"Ni, Mas. Satenya." penjual sate memberikan sebungkus sate pada Samudra.
Pemuda itu menerima sambil membayarnya. "Makasih, pak." setelah itu, Samudra pergi ke rumah sakit untuk memberikan sate tersebut pada gadis galak itu.
"Kamuunya!" suara Gia dari dalam membuat langkah Samudra terhenti saat sudah sampai di depan pintu ruangan.
"Iyaa, sayangg. Akuu maafinnn."
"Ini gak benar!" gumam Samudra bergegas membuka pintu, dan langsung merampas ponsel yang ada di tangan Gia.
Gia kaget. "Lo apa-apaansih?!"
Bukannya menjawab, Samudra membanting ponsel Gia hingga berkeping-keping.
Membuat gadis itu berteriak histeris. "Ponsellll gueeeeee!!" Gia turun dari brankar, kemudian pandangannya ke Samudra.
"Anj*ng looooo!" murkanya, setelah itu menampar pipinya kencang.
Telinga Samudra berdengung, pipinya nyeri sakit. "Kamuu gak boleh berhubungan sama dia lagii," ujarnya lembut. Menahan rasa tamparan Gia.
"Bukann urusan lo!" Gia naik lagi ke brankar, merebahkan tubuhnya dan memunggungi Samudra.
"Ini sate buat kamuu. Kamu belum makan 'kan?"
Tak ada sahutan dari Gia.
"Kamu marahh?" tanyanya polos.
Tetap tak ada sahutan.
"Akuu taruh sini ya satenya, barang kali kamu laperr." Samudra menaruh sate tersebut di atas meja. Ia keluar dari dalam ruangan meninggalkan Gia.
Dirasa sudah sunyi, Gia membalikan badannya lagi. Ia duduk, dan meraih kantung sate itu.
Lumayan kan ada makanan gratis, dari pada gak di makan. Nanti mubazir.
Gia membuka bungkusannya, lalu mulai memakan satenya sedikit tergesa-gesa takut ketauan Samudra. Bisa-bisa malu.
Gia tak menyadari pria itu yang tengah mengintip di jendela dengan tawaan kecil, akibat kelakuannya yang diam-diam gremet.
_
Hari ini, Gia di perbolehkan pulang karena kondisinya mulai stabil. Samudra pun membantu Gia. Pemuda itu setia menemaninya.
"Jangan pegang-pegang!" ketusnya saat Samudra mencari kesempatan dalam kesempitan.
Samudra menurut, membiarkan Gia berjalan terlebih dahulu.
Saat sudah sampai di depan gerbang rumah sakit, mereka berdua menaiki taxi.
_
"Pulang juga kamuu, ayah kira sudah matii!" celutuk Dewa sambil menyebat rokoknya.
Mata Gia yang tajam menyorot ke pria tua itu. "Doa yang jahat akan berbalik ke orangnya!" balas Gia kemudian pergi ke kamar.
Samudra menatap kepergiannya, di rasa sudah tak terlihat. Pria itu ikut duduk bersama Dewa.
"Gimana sifat Gia? Sudah mulai berubah?"
Samudra sedikit menggeleng. "Belum, om."
Dewa membuang napas penat.
"Lohhhh nak Samudra, sudah balik toh? Gia nya mana?" tanya Siti sembari membawa kopi pahit untuk sang suami.
"Gia ada di kamarnya, buk. Mungkin lagi istirahat."
Siti ikut duduk bersama mereka, mengobrol masalah pekerjaan rumah ataupun Gia.
_
Gia duduk di kasir, menyalahkan api dan menbakar ujung rokok tersebut.
Gadis itu menyebat rokok dengan santai, menikmati bau asap yang mengepul di depannya.
Sudah lama ia tak merokok, mulutnya berasa asam.
"Duniaku hancur!" kekeh Gia membayangkan betapa jeleknya ia di mata orang-orang.
Samudra berjalan ke kamarnya Gia, saat hendak mengetuk pintu. Pria itu merasa mencium bau asap rokok.
"Gia ngerokok?" bingungnya. Ia membuka pintunya sedikit, mengintip Gia dari luar.
Mata Samudra melotot, melihat kelakuan Gia yang sebenarnya. "Astagaaa!!!" seruh Samudra langsung mendobrak pintunya.
Gia yang kaget pun bergegas mematikan sisa rokoknya dan menatap si pelaku kepo itu.
"Ngapain lo?" bukannya talut, Gia malah santai dengan apa yang terjadi.
"Kamuu ngerokok?!"
"Yaaa menurut lo gue nyebat apa tadi?" tanya Gia balik.
"Rokok," jawabnya polos. Entah kenapa, Samudra tiba-tiba menjadi bocah polos seperti itu.
Gia gemas. "B*goo bangat kamoooo monyettt!" gadis itu menyubit kedua pipi pria tersebut.
"Giaaa. Ngerokok itu gak bolehh, apalagi kamu wanita. Kalau kamu udah nikah, terus lama untuk punya anak gimana?"
"Gue gak perduli," balasnya dengan malas.
"Tap----"
"Sssttttt udah dehh diemmm! Cape tauu gue denger lo ngomong mulu!" Gia membekap mulut Samudra menggunakan tangannya.
••••
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Woman
Fanfiction"Diem di situ atau gue cium!" ancam Gia seraya melayangkan tatapan tajamnya pada Samudra. "Gia mau cium, aku? Mau dong ...." "Idiot!"