"Bos, terima saja." Dita berbisik, bahkan bisikannya terdengar oleh samudra. Membuat pemuda itu senang.
"Tap---"
"Hmm?" Samudra menaiki alisnya.
"Oke-oke! Finish, keputusan sudah bulat! Sekarang, perusahaan ini akan jatuh ke tangan pak samudra."
Gia berucap, kemudian main pergi saja dari hadapan mereka semua, termasuk Samudra dan Dita.
Melihat Gia pergi, lantas samudra ikut mengejarnya. "Giaa tunggu!"
Gia masih berjalan, menghiraukan panggilan darinya.
Samudra berusaha meraih tangan gadisnya. "Gia dengerin aku, dulu."
Sekiranya dapat di cengkram, Samudra mengeratkannya ke tangan Gia. Hingga membuat gadis itu meringis.
"Lepasin!"
"Gak mau!"
"Ihhh, lepasin!!" Gia memberontak.
"Gia dengerin aku." Samudra memeluk Gia, seraya menenangkannya. Samudra tahu, Gia belum bisa menerimanya.
"Kamu ngejebak aku kan?!" tuduh Gia dengan suara berat karena tertahan di dada Samudra.
Samudra terkekeh. "Aku ngejebak kamu gimana sih, sayang?" tanyanya balik.
"Kamu pasti yang udah ngerencanain ini semua?! Iyakan?! Ayo ngaku!" lagi. Gia bahkan lupa, kalau manggilnya 'aku kamu' lagi sekarang.
"Aku gak ngejebak kamu. Awalnya aku gak tahu, tapi pas dapat info aku berniat membelinya dan akan menikahimu." Samudra menjelaskan semuanya.
"Kamu mau jadiin aku babu?! Mau bales dendam?!" Gia terus-terusan menuduh Samudra.
"Bukan, bukan itu. Aku serius ingin nikahin kamu. Dan membangun rumah tangga bersama, dan merintis perusahan ini lagi dari nol. Perusahan ini tetap jadi milikmu," sahutnya mengusap rambut Gia sayang.
Gia diam.
"Bukannya kamu orang miskin?" tanya Gia yang membuat Samudra terkekeh.
"Kalau dari ayahku, aku emang miskin. Tapi kalau dari ibuku, aku kaya." jawabnya yang masih memeluk erat tubuh mungil Gia.
Lucas menggeram saat melihat mereka. Ingin rasanya menonjok samudra dan merebut Gia darinya.
Samudra menceritakan asal usulnya ke Gia, dan gadis itu diam menyimak. Hingga akhirnya, penjelasannya selesai sampai akhir.
"Gimana? Mau kan menikah bersamaku?"
Gia melongo dengan mata mengerjab. Samudra di buat gemas dengan tingkah lakunya, lalu di ciumnya bibir Gia dengan lembut.
"Apaan sih!" dumelnya menghapus jejak ciumannya.
"Jangan bikin gumush apa? Jadi gak sabar buat nikahi kamu!" Samudra menggendong tubuh Gia, kemudian memutarnya.
Gia terpekik kaget. "Argggggg, turunin samudra!!"
Pemuda itu menurut, menurunkan tubuh Gia lalu memeluknya kembali. "Maaf, soal racun kemarin. Aku cuman mengetesmu saja."
"Maksudnya?"
"Aku tahu, Melani yang udah menaruh racun di gelas itu."
"Lah baru ingat? Kemarin, kemana aja? Nyungsep?" lirih Gia memalingkan wajahnya.
"Apa?" Samudra tak percaya. Gia menggeleng. "Gak kok."
"Jujur gak?" goda Samudra yang mulai ancang-ancang menggelitikinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Woman
Fanfiction"Diem di situ atau gue cium!" ancam Gia seraya melayangkan tatapan tajamnya pada Samudra. "Gia mau cium, aku? Mau dong ...." "Idiot!"