Gia merapikan bajunya dan juga memainkan kunci mobil sembari jalan. Namun, saat di depan teras, Gia di kejutkan oleh Samudra yang sudah rapi dengan baju seragamnya.
"Pagi, Giaa," sapanya lembut.
Gia memasang wajah datar, dan mengacuhkan sapaan Samudra. Gadis itu malah melengos dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan Samudra di luar.
Samudra membuang napasnya, ia tahu Gia masih kesal dengannya. Pria itu mengintip di jendela mobil yang tertutup rapat.
"Nona mau kemana? Apa perlu saya antar?" tawarnya mencoba membaiki Gia.
Tak ada sahutan, Gia lebih memilih menjalankan mobilnya meninggalkan Samudra.
Lantas pria mengejarnya, sambil berteriak. "Giaaaa! Saya mau mintaa maaf soal semalam!"
Tetap tak ada sahutan, Gia malah mempercepat mobilnya hingga membuat Samudra tersungkur ke aspal.
Sikunya berdarah, Samudra meringis. Pria itu menatap kepergiaan Gia dengan sedih. Gianya tak mau berbicara dengannya.
_
Gia turun dari mobil, menatap danau yang sejuk. Pandangannya kosong.
Gadis itu membuang napas berat, kemudian duduk di bangku. Gia mengeluarkan favoritnya, yaitu rokok.
Gia menyalahkannya, kemudian menyebat dengan mata terpejam. "Semuanya brengsekk!"
"Tapi, tidak denganku ...." Suara pria membuat Gia membuka mata. Lalu melirik ke samping yang sudah ada Lucas dengan senyuman mengembang.
"Lo?! Ngapain ke sini?!" kesal Gia yang tak mau di ganggu.
Bukannya pergi, Lucas malah duduk di samping Gia. Menuntun kepala Gia agar bersenderan di pundaknya.
"Akuu tahu kamu lagi patah hati," ujarnya sambil mengelus rambut Gia.
Gia diam, dan menikmati sentuhan dari Lucas. "Aku datang ke sini mau minta maaf. Maaf sudah jadi pria brengsek, Gi!"
"Iya, lo emang brengsek!" timpal Gia enteng.
Lucas memakluminya, karena hati Gia masih tak stabil.
Gia membenarkan duduknya, kemudian menyebat rokoknya yang hampir padam.
Lucas mengamati Gia yang tengah asik menyebat rokok. "Kamu ngapain rokok?"
"Bukan urusan lo!" jawab Gia judes. "Mending sekarang lo pergi dehh!" usirnya.
Hati Luca sedikit marah pada usiran dari Gia. 'Sialan nih cewe!' umpat dalam hatinya.
"Okee, aku akan pergi." Lucas berdiri dan meninggalkan Gia sendirian.
Gia tak menyadari Lucas yang tersenyum nyunggung. "Gadis gila! Awas aja lo, bakal gue balas!" desisnya.
_
Samudra bermondar-mandir tak jelas di depan rumah, menunggu kedatangan Gia pulang.
"Giaa kemana sih?!" gerutunya.
Tinn! Tinnnn!
Hingga suara klakson membuat dirinya terkejut. Samudra berlari kecil, membuka gerbangnya.
Samudra melihat dari kaca mobil, Gia nampak kacau. 'Habis ngapain diaa?' batinnya.
Mobil masuk ke dalam, dan Samudra menutup pagar kembali. Ia segera mendekati Gia yang tengah keluar dari dalam mobil.
"Giaaa ...."
Samudra hendak berbicara lagi, namun gadis itu terlebih dahulu pergi ke dalam.
Hati Samudra sakit.
Pria tersebut mengikuti langkah Gia ke dalam. "Giaa, yang kemarin itu salah paham. Aku mau jelasin ke kamu," ujarnya.
"Gak perlu!" acuh Gia hendak mau masuk ke kamar, tapi tangan Samudra menghalanginya.
"Aku mau bicara. Aku tahuu kamu marah."
"Minggir!"
"Gak mauu!"
"Minggir gak?! Gue potong tangan lo!" ancam Gia seraya mendeliki Samudra.
Samudra memasang wajah imut, seimut mungkin. "Kalau aku gak mai gimana?" tantangnya.
"Loo!!" geram Gia.
Krekk!
"Awww!" pekik Samudra yang benar-benae tangannya di plintir oleh Gia.
Brakkk!
Gia langsung menutup pintu dengan keras, meninggalkan Samudra yang mengadu kesakitan.
"Galak bangat," cicit Samudra di depan pintu.
_
Samudra menyiapkan mental yang kini sudah ada di depan kamar Gia, siapa tahu dirinya akan di buat rentek olehnya.
Tangan Samudra yang sebelah membawa nampan berisi makanan dan juga minuman. Pria itu tauu, Gia sedari tadi belum makan.
"Giaaa? Buka pintunya! Ayoo makan, kamu pasti lapar!" teriak Samudra cempreng.
Hening melanda. Gia sama sekali tak merespon. Sedikit menusuk, akhirnya Samudra nekat masuk ke dalam, untung saja tidak di kunci.
Baru jauh dari pintu, Samudra memekik saat melihat Gia yang tengah tertidur tidak memakai baju, hanya bra yang ia pakai.
"Godaaann! Tahan Samud!" pria tersebut mencoba untuk tak melihatnya lagi.
Ia mendekati meja, menaruh nampannya. "Giaaa! Ayoo bangun!"
Matanya meram dan tangannya menggoyangkan pundak polos Gia. Gadis itu bergeliat, karena merasa terganggu akhirnya Gia membuka mata.
"Heh! Lo ngapain?!" kagetnya segera duduk menatap tajam ke arah prianya.
Samudra tak sengaja membuka mata dan langsung di sugukan pemandangan indah.
Gia yang tahu langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. "Ngintip lo yaaa!" tuduh Gia.
Samudra menggeleng polos. "Enggak kok!" elaknya.
"Terus lo ngapain ke sini?!"
"Tuhhh!" Samudra menunjuk nampan berisi makanan. Mata Gia mengikutinya hingga melihatnya.
"Tumben peduli?"
"Aku kan sayang kamuu," jawab Samudra polos.
Gia tercengang. "Hah?!"
"Iyaa, Samudra sayang Giaa yang galak!" ulangnya.
"Cih! Pikun lo?! Udah punya tunangan aja masih genit!" sunggutnya.
Samudra tersenyum membuat Gia heran. Bukannya sedih malah bahagia, dasar otak capungg!!
"Kamu cemburuu yaaaa?" godanya.
"Mada adaa!"
"Melani itu bukan tunanganku, dia sepupuku. Kebetulan. dia emang udah tuangan sama pria lain. Bukan akuu."
Jelas Samudra. Gia mendengarnya, namun gadis itu diam.
Merasa di kacangi, Samudra memeluk Gia lalu mengguncangkan tubuhnya. "Jangann diemm aja donggg!" rengeknya.
"Ahhh! Lepas-lepass!" Gia memberontak. Tapi Samudra malah mengecangkannya, hingga ia pasrah.
"Maafin yaa ... jangan pecatt akuu," melasnya. Gia menatap wajah pria itu.
'Ngapa lucu bangat sih?!' teriakk Gia dalam hati.
"Ya."
"Singkat bangat," lirih Samudra memanyunkan bibirnya.
•••••
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Woman
Fanfiction"Diem di situ atau gue cium!" ancam Gia seraya melayangkan tatapan tajamnya pada Samudra. "Gia mau cium, aku? Mau dong ...." "Idiot!"