The Gaia Hypothesis

5.2K 184 12
                                    

Awalnya, hal ini muncul begitu saja tanpa pertanda. Suatu hari, hujan turun. Awalnya gerimis kecil, berikutnya badai dahsyat mengikuti. Fenomena ini banyak dikaitkan dengan cuaca tak tentu atau sebagai efek samping dari pemanasan global. Namun, saat hujan turun tiada henti dan saluran air membludak, semuanya berubah. Jalanan tak lagi bisa dikenali, transportasi umum mati total, gagal panen dan setelah beberapa bulan, bahan makanan menjadi barang langka. Dan tetap saja, hujan turun dengan deras, banjir di mana-mana.

Namun suatu hari, hujan berhenti. Untuk pertama kali selama berbulan-bulan, umat manusia bisa melihat cahaya matahari lagi, menerangi sekaligus mengenyahkan kemuraman serta keputusasaan yang diakibatkan oleh hujan sebelumnya.

Selama bertahun-tahun kemudian, siklus ini terus berlanjut. Hujan turun selama beberapa bulan, sisanya akan muncul sebagai cuaca normal. Umat manusia menyesuaikan diri, beradaptasi dengan cuaca semacam ini. Sampai tahun lalu.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana seorang bocah pengantar koran terjatuh dan menggelepar di jalan saat hujan kembali turun. Dagingnya menggelembung, kemudian lumer sedemikian rupa. Jeritannya tertahan saat akhirnya air hujan memasuki kerongkongan. Pemerintah memberlakukan situasi darurat, memperingatkan agar orang-orang tetap berada di rumah. Orang-orang dengan pakaian steril anti radiasi mulai mengirim makanan dari pintu ke pintu. Orang-orang membarikade rumah untuk mencegah luapan air yang semakin tinggi, sementara para ilmuwan mencoba mencari penjelasan kenapa hujan terus turun. 

***

“Jadi kau hendak bilang bahwa semua ini bukanlah hujan?”

Ash mengangguk. “Saya khawatir demikian, Pak Supervisor.”

“Ada penjelasan? Atau saran, bahkan?”

“Selama bertahun-tahun, kita menggali bumi. Memanfaatkan sumber dayanya, mengubahnya sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan kita. Sekarang, bumi melawan balik.” Ash menelan ludah sebelum melanjutkan, “semua ini, semua hujan ini … adalah antibodi. Dan kita adalah wabah yang dilawannya, wabah yang harus dimusnahkan.”

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang