7. Gisel dan resolusinya

359 78 15
                                    

Apa yang kamu tahu tentang Gisel sejauh ini?

Setengah Jepang? Kinda pemalu? Soft hearted? Nggak salah alias bener semua tapi sebenarnya trait paling dominan yet menarik dari Gisel: she's determinate. Mungkin nggak kelihatan since Gisel diem-diem dan iya-iya aja; kayak yang easy, ngikut tapi sebenarnya Gisel determinate. Dia bisa seratus persen membedakan hitam dan putih, yang dia butuh dan ingin, yang dia mau dan nggak mau. Jadi Gisel, she's clear. Iya, iya; nggak, nggak pula sekalinya iya, Gisel will give her best termasuk perkara Esa. Gisel tahu dia suka dan mau Esa―mau kenal lebih jauh―maka dia membuat usaha.

Hari Jumat ini Gisel lagi-lagi nunggu Esa. Datang pagi, ngintip-ngintip dari 03-05 untuk kemudian melunglai lagi di dudukan semen. Iya, lagi since Esa Jumat inipun nggak datang bikin Gisel makin kepikiran: kenapa cowok itu bolos sampai dua kali? Jangan-jangan sakit? Jatuh dari motor?―since Gisel pernah lihat Esa boti pula jadi saksi gimana slengean-nya cowok itu naik sepeda atau... Esa patah hati berkepanjangan? Jangan-jangan dia udah found out soal Yara?

"CK" Gisel mendecak keras.

'If he happens being this reckless just because masalah cewek, Mahesa please, get your sense back. You deserve better jadi jangan kayak loser'

Batin Gisel sambil menyilang tangan di dada. Mendadak kesel pun Gisel sudah akan beranjak andai matanya nggak menyapu sekeliling.

"Anjrit, telat beneran!" desisan―yang nggak mirip desisan soalnya Gisel masih bisa denger―keluar dari laki-laki tanggung yang jalan cepet dari arah parkiran. Pun melihat presensi laki-laki itu, Gisel seketika membola. Antara kaget dan nggak menyangka apalagi laki-laki itu tiba-tiba mendudukkan diri di sebelahnya. Menghembus nafas keras sementara Gisel,

'WHAT THE HELL???!!! DIA MASUK????'

Heboh inside, cengo outside.

Gisel literally memandang lekat laki-laki di sebelahnya sementara si laki-laki mengeluarkan ponsel. Literally nggak sadar sampai,

"M-maaf. Kenapa ya?"

Esa bertanya―iya, laki-laki itu Esa pula si Esa nanyanya dadakan cem tahu bulat bikin Gisel seketika: "Kamu kemana aja??!"

Merespon dengan berlebihan. Respon yang bodoh since mereka literally saling asing. Gisel sadar maka dia langsung membekap mulut.

'Bakane*, Aeri!'

Rutuk Gisel dalam hati pula raut Esa: dari heran, bingung, aneh, bingung lagi; nyampur jadi satu lantas berkata, "Sorry? Lo kenal gue?"

"...."

"Halo?" Esa menanya lagi seiring Gisel nggak juga menjawab. Perempuan itu literally bergerak-gerak nggak jelas di tempat. Esa menaikkan alis.

"Sorry tapi lo kenal gue?" tanya Esa lagi seiring Gisel mengerling takut-takut.

"nggg... nggak―Eh iya, eH NGGAK duh..." lagi-lagi respon bodoh tapi Esa justru terkekeh.

"Lah wkwkwk,"  ketawanya nggak literal wkwk tapi kamu tahukan sereceh apa ketawa wkwk? Iya, Esa ketawa yang kayak gitu. "Jadinya iya apa nggak nih?" sambung Esa dan Gisel, literally totally definitely mati gaya. Udah malu banget sampai rasanya kalau ada UFO lewat, Gisel bakal sukarela disedot.

Esa mengulum tawa. "Mau dibeliin aqua gak?" tambahnya seraya melihat Gisel penuh. Gurat tengil kentara di senyumnya.

"H-hm?"

"Lo kayak orang kurang aqua tau gak? Dari tadi hah heh hoh mulu" kata Esa dengan mulut tersenyum. "Lo nunggu kelas juga apa gimana?" tambah si lelaki dan Gisel, entahlah, merasa bersyukur. Esa literally mengganti topik, hal yang Gisel pengen tapi dia nggak bisa since mulutnya kelu. Udah malu banget, mati gaya banget.

catching feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang