22

605 15 0
                                    

"Ini gimana sih? Dari tadi bantet mulu?!" gerutu Gia yang sudah berkali-kali mencoba, namun usahanya gagal.

Samudra yang dari arah kulkas sambil menenggak air putih, terkekeh melihat Gia yang buatannya sudah banyak plus hancur.

Samudra menaruh gelas, kemudian mendekatinya. "Gimana? Gampangkan?" tanyanya dari belakang menatap ke samping, tepat di wajah Gia yang mendung.

"Gampang gimana! Orang susah gini! Tuhh liattt." Gia menunjukan hasilnya yang terakhir.

Bukannya di bantu, Samudra malah mengejek buatan gadis itu. Hingga kemarahannya muncul dan langsung menaruh sepiring bolu dengan kesal.

Gia menyingkirkan tangan Samudra yang menghalanginya.

"Ehh, mau kemana?"

"Mau ngerokok! Lo aja yang bikin kue, gue yang makan!" balas Gia kemudian pergi dari pandangan Samudra.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan darinya. "Mau sampai kapan ngerokok teruss?" gumamnya.

Akhirnya Samudra mulai membuatkan bolu pusang untuk Gia yang gagal mulu membuatnya.

_

"Gimana? Enak gak?" Samudra ikut duduk di samping Gia. Mengambil potongan kuenya dan ikut makan.

"Lumayan," jawabnya. Sambil mengunya bolu, sesekali Gia menyebat rokok yang sudah candu baginya.

Samudra berhenti mengunyah bolu, mendadak pusing dan juga sesak napas akibat asap rokok yang masuk ke saluran pernapasan.

Gia melirik, menatap aneh pada pria itu. "Nape lo?"

Samudra bergeleng pelan.

'Aneh.'

Ting nongg!!

Keduanya saling bertatapan, mendengar bell berbunyi. "Siapa sih? Ganggu aja malam-malam!"

"Biar aku yang buka." Samudra berdiri, merapikan bajunya sebentar dan keluar melihat tamu yang datang.

"Melani, kok tau saya ada di sini?" bingung Samudra saat kedatangan Melani mendadak. Apalagi, wanita itu membawa tas besar.

"Aku mau nginap di sini? Boleh kan?"

"Hah?" Samudra kaget. "Bu---"

"Masa gak boleh sih? Aku di usir dari kontrakan, dan bingung mau tinggal dimana. Berhubung aku tau alamat kamu dari komplek sebelah jadi aku ke sini," jawab Melani santai seperti tak memiliki beban.

"Masalahnya ini rumah bos saya, bukan rumah saya," sahutnya bersikeras.

"Masa bos kamu pelit sih? Pliss dong bolehin, kamu ngomong sama dia!" rengek Melani memasang wajah sedih.

Samudra menarik napas, dan mempersilakan Melani masuk. Ia akan mencoba meminta izin pada Gia.

"Siap---" ucapan Gia berhenti, melihat Melani masuk bareng Samudra.

"Ngapain lo bawa dia ke sini?!" tanyanya tak suka, ia ingat sekali dengan wanita itu yang mengaku-ngaku tunangannya Samudra. Bahkan sempat membuat dirinya galau.

"Jadi gini, aku mau minta izin untuk Melani tinggal beberapa hari di sini. Kamu bolehin kan? Aku janji, setelah dia dapat kontrakan, dia akan pergi."

"Enak aja! Lo kira rumah gue buat tampungan masyarakat miskin?!" amuknya mendelik.

Melani sedikit jengkel padanya, kalau bukan buat deket dengan pria itu, dia ogah harus pergi dari kontrakan.

Samudra langsung bersujud di bawa kaku Gia, membuat gadis itu kaget karenanya.

"Pliss Gia, bolehin! Aku janji, Melani gak akan ngerepotin kamu."

Gia mendadak tak enak pada Samudra, pemuda tersebut rela bersujud karena Melani.

Sialann!!

"Oke, gue bakal izinin nih cewe gila nginap di sini. Tapi ada syaratnya."

Samudra mendongak, dan Melani di buat terkejut. Bukan karena syarat, namun karena panggilan baru dari Gia.

"Dia harus jadi babu di sini! Enak aja kalau gratis, kalian pikir gak pakai uang ini itu!" maki Gia menatap nyalang pada Melani.

Samudra beralih menatap Melani, sorot matanya mengartikan sesuatu. Melani bimbang.

Dengan satu tarikan napas, ia mengangguk. Setuju menjadi babu. 'Demi dekat sama Samudra, harga diri gue turun,' batinnya.

Gia tersenyum miring. "Oh iya babu, piring di dapur udah pada kotor. Toling bersihin yaa," ujar Gia tersenyum mengejek.

Samudra menyamakan dirinya pada Melani. "Kamu senangkan tinggal di sini?" bisik Samudra.

'Senang ndasmu! Aku malah di jadikan babu oleh gadis sialan ini!' batinnya merobta-ronta tak terimah.

••••

Tbc

Strong WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang