingnya. Wajahnya terlihat sangat merah dengan air mata yang terus keluar. Entah kenapa, hal itu membuat hati Taehyung sedikit sakit. 

"Jungkook" panggil Taehyung pelan. 

Dengan segera Jungkook menoleh, matanya seketika terbelalak melihat Taehyung ada di ambang pintu dan seketika menoleh ke arah jendela. Dia tiba-tiba malu dan merasa "aneh" melihat Taehyung disini. Pria itu belum mengenakan jasnya dan hanya mengenakan vestnya tapi nampak begitu luar biasa. 

My Blue - TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang