Borrasca PART 1

2.8K 62 0
                                    

Src: cpi fb

Ini merupakan kisah panjang yang belum pernah kalian dengar sebelumnya. Kisah berikut mengenai sebuah tempat terpencil, tersembunyi, di pegunungan; sebuah tempat di mana hal-hal buruk terjadi. Kalian mungkin berpikir bahwa kalian telah mengetahui begitu banyak hal buruk, kalian boleh mengira bahwa kenyataan telah terkuak, namun kenyataan sungguh berbeda. Sebab kenyataan yang ada jauh lebih buruk dari monster manapun atau manusia terjahat sekalipun.

Awalnya, aku sangat gusar saat mereka mengatakan bahwa kami sekeluarga akan pindah ke sebuah kota di Ozarks. Aku masih ingat saat itu hanya bisa menatap piring makan malam, sementara kakak perempuanku, meluapkan kemarahan –dengan histeris- yang berlebihan bagi sosok pelajar berprestasi berusia 14 tahun. Dia menjerit, merengek, dan kemudian memaki orangtuaku. Dia melempar mangkuk ke arah ayah dan mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahan lelaki itu. Ibu meminta Whitney untuk menenangkan diri, namun Whitney kemudian berlari dengan marah, membanting semua pintu saat menuju kamarnya.

Diam-diam, aku juga menyalahkan ayah. Gosip yang beredar telah mampir juga ke telingaku: ayah telah melakukan sebuah kesalahan, sesuatu yang buruk, sehingga kantor sheriff harus memindahtugaskannya ke negara bagian lain demi menyelamatkan mukanya. Orangtuaku tak ingin aku mengetahui hal tersebut, namun aku tahu.

Saat itu umurku sembilan tahun, jadi tidak makan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan perubahan; semua itu layaknya sebuah petualangan belaka. RUmah baru! Sekolah baru! Teman-teman baru! Sedangkan Whitney, tentu saja merasakan hal sebaliknya. Pindah sekolah bagi gadis seumurannya merupakan hal yang berat, dan jauh dari kekasihnya, terasa jauh lebih berat lagi. Saat kami mengemas barang-barang dan berpamitan, Whitney terus merajuk, menangis dan menjerit, serta mengancam akan kabur dari rumah. Namun sebulan kemudian, saat kami akhirnya berangkat menuju rumah baru kami di Drisking, Missouri, Whitney, yang duduk di sebelahku, berkirim sms layaknya orang kesurupan.

Sungguh beruntung, kami pindah sekitar musim panas sehingga aku punya waktu luang beberapa bulan untuk menjelajahi kota. Saat ayah memulai kerjanya di kantor sherrif, ibu mengajak kami berkeliling kota menjelaskan tentang ini dan itu. Kota ini jauh lebih kecil dari St. Louis namun juga jauh lebih nyaman. Tidak ada tempat “buruk” dan keseluruhan kota nampak layaknya tempat-tempat indah yang kerap muncul di kartu pos. Drisking dibangun di sebuah lembah pegunungan dan dikelilingi oleh hutan lebat yang di dalamnya terdapat jalur untuk berjalan atau mendaki dan danau sebening kristal. Umurku sembilan tahun, saat itu musim panas, dan semua hal itu nampak layaknya surga di mataku.

Kami baru tinggal sekitar seminggu saat tetangga sebelah berkunjung mengenalkan diri: Tuan dan Nyonya Landy beserta putra berumur sepuluh tahun mereka, Kyle. Sementara orangtua kami ngobrol sambil minum mimosa, kulihat putra keluarga Landy yang kurus dan berambut merah itu hanya diam di dekat pintu masuk dan dengan malu-malu menatap PS2 di ruang tamu.

“Eh, sering main?” tanyaku.
Dia nampak ragu. “Tidak juga.”
“Mau main? Aku punya game baru: Tekken 4.”
“Um …” Kyle melirik ibunya –yang baru saja meraih gelas mimosa ketiga. “Iya, mau.”

Dan sore itu, dengan mudah dan tanpa berbelit-belit, aku dan Kyle bersahabat baik. Kami menghabiskan pagi musim panas yang dingin dengan menjelajahi Ozarks, sementara pada sore harinya yang panas, kami bermain PS2 di ruang tamu. Dia mengenalkanku dengan satu-satunya anak di lingkungan kami yang seumuran: seorang gadis ramping dan pendiam bernama Kimber Destaro. Dia begitu pemalu namun ramah, dan selalu terbuka untuk segala hal. Kimber bersahabat dengan kami begitu baik dan luwesnya sehingga dengan cepat, dia menjadi sosok tak tergantikan dalam lingkaran trio bersahabat ini.

Dengan ayah yang selalu bekerja, ibuku yang tenggelam dalam hubungan persahabatan baru dengan tetangga, dan kakaku yang mengurung diri di kamar seharian, musim panas serasa sebuah persembahan untuk kami. Kyle dan Kimber menunjukan jalur hiking terbaik, yang mengarah pada danau terbaik (dan dapat diakses dengan sepeda), serta toko terbaik di kota. Saat harus masuk sekolah untuk pertama kalinya, aku sudah merasa layaknya di rumah sendiri.

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang