Src: cpi fbSaat menjemputnya pagi itu, jelas sekali bahwa Kyle hancur. Kulitnya menjadi kekuningan dan suaranya datar, nyaris tanpa emosi.
“Ini belum berakhir, Kyle,” ucapku saat dia mengempaskan tubuh di atas bangku di sebelahku.
“Sudah. Sudah, Sam,” bisiknya parau.
“Aku tak percaya. Ayah Kimber juga menghilang. Alih-alih Kimber, mungkin ayahnya yang … yang ….” Aku benar-benar tak mampu melanjutkan perkataan.
“Kita hidup di neraka. Drisking benar-benar neraka sesungguhnya.”
Aku tak bisa menyangkalnya. Kota yang perlahan main kucinta, terasa begitu asing sekarang. Orang hilang merupakan hal yang biasa terjadi di sini. “Dan Jimmy Prescott rajanya. Dialah Iblis yang sesungguhnya.”
Begitu kata terakhir terlontar, Kyle menghantam pintu mobil, seolah terbangun dari kelesuannya dengan kemarahan memuncak. “Bakalan kubunuh Jimmy Prescott! Di mana bajingan itu?! Kau tahu dia terlibat dengan ini semua, Sam. Kau tahu-“
“Mungkin cuma sebagian,” ucapku sambil menatap entah dari balik jendela. “Ayahnyalah yang membangun kota ini beserta segala kekacauannya. Namun, aku cukup yakin keluarga Prescott hanya berbisnis narkoba. Kau tahulah, debu yang dimaksudkan ayahnya.”
“Yah … lantas? Dia merekrut orang-orang buat jadi pengedar ata apa?”
“Bisa jadi,” aku mengucap setuju untuk menyenangkan Kyle, walau sebenarnya aku tak memercayai pendapat itu. Dalam suara itu, suara mesin mengerikan Borrasca, aku mencium aroma pekat kematian darinya. Walau secara fisik hal itu tidak mungkin, pandanganku mengenai hal itu tak goyah sejengkal pun. Suasana terasa begitu berbeda setelah suara desingan logam itu berakhir.
Kami berkendara menuju Toko Kopi dan Kue di jalan 4th untuk membeli perbekalan wajib: beberapa kaleng Rockstar dan Monster. Saat sedang membayar empat kaleng yang kami ambil, kulihat Meera sedang duduk menghadap secangkir kopi di ujung bar. Aku langsung melihatnya sedang dalam suasana hati yang bagus, sesuatu yang jarang kulihat sejak aku bekerja untuknya. Sepertinya, saat itu merupakan waktu tepat untuk memberitahunya aku tak bisa masuk kerja.
“Hai, Meera,” sapaku saat mendekatinya. “Anu, aku tak bisa masuk lagi hari ini. Ada masalah yang sangat penting-“
“Oh, Sam! Wah! Apa kabarnya?”
“Ngg … B-baik, kok,” jawabku tergagap.
“Syukurlah!” ujarnya riang. “Nggak usah khawatir, biar kuurus toko. Nanti kutelepon Emmaline kalau aku butuh apa-apa. Tapi, Sam, sebenarnya ada urusan sanga penting apa, sih?”
Pikiranku kosong. Sebelum aku melontarkan alasan akan membantu ayah, Kyle muncur di belakangku.
“Kami mau mencari Borrasca,” selanya dengan nada murung.
“Oh iya. Owen bilang, beberapa waktu lalu kau menanyakan hal itu padanya. Itu cuma dongeng, Sam. Legenda itu sudah tersiar sejak aku masih bocah.”
“Iya. Kami berusaha mencari teman kami yang menghilang, Kimber. Pikir kami dia … ada di sana,” sambungku kikuk.
“Oh begitu? Dengar-dengar, mereka sekeluarga menginap di tempat saudara di Maine selama musim panas. Ah baiklah. Semoga berhasil.”
“Makasih,” suara Kyle terdengar kecut dan aku tahu kesabarannya begitu tipis.
Masing-masing dari kami membuka sekaleng Rockstar dan menenggaknya begitu sampai di mobil. Aku hendak menawarkan Kyle untuk mengganja mengingat dia belum melakukannya sejak Kimber menghilang. Dia merampungkan minumannya kurang dari semenit dan meremas kaleng kosong itu setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Original Horror Stories (Indonesia)
HorrorFollow Instagram: Horrorindo0 berbagi Fakta,foto foto dan meme horror Hallo , saya disini hanya akan berbagi cerita cerita seram.. semoga kalian terhibur dengan cerita cerita disini.. sebenarnya sebelumnya saya udah pernah create cerita cerita sera...