"Apa sih ngeliatin begitu?" Yara defensif ketika Esa, literally, dari tadi memperhatikannya. Berusaha diabaikan pun lelaki itu tetap memperhatikan membuat Yara lama-lama keki.
"Apa sih, Can?" jengah Yara seraya mendorong kening Esa. "Aneh lu" tambahnya sementara Esa terkekeh.
Sore ini Yara dan Esa jalan bareng. Kali ini di nasi goreng pengkolan hasil penemuan Esa setelah sedari sore Yara rewel perkara praktikum patologi(?), histologi(?), biologi(?) atau apalah itu namanya yang kata Yara asistennya kayak eek.
"Ya emang laporan gue nggak sampe dirobek tapi anjir, Can, poin pembahasan gue bolong banyak. Sama aja gak dapet nilai gueee" dumal Yara tentang laporan praktikum yang ditulis on the spot, pakai timer dan selesai tidak selesai dikumpul atau direbut―bahkan dirobek―di tempat.
Esa mendengarkan dumelan Yara tanpa menginterupsi tapi tahu-tahu ia membelokkan motor di gang aspal setelah tukang cukur. Esa mengenal Yara cukup lama dan sebagai orang yang tahu obat kerewelan Yara cuma makan enak, jadilah mereka berakhir di warung nasi goreng itu.
Sebenarnya perkara praktikum Yara yang menyebalkan justru menguntungkan Esa sebab ia jadi tidak perlu repot mencari alasan mengajak perempuan itu jalan. Esa punya kebiasaan setiap menemukan tempat makan enak atau makanan enak, ia akan menyebarluaskan ke dunia terutama ke orang-orang yang ia dekat dan Yara, tentu saja didaftar vvip-nya.
"Gila lo dari tadi nyengar nyengir?" tembak Yara masih perkara Esa yang memperhatikannya. Esa justru melebarkan senyum. Dia lalu mengapit pipi Yara dengan tangan, dijepit sampai bibir Yara mengerucut sebelum Esa goyang-goyang gemas.
"Iya, gila gara-gara lo" kata Esa. "Udah sih dari tadi ditekuk mulu tuh muka. Cakep lo begitu?" tambahnya dan Yara seketika memukul tangan Esa.
"Anying! Sakit bego"
"Tangan lo bau dosa"
"Kayak tau aja lo bau dosa, penghuni neraka ya?"
"Elu penghuni neraka, bau lo busuk"
"DIH," Esa mendecih keras. "Oke deh kalo bau gue busuk, gak akan gue samperin lo lagi. Gak akan gue ajak makan-makan lagi. Ngapain? Gue kan bau busuk" ambek Esa pura-pura hanya untuk memancing emosi Yara.
"Paan sih? Upin Ipin lo merajuk?" .
"Iya, elu Kak Ros nya" balas Esa yang langsung mendapat delikan Yara tapi, belum tiga sekon mata mereka beradu, Esa tiba-tiba tertawa. Ijbol-ing.
"Hahahanjir, komuk lo, Yar"
"Paan sih? Baru pertama liat orang cakep ya lo?"
"Dih, cakep dari mana lu?"
"Dari Somalia. Orang Somalia palanya kecil-kecil"
"Lah apa hubungannyaaaaa???" Esa meraup wajah Yara membuat si perempuan memberengut tidak terima.
"ECAN!" sergah Yara dan lagi-lagi Esa terpingkal. Nggak jelas tapi that's actually what Esa aspires di tiap pertemuannya dengan Yara. Maka perihal yang ia terus-terusan memperhatikan Yara, mengapit pipi, pura-pura ngambek, roasting; tujuannya ya cuma biar Yara kesal. Yara se-eksplisit yet selucu itu untuk Esa maka Esa would say, semua seru asal sama Yara.
"Nasi goreng cabe lima sama nggak pedes-nya, Mas"
Sodoran dua piring nasi goreng memutus sesi 'perang' mereka. Yara memang penting tapi bagi Esa makanan nomor satu maka Esa segera menyambut surga dunianya. Pun sebelum yang nggak pedas diangsurkan ke Yara―PLAK! Esa kena pukul lagi gara-gara ketahuan hampir malak kerupuk. Tapi begitu Esa justru tertawa, see, bagi Esa apa-apa memang jadi seru asal sama Yara bahkan kena tabok berkali-kali pun seru.
"Lo kemaren jalan sama siapa, Yar?" Esa membuka percakapan setelah sempat terinterupsi nasi goreng. Esa sih ngomongnya santai tapi ia harap Yara menanggapi serius. Sebenarnya perkara itu yang mendasari Esa ingin bertemu Yara hari ini; menanyakan perihal instastory dan rumornya jalan dengan 'cowok lain'.
Yara melirik Esa sembari menyendok acar. "Jalan? Gue nggak jalan(?) Kemarin gue nebeng Cherry"
"Hadaaahh," Esa menatap datar. "Bukan jalan begitu maksud gueeeee,,,,, maksudnya, lo kemaren pergi sama siapa? Aelah"
"Yeee bukan gue yang nggak paham, lo yang nanyanya gak jelas"
"Njir, nggak jelas gim―Dahlah, jawab aja pertanyaan gue"
"Ya pergi sama Cherry lah, kan gue nebeng Cherry" jawab Yara nggak kalah ofensif dari Esa.
"Yakin?" Esa melirik Yara dari sudut mata. "Bukan sama cowok?" tambahnya dan tiba-tiba, entahlah, untuk sepersekian detik Esa melihat Yara menggantung sendok acar di udara.
"Cowok apa? Lo ngeledek gue apa gimana?"
"Ngeledek apa sih? Gue nanya" Esa menatap Yara serius. "Kemaren ada yang ngeliatin instastory lo ke gue, lo jalan sama cowok. Bener lo, Yar?"
Yara diam, membalas tatapan Esa dengan raut yang sulit dibaca sebelum ia menghela napas jengah. "Iya, gue"
"Cepu banget sih temen lo" kata Yara sambil mengaduk nasi gorengnya.
"Temen, temen gue, ya suka-sukalah. Lagian kalo gak ada yang nyepuin, gak bakal tau gue kalo lo selingkuh"
"Selingkuh apa sih, Monyet?" Yara melotot. "Bukan siapa-siapa gue, Can"
"Ya terus kenapa story-nya lo sembunyiin dari gue?"
"Ya soalnya gue menghormati lo yang jomblo," Yara menyelipkan rambut ke belakang telinga. Dia bahkan meletakkan sendok dan urung makan.
"Nih ya, kalo gue post story yang ada cowoknya atau ada orang yang nggak lo kenal, lo mesti bikin fuss kayak gini," Yara menunjuk Esa. "Makanya gue males. Lagian gue bikin story juga gabut, capek keliling masukin proposal. Lo tau kan gue jadi panitia semnas? Nah gue sama dia tuh di divisi acara, nyari-nyari sponsor gitu. Ya udah deh kemarin jalan sama dia, lagian gue stress ya ma―awawan niwh???" Esa tiba-tiba menyumpal mulut Yara dengan nasi.
"Iya, iya... jelasinnya nanti aja, makan dulu. Kasian nasinya kena ludah lo"
PLAK!
"Adoh! Apaan sih, Yar, dari tadi nabokin mulu???!"
"Elo nggak sopan! Orang lagi ngomong juga, kalo gue keselek gimana?!"
"Tapi kan nggak keselek―ssstttt diem, jangan nabok-nabok mulu" Esa mengambil tangan Yara yang sudah kembali siap memukulnya. Sebagai gantinya, Esa menyuapkan nasi goreng lagi ke Yara. Perempuan itu memberengut tidak suka tapi tidak protes juga, membuat Esa mendadak gemas. Pipinya itu loh.
"Bayi lo" kata Esa sambil mengusak rambut Yara.
Mood Esa tidak buruk tapi seketika jadi 1000x lebih baik setelah mendengar penjelasan Yara. Semacam Esa tahu dia bisa percaya Yara.
Cara Yara menjelaskan, menjelaskan semuanya. Perempuan itu selalu sukarela dan mau membuat usaha untuknya. Dan untuk orang yang sedang jatuh hati, hal lain apa yang bisa lebih menggembirakan? Esa menyungging senyum.
෴
from: Esa,
[already revised]
KAMU SEDANG MEMBACA
catching feelings
Short Story[completed] esa dan gisel dan perjalanan hati masing-masing