Bibirnya tersenyum, menahan sesuatu yang sesak di dalam hatinya.
Gia mau masuk ke rumah, namun saat beberapa meter sudah berhenti kalah telpon rumah berdering.
Langkahnya kembali berjalan, namun cepat karena gangguan benda itu yang dari tadi menyaring tak jelas membuat gendang telinga Gia mau pecah.
"Hallo?" Gia mengangkatnya.
"....."
"APAA?!"
"....."
"MENINGGAL?!" kaget Gia.
"....."
"Bapak jangan bohong yaa!" tuding Gia tak mau bercanda soal orangtuanya.
"....."
"O - oke," balas Gia dengan bibir bergetar. Badannya tiba-tiba terasa lemas dan juga pernapasannya berhenti.
Kabar duka dari polisi tentang kedua orangtuanya membuat tubuh Gia jatuh ke lantai.
Gia meremas rambutnya, dadanya seperti di tonjok benda berat. Matanya memerah menahan tangis, bibirnya bergetar.
"Ayah ... Mama!" Gia membekap mulutnya, kemudian menggeleng.
"Enggak! Gak mungkin! Orangtuaku masih hidup!" Gia menolak takdir, masih belum percaya.
"Gak mungkin mereka meninggal!" teriak Gia kencang dan nangis dengan lantang.
Prangg! Prangg! Prangg!!
Gia meraung-raung sambil melembari benda-benda ke lantai hingga hancur. Namun benda itu tak ada harganya seperti kedua orangtua Gia.
Polisi mengabarkan, bahwa Dewa dan Siti tewas akibat kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi terbakar hangus hingga mereka pun ikut terbakar, tidak ada yang selamat.
"Belum lama mereka pergi, mereka ninggalin akuu?" tanya Gia ke diri sendiri.
"Hiks! Jangan tinggalin Giaa! Gia sendiriann!" isaknya meringkuk di pojong. Keadaan Gia kini kacau.
Dalam rumahnya bagaikan kapal pecah. "Ayahh, Mama! Jangan tinggalin Giaa!" rintih Gia dengan wajah yang di sembunyikan.
Gia mendongak, mengambil pecahan kaca. Ia menggores lengannya dengan berani.
"Kalau mereka pergi! Aku juga harus pergi!" tekatnya. Gia mendesis menahan peri yang mulai timbul.
Darah berceceran di lantai, sedikit lagi urat nadi Gia kena. Namun berhenti di tengah jalan karena hambatan dari Samudra yang baru saja sampai.
Tentu membuat Samudra kebingungan dengan semuanya, rumah yang hancur dan juga Gia yang menangis plus mau melakukan bunuh diri.
"Lepass!" teriak Gia saat Samudra merebut pecahan itu hingga tangan Samudra tergores juga akibat rebutan.
"Lepasinn!" berontak Gia ngotot merebut kembali pecahannya.
"Enggak Gia! Lepas! Ini berbahayaa!" Samudra berusaha merebutnya dari Gia.
Gia terus menangis sambil berusaha merebutnya juga. Kini keduanya sudah sama-sama terluka karena pecahan kaca itu.
Karena tenaga Samudra lebih kuat, akhirnya pecahannya terlepas dari genggaman Gia. Samudra melemparnya asal dan menenangkan gadis itu.
"Shutt diamm! Cerita sama aku, ada apa?" suara lembut Samudra mampu meredahkan tangisan Gia.
Samudra menangkup wajah Gia, menatap matanya dalam. Pria itu bahkan melihat kesedihan dari dalam matanya.
Ada apa ini?
"Kamu kenapa?" tanyanya yang memang belum tahu tentang kedua orangtuanya.
"A - ayah ... M - mama," suara Gia terbata-bata.
Samudra mencium kening Gia agar gadisnya tenang.
"Me - mereka meninggal, hiks!" Gia tak sanggup melanjutkan ucapannya, ia langsung memeluk tubuh Samudra dengan kencang sambil meredam tangisannya.
Samudra menegang. "Pak Dewa sama Bu Siti meninggal?!"
Gia mengangguk dan tangisannya semakin kencang.
"Ya Tuhan. Kenapa bisa meninggal?" Samudra mengusap punggung lemah Gia dengan lembut, mencoba meredahkan tangisan Gia.
"Mereka ke - celakaan, hiks!" Gia menyembunyikan wajahnya di dada Samudra.
Samudra turun berduka cita atas kepergiannya, kini Samudra harus menjalankan perintah almarhum Dewa yang Menyuruh dirinya untuk menjaga putri satu-satunya.
"Tubuh mereka terbakar dan gak ada yang tersisa!" adu Gia masih memeluk Samudra. Badan bergetar.
"Sudah jangan nangis, ada aku."
Samudra masih setia menenangkannya sembari memeluk tubuhnya. Namun beberapa menit, Lelaki itu merasa dekapan mereka memberat.
Ia menatap ke bawa dan melihatnya. "Ya ampun Giaa!" Samudra terlonjat kaget saat Gia tak sadarkan diri.
Lelaki itu buru-buru menggendong Gia ke dalam dan menaruhnya di kasur, Samudra menelpon dokter secepatnya takut terjadi apa-apa dengannya apalagi melihat tangannya Gia yang sudah mangap akibat goresan.
••••
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Woman
Fanfiction"Diem di situ atau gue cium!" ancam Gia seraya melayangkan tatapan tajamnya pada Samudra. "Gia mau cium, aku? Mau dong ...." "Idiot!"