g. Esa dan resolusinya

479 86 17
                                    

"Nyampe mana anaknya?" Esa meletakkan piring di depan Nata yang sedang main hape. Hari ini Esa nge-date, makan siang bareng Natanaka alias kw-an Iqbaal cjr. Kw super, mana ganteng lagi.

"Udah otw," jawab Nata sambil mengantongi ponsel. "...dari kos Garin"

Esa melengos. "Lama itu mah" katanya sambil mengambil kerupuk. "Spamin, Nat, biar gece"

"Yaelah, Janu racing kali. Sepuluh menit juga nyampe" balas Nata sambil mengaduk nasi rames di piringnya. Mereka memang nggak pure ngedate since ada yang ditungguin a.k.a Janu. Inget Janu kan? Yang pernah futsalan bareng Esa. Nah, Janu yang itu. Katanya mereka mau ngomongin bisnis.

"Sepuluh menit tuh apa yang gue makan udah nguap. Udah gak ada sisa buat mikir"

"Lo makan piringnya juga lah. Biar awet" balas Nata sambil lalu pula Esa, as usual Esa, terlihat nggak peduli. Dia literally lanjut makan sambil bilang,

"Bwodo awmat ar gwe nawmbah diwbwayarin jwanuw" (bodo amat tar gue nambah dibayarin Janu).

Nata nggak membalas lagi. Nggak penting juga, pikirnya, karena akalnya Esa emang bulus. Adaaaa aja maka daripada buang-buang energi mending mereka lanjut makan. Pun sambil makan itu, Esa sibuk ngutak-atik hape. Entah apa yang dimainin tapi slightly bikin Nata penasaran. Apa ya, Nata tahu kalau sobatnya itu udah nggak sama Yara. Means, harusnya hapenya sepi soalnya Esa nggak tertarik main hape kecuali buat mabar dan buat Yara. Nata jadi tertarik.

"Lo sama Yara gimana?" buka Nata dan butuh waktu lima detik untuk dapat respon Esa. Itupun cuma 'hm'. Nata mendecak.

"Lo sama Yara gimana, Nyet?" ulang Nata gregetan.

Esa mengerling. "Gimana gimana? Nggak gimana-gimanalah"

"Ya nggak gimana-gimana tuh gimana? Bener udahan?"

"Udah"

"Yang jelas, Sat! Beneran udah?"

"Emang definisi udah ada berapa sih, Sat?" jawab Esa sambil menekan 'sat' diujung kalimatnya. Sengaja niruin Nata tapi Nata nggak ngeh―atau nggak peduli. Nata literally emang banyak 'nggak peduli'-nya kalo sama Esa.

"Banyak. Udah ikhlas, udah mencoba ikhlas, udah tapi kalo ada kesempatan pepet lagi; banyak anjir"

Esa melihat Nata jengah. "Emang hopeless romantic lu. Pantes menyedihkan"

"Sialan" umpat Nata sepenuh hati bikin Esa terkekeh. Emang demen banget lihat orang bikin dosa.

"Lagian pertanyaan lo, kayak nggak kenal gue aja. Gue kalo udah ya udah, Nat. Pantang gue ngakhirin apa yang belum kelar"

"Sok iye lu"

"Lah emang gue iye"

"Tapi seriusan, Nyet, udah beneran? Segampang itu?" Nata menggiring topik Yara lagi. Kalau Esa dosanya lewat bikin kesel orang, kalau Nata lewat suka gosip. Nata tuh sebenarnya kepo-an tapi low-key jadi dia suka diem-diem ngumpulin dan nyimak berita. Gosip apalagi. Makanya perkara Esa-Yara, walaupun beda kos beda habitat, Nata nggak tempe alias tahu.

"Gak gampang bangke," Esa mendecak. "Masih kesel gua"

"Diluar kekeselan lo, Can. Diluar itu lo udah beneran ngikhlasin Yara? Segampang itu? Maksud gue, lu kan bulol. Kek apa-apa Yara, ini itu Yara, ngajak makan Yara, lo tuh hopeless romantic juga, Can"

Esa menghela nafas kasar. "Ya kemaren gue emang tolol, Nat, makanya gue gak mau tolol lagi. Sesuka apapun gue sama Yara, gue punya bates yang gue gak bisa terima. Istilahnya red flag, tau gak lo?

catching feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang