6. Kehilangan Map Biru dengan Kebaperan yang Mengebu-Gebu

5 2 2
                                    

Aku memasukkan bukuku ke dalam tas, dan berniat mengambil laporan yang ditaruh di map berwarna biru di dalam tasku.

Tapi aku merasa ada yang aneh dengan tingkah Algi kali ini, setelah semua orang keluar kelas dan hanya menyisakan kami berdua, tiba-tiba saja Algi mendekat ke arah jendela.

Aku diam memperhatikannya, awalnya aku sedikit curiga tapi setelah dia membalikan badan, dan aku melihat ada sebuah hp yang sedang di-charger yang ditaruh di meja di dekat jendela itu kecurigaan ku hilang, ternyata cowok itu hanya meng-charger hpnya.

Aku berhasil mengambil map biru itu, lalu aku bangkit dari kursiku.

“Kemana lo?” Tanya Algi, tumben.

“Kepo.” Balasku ketus.

“Beliin gue makan!” Kata Algi dengan songong.

“Dih, nyuruh-nyuruh siapa gue lo?” Tanyaku kesal.

“Kalo gak mau, anter gue ke kantin sekarang.”

“Apaan sih lo pake minta anter segala, adek gue aja berani pulang sendiri dari pesantrennya, padahal jauh, lo tinggal jalan kaki aja lebay, pake minta dianter segala.”

“Ya udah air minum lo gue abisin lagi sekarang.” Kata Algi sambil berjalan ke dekat tasku untuk mengambil minum.

Aku langsung menarik tasku. “Enak aja, lo mau gue dehidrasi hah?!”

“Ya udah lo anter gue ke kantin cepet!”

Aku mendecak kesal, “ck! Rese!”

“Ya udah iya!” Kataku terpaksa.

Aku berjalan mendahului Algi, tas sadar membawa tas dan map.

“Itu tas sama mapnya ngapain lo bawa?”

Aku melihat tas dan map di tanganku, iya juga kata cowok itu ngapain juga aku membawa tas dan map itu ke kantin.

Aku kembali mendekati kursi memasukkan mapnya ke dalam tas, dan menaruh lagi tasnya di kursi.

Algi tersenyum.

“Apa lo senyum-senyum?” Tanyaku kesal.

Algi mengangkat pundaknya, lalu berjalan keluar kelas ke kantin mendahului ku.

Kalau awalnya menyebalkan ya tetap aja akan menyebalkan.

Aku dan Algi berjalan menuju kantin beriringan, dan telinga ku rasanya panas sekali.

“Gatel banget Nara deket-deket sama Algi.”

“Gak tau malu banget sih, udah khianatin sahabat bukannya minta maaf dan tanggung jawab malah caper.”

“Amit-amit deh.”

“Algi juga mau aja didektin sama cewek kegatelan kayak gitu.”

Aku menghela napas berat, mendengar omongan-omongan orang yang tak berbobot.

Setelah sampai di kantin, aku dan Algi duduk di kursi berhadapan, dan omongan orang-orang semakin menjadi-jadi.

Aku menatap Algi sambil senyum terpaksa.

“Gimana, udah puas?” Tanyaku sok manis.
Algi mengerutkan keningnya.

“Bikin gue diomongin dan orang-orang merasa iba sama lo?”

Algi membuang muka.

“Gue laper, pesenin makan sama kayak lo, minumnya jus alpukat.” Kata Algi dengan tak bedosa.

Aku menatap Algi, ingin marah tapi tak mungkin.

Lagi-lagi aku menghela napas berat, lalu bangkit dari kursi untuk memesan makan dan minum.

PHPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang