5. Paket Komplit

13 2 2
                                    

Matahari tak pernah bosan menyapa setiap insan di pagi hari, dan lagi sinarnya selalu memberi semangat yang penuh arti.

Pagi ini Mama tak membangunkanku, karena aku bangun sendiri dengan bantuan jam beker di kamarku yang suaranya cukup menggelegar.

“Ara pagi ini Papa gak bisa anterin kamu ke sekolah, kamu berangkat naik angkot atau bus aja ya? Atau gak naik ojol aja. ”

Aku meneguk segelas susu sampai habis.

“Iya Pah gak papa, kalau gitu Ara berangkat sekarang ya Pah, Mah. Ara naik bus aja deh atau angkot.” Kataku lalu berpamitan pada orang tuaku.

Aku keluar rumah, lalu berjalan beberapa meter keluar komplek untuk sampai di halte menunggu bus.

Menunggu angkutan umum yang tak datang-datang masih menjadi hal paling menyebalkan sepanjang aku sekolah.

Aku sudah duduk, berdiri, terus melakukan itu berulang-ulang berharap bus cepat datang tapi nyatanya tidak.

Aku berkali-berkali menatap jam tangan, sudah sekitar 10 menit menunggu.

“Aduh pada kemana sih ini, masa iya jam segini gak ada bus lewat, ada yang lewat malah penuh.” Gerutuku kesal.

Tottt,,,,

Tottt,,,,

Klakson mobil berbunyi dan berhenti tepat di hadapanku.

Jendela mobil itu terbuka memperlihatkan manusia setengah batu.

Posisiku di sebelah kiri jalan dan aku rasa ini adalah rezekiku dari Tuhan.

Aku mendekati mobil itu, karena jendelanya terbuka jadi aku bisa membuka kunci mobilnya dari luar sini. Setelah kunci terbuka aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil tanpa permisi.

“Huft, Alhamdulillah akhirnya ada mobil kosong juga.” Kataku bersyukur.

Aku sudah beberapa detik di dalam mobil tapi Algi belum juga melajukan mobilnya.

“Maju! Udah siap nih.” Kataku memberi tahunya.

Cowok itu menatapku datar, tanpa berkedip sedikitpun.

“Apa sih ko malah natap gue? Terpesona lo sama kecantikan gue?” Tanyaku sambil merapikan rambut.

“Turun!” Katanya dingin.

Sumpah baru kali ini aku mendengar dia berbicara lagi, setelah dia sempat memperkenalkan dirinya kemarin pagi.

“Enggak! Pokoknya pagi ini gue nebeng sama lo.” Kataku memaksa.

“Turun!” Katanya lagi.

“Enggak! Gue nebeng sama lo!”

“Turun gak!”

“Gue bilang enggak ya enggak! Apaaan sih lo pelit amat, gue gak segendut itu juga kali, lagian kalo emang gue gendut mobil lo tetep bisa maju kan?” Gerutu kesal.

Seketika saja Algi melajukan mobilnya dengan cepat sekali, membuatku kaget dan terdorong ke belakang.

Subhanallah, Allahhu akbar, Walahaula walakuwata illa billahhila aliyiladzim!!!!” Teriakku spontan.

Aku berpegangan dengan erat pada kursi, dannnn

JEDUG!

Algi mengerem mobilnya dengan sekaligus.

ASTAGFURULLAH HALADZIMMMM.” Teriakku lagi-lagi.

Cowok itu menatapku datar.

“Apa-apaan sih lo? Kalo emang lo gak mau gue ikut mobil lo ya lo ngomong baik-baik aja, gak gini caranya!” Gerutuku kesal.

PHPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang