3. Diam-Diam Bertemu

3 2 2
                                    

Aku kembali ke kelas, ku pikir tidak ada siapa-siapa karena bel istirahat baru berjalan sekitar lima menit, tapi ternyata Algieba si murid baru itu sedang di kelas sendirian. Dia tengah sibuk dengan handphone di tangannya, entah apa yang sedang dia lakukan.

Awalnya aku ingin sekali menyapa cowok itu apalagi dia duduk di belakangku itu jadi kesempatan juga lah untuk aku SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), tapi melihat dia yang sedang fokus, akhirnya aku memilih untuk tak jadi menyapanya.

Aku diam beberapa saat, bosan. Berkali-kali aku menoleh ke belakang ke arah Algieba, cowok itu sama sekali tak bergerak merubah posisinya, tetap saja fokus, bahkan deru napasnya saja tak terdengar olehku, aneh jangan-jangan dia bernapasnya dengan insang.

“Algi lo ngapain?” Tanyaku memberanikan diri menyapanya.

Cowok itu tetap diam.

Aku membalikkan posisi kursiku mengahadap ke belakang, duduk tepat di hadapan cowok itu.

“Algi? Lo budeg ya?” Tanyaku.

Algieba menaruh handphone-nya, lalu menatapku tapi tetap tidak berbicara, dan itu membuatku sedikit salting (salah tingkah).

“Napa liatnya gitu? Terpesona ya liat kecantikan gue?”

Algieba menghela napas panjang, lalu membuang muka.

Anyway kalo boleh tahu enapa lo pindah?” Tanyaku penasaran.

Menyebalkan memang, cowok itu tetap saja diam tak merespoku.

Aku menghela napas kasar, “murid baru aja belagu!” Kataku kesal.

Algieba kembali menatapku, tatapannya dingin, kalau dilihat-lihat lagi memang ganteng sih cowok itu, dan gantengnya itu menurutku bukan yang ganteng sekali, tapi lebih ke berkali-kali, ganteng berkali-kali, iya gitu, karena saking gantengnya.

Aku dan Algieba bertatapan beberapa detik, sampai akhirnya dia merubah posisinya bersandar di kursi dan membuang muka lagi.

“Ko lo gak ke kantin? Emangnya gak haus? Gak lapar? Atau lo emang alergi makan sama minum?” Tanyaku lagi siapa tahu kali ini dia mau menjawab.

Aku memiringakan kepalaku menatap cowok itu yang kini tengah melihat ke arah samping, setelah beberapa detik aku menatapnya yang aku pikir dia akan memutar kepalanya menatapku, ternyata malah tetap diam saja, boro-boro mejawab pertanyaanku menatap aku balik saja tidak.

Lagi-lagi aku mengehala napas kasar, “dahlah cape ngomong sama batu.” Gerutuku dan aku kembali membalikkan kursiku mengahadap ke depan.

Ketika aku sudah berhasil membalikan kembali posisi kursiku tiba-tiba saja Algieba mengambil botol minumku yang aku taruh di tas bagian samping.

“Heh lo mau apain minum gue?” Tanyaku sambil berusaha merebut botol minum itu, tapi gagal Algieba lebih dulu meneguk airnya sampai habis.

Aku melongo menatap Algieba, tak menyangka cowok itu akan berani mengambil minumku dan menghabiskannya.

“Ahhhh.” Kata Algieba merasa segar sudah menghabiskan air minumku.

Tanpa berkata-kata Algieba mengembalikan botol minumku yang sudah kosong. Argh!!!!! Menyebalkan!!!! Padahal ini baru istirahat pertama.

“IHHHH!!! Lo nyebelin banget sihhhhh!!!!!!”

Aku berdiri dan langsung menjambak rambut cowok itu tanpa permisi.

“Jangan mentang-mentang ganteng lo bisa berlaku seenaknya ya!!!!!” Gerutuku sambil terus menjambak rambutnya dan memukulinya.

Aneh! Cowok itu sama sekali tidak memberikan perlawanan, bahkan sekedar menghindar saja tidak, dan itu membuatku semakin emosi.

PHPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang