e. Esa dan ketidaksukaannya

314 85 9
                                    

early note: kata-kata kotornya harap dimaklumi dan ngga perlu ditiru ya. yg baik bisa diambil yg jele buang jauh-jauh!!!!!! makasih udah baca :))







☆゚.*・。゚












"Can,"

Esa, yang sedang mamandang khusu' ponsel mode horizontal, melirik ke pintu. Menemukan presensi Marka, salah seorang penghuni kontrakan, berdiri sambil masih megang knop pintu. Nggak menarik, Esa lanjut main.

"Jangan childish lah" kontras dengan Esa yang acuh, Marka justru makin menjeblak pintu. Bikin Esa berdecak samar.

"Apa lagi sih, Mel? Dah balik anaknya?"

"Gue nggak mungkin selamanya boong ke Yara dan lo nggak mungkin selamanya jadiin BEM alasan" kata Marka, sama sekali nggak menanggapi Esa. Dia lalu makin masuk ke kamar. Berdiri diantara pintu dan meja belajar lalu menambah, "Selesainlah, jangan childish"

"Ck, ya tar gue selesain" jawab Esa masih sama acuhnya bikin Marka bernafas jengah. Hampir separuh hidup kenal Esa nggak bikin Marka nggak pernah nggak capek menghadapi dia yang lagi mode nggak jelas.

Mungkin seminggu yang lalu, Esa pulang kontrakan lebih awal dari siapapun bahkan lebih awal dari Bang Jamal yang ngapelnya taat aturan alias sesuai jam wajib lapor. Marka, yang sehari-hari malam minggunya ngoreksi laporan, agak kaget but not really karena ya dia pikir mungkin Esa lagi nggak mood. Sampai sepuluh menit semua berjalan tenang sampai,

"ARGH ANJING!"

terdengar dari kamar Esa. Marka kaget but kali itu not 'not really' since, sesering-seringnya Esa ngatain orang atau ngomong kotor, dia nggak pernah pake anjing kecuali konteksnya memang 'anjing'. Already told ya, Marka menghabiskan hampir separuh hidup sama Esa―dari tetanggaan, sesekolahan, sekampus bahkan sekarang sekontrakan, how he cannot tell? Pun benar, konteksnya beneran anjing.

"Yara punya cowok, Mel. Selama ini gue diboongin, digoblokin, Anjing lah!"

Lalu belasan makian, kekecewaan, dan cerita patah hati membawa Marka ke keadaan sekarang. Berdiri di ambang pintu dengan Esa yang totally tampak tidak peduli.

Barusan Yara ke kontrakan, which is tumben makanya Marka kaget tapi kekagetan Marka literally nggak bekerja untuk Esa. Laki-laki itu justru acuh dan alih-alih nemuin, Esa malah nyuruh Marka beralasan.

"Bilang gue nggak ada di kontrakan. Rapat BEM, selesainya taun depan" kata Esa yang what the heck, rapat BEM apaan yang selesainya setahun?

Ya oke, apa yang dilakukan Yara ke Esa itu jahat. What's the point she lied? Apalagi Marka ngerti gimana catching feeling-nya Esa ke Yara tapi man, ngediemin Yara kayak yang dilakuin Esa sama sekali bukan counter-attack yang bagus. Childish, Marka might say.

"Ntar tu kapan? Keburu basi, Can, ntar-ntar" seloroh Marka menyambung concern-nya.

"Ya bagus basi, tinggal gue buang. Easy ending tanpa gue repot-repot bikin excuse"

"Bego" seloroh Marka begitu saja. Esa melirik lagi.

"Kalo lo mau belain Yara atau nyeramahin gue, tutup pintu dari luar"

Hening beberapa saat sebelum Marka menghela nafas. Sekian lama mengenal Esa, trait Esa yang ini yang Marka paling nggak suka. Partner hampir seumur hidupnya itu jelek kalau marah. It's like once you break a glass you can never ever make it up even you glued it all the way. Sama kayak Esa; sekali retak, nggak mudah dibenarkan.

"Sure, yang dilakuin Yara jahat. Ngehancurin lo dan harga diri lo kan? Gue juga nggak akan minta lo maafin dia tapi, Can, at least, ngobrol sama dia. Yara pasti clueless banget sampe-sampe nyamperin lo kesini. Inget, sebelum ini kalian temenan bahkan lo cherish dia a lot―"

"Cih," Esa mendecih sarkas. "Gue cherish dia a lot sampe nggak sadar dibegoin. Bego nggak gue? Jadi buat apa gue make up sama orang kayak gitu? Yang literally nggak peduli sama gue?"

"Can, Yara pasti punya alasan ngelakuin itu. Turunin ego lo, cari tau kenapa dia boong. Itu lebih penting, Can, c'mon, you love her. You do"

"Mel, so what if I love her? Gue akan memaklumi dan membenarkan apa yang dia lakuin ke gue? Gue nggak tolol, Mel," Esa menampilkan raut fucked up-nya. "Apa kalo gue tau alasan dia boong terus itu bisa ngapus fakta kalo dia udah boong? Apa itu bisa balikin kepercayaan gue?"

"Mel lo bisa nyolong, nyurangin, ngata-ngatain gue, ngerendahin gue, apapun, tapi jangan boong. Boong itu kesalahan paling anjing lo tau. Dia sumber dari kesalahan-kesalahan lain tapi 'cuma' karena boong, orang-orang nganggep itu remeh. Bullshit tau nggak? Bohong cuma nunjukin kalo lo egois, nggak tau dan nggak bisa ngehargain orang so what the f*ck gue harus menormalisasi itu?" racau Esa panjang bahkan dia sudah meletakkan ponsel. Biasanya nggak ada yang bisa menjeda Esa dari game tapi this occasion do. Marka menghela nafas panjang lantas bergeming.

Esa selalu punya sense sendiri yang surprisingly, yet undeniably, makes all sense. Being shrewd, that's Esa natural superpower, Marka might say maka dia nggak mau repot-repot untuk nasehatin laki-laki itu lagi. Pun Marka sadar, apa yang dirasain Esa itu valid. Being disgust, marah, benci; all is valid maka apa hak Marka untuk menjeda?

Jadi biarin. Marka memilih untuk nge-ya-udah-biarin. Biar Esa settle dengan emosinya sendiri sebab itu kan yang paling penting? Orang marah sebenernya nggak butuh pengertian, nasehat atau apapun itu but time. Once they settle their selves down they'll find the way to make everything up.

"Take your time. Gue tau lo cukup dewasa buat nyelesain masalah lo ini so I won't interfere but, Can, don't interfere me also. Means no more lying. Lo bilang boong itu kesalahan basic paling anjing makanya lo benci so gue yakin, lo bisa ngaplikasiin itu ke diri lo sendiri. Jangan jadi anjing yang teriak anjing. Lo ngerti maksud gue."

catching feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang