Ubloo - PART 4 Final

2K 82 0
                                    

Aku terus mondar-madir di kamar hotel dengan gelas gin ditangan, sementara pikiranku semakin kalut. Besok, aku akan bertemu dengan seseorang dari Bank Louisiana untuk melihat gedung sekolah yang diminati Robert. Saat mengatakan pada mereka bahwa aku tertarik, mereka nampak sedikit terkejut, dan saat kudengar bahwa tak ada yang menarik dari tempat itu, giliran aku yang terkejut. Kecuali memang reyot dan perlu perbaikan di sana-sini, rumah itu sungguh menawan. Wanita yang bicara lewat telepon denganku mengatakan bahwa sekolah tersebut sekarang telah menjadi bahan cerita-cerita seram bagi penduduk sekitar. Bangunan itu ditutup saat aliran dana terhenti, banyak pelajar dan keluarga yang marah pada pemerintah kota karena mereka lebih memilih untuk memindahkan mereka, alih-alih mencari cara agar aliran dana kembali mengucur. Setelahnya, gedung tersebut ditawarkan di pasar properti, namun kurasa, semua orang akan merasa bersalah untuk membeli sebuah property yang sangat berharga bagi anak kecil, hanya demi kepentingannya sendiri. Tidak perlu waktu lama bagi cuaca untuk menjadikan kesan angker melekat padanya, belum lagi ditambah dengan tidak adanya perawatan memadai pada gedung itu. Gedung sekolah ini hanya menarik bagi para penggemar cerita hantu, walau tidak ada kejadian paranormal yang tercatat dari sana. 


Kusesap gin dan menelannya banyak-banyak. Aku sungguh tak percaya betapa telah begitu terbiasa dengan minuman satu ini. Saat masih belum jadi tukang minum sebelum ini, aku selalu lebih suka pada whiski. Sekarang, hanya gin yang bisa kuminum.


Kamar yang kutempati gelap dan pengap. Jumlah rekening semakin berkurang karena memang tak ada pemasukan selama lebih dari dua bulan lamanya, dan aku tak bisa boros mulai sekarang. Pikiran untuk menjual resep sempat melintas, namun aku tak bisa melakukannya. Mungkin banyak uang yang bisa kudapatkan, aku tak ingin berpaling diri diriku yang sebelumnya. Siapa tahu, mungkin dari gedung sekolah ini, aku bisa mendapatkan informasi yang bisa kugunakan untuk membunuh Ubloo. Membunuh? Kugelengkan kepala. Dia adalah kutukan tenung, bagaimana bisa seseorang membunuh hal semacam itu? 


Kuletakan tanganku di atas meja rias dan menyondongkan tubuh memandangi gelas gin di mana beberapa es batu berbentuk kotak mengapung, dan berdenting saat membentur tepian gelas.

"Dokter."


Suara itu muncul dari belakangku. Kubalikan tubuh dengan cepat sehingga nyaris jatuh. Di depanku, seseorang mulai menampakkan diri: Andrew.


Kami saling menatap. Tubuhnya terbungkus dalam kaus hitam dan ecelana jeans. Rambutnya berantakan dan kusut, sepasang matanya yang hijau, kini berganti dengan bola mata yang putih seluruhnya.


"Kenapa kau di sini, Dok? Dia kembali bicara.


Kata-kata tercekat di tenggorokan, namun akhirnya aku bisa memuntahkannya.


"Aku mencaoba mencari jalan keluar, Andrew. Aku mencoba mengalahkannya."


Andrew menggeleng lemah.


"Kau tak bisa mengalahkan Ubloo, Dok," katanya. "Dia selalu ada di sana, selalu menunggu, selalu mengawasi."


Kami berdiri tanpa kata, perutku kaku akibat perasaan tertekan dan gugup.


"Aku harus mencoba, Andrew." Akhirnya aku angkat bicara. "Aku harus mencoba. Aku tak mau semua mimpi buruk ini terjadi pada orang lain. Aku benar-benar tak bisa."

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang