Trapped

3.7K 155 3
                                    

Ketika Alex masuk ke dalam lift, gadis itu sudah ada di sana, bersandar di dinding lift, nampak agak pucat dan gemetaran. Saat mereka bertatapan, gadis itu tersenyum lemah padanya.

"Mau naik?" Tanya Alex berbasa-basi.

Gadis itu mengangguk. "Aku sudah pencet tombol lantaiku," ujarnya dengan suara agak terpatah.

Alex diam-diam memandangi pantulan gadis itu di pintu lift. Dia muda dan cantik, dengan dandanan bernuansa glamor ala tahun 30-an. Dia sebenarnya bisa makin cantik dengan topi bundarnya yang feminin itu, kalau saja wajahnya tidak berkeringat dan rambutnya tak nampak lepek dan suram. Dia tidak memakai makeup seperti para karyawan wanita yang bekerja di gedung itu, dan ada warna gelap yang sangat jelas terlihat di bawah matanya. Tangannya memegangi dinding lift dan ia bernapas seolah baru saja menyelam yang lama di dalam air. Sesekali ia bahkan nampak sudah hampir muntah.

"Klaustrofobia, ya?" Tanya Alex iba. "Bibiku juga sama."

Gadis itu hanya mengangguk, matanya terus mengarah ke karpet lift.

"Tak usah khawatir, sekarang teknologi lift sudah canggih. Lift ini bahkan tidak kedap udara...."

"Bukan itu," potong si gadis, suaranya gemetaran. "Terperangkap. Aku paling benci rasanya terperangkap!"

Alex sedikit kikuk karena kata-katanya dipotong dengan ketus, dan berpikir apakah dirinya sebaiknya menenangkan gadis itu dengan memegang bahunya atau apalah.

"Bibiku ikut...apa namanya? Terapi kognitif, itu dia. Untuk klaustrofobianya. Ternyata lumayan manjur."

Saat itu, terdengar suara 'ting,' dan pintu lift bergetar membuka.

"Oke, aku turun di...hei."

Alex berputar menatap gadis itu.

"Kau...tadi naik dari mana?"

Gadis itu diam saja.

"Tadi aku naik dari lantai dasar. Tidak ada lantai lagi di bawahnya. Kau tadi sudah ada di dalam...dari mana kau naik?"

Gadis itu merosot ke lantai dan duduk sambil menekuk lututnya, lantas mengangkat wajahnya yang berurai air mata. Alex mundur dan dengan gelisah melirik ke dinding lift; bayangan gadis itu ada di sana, tapi nampaknya ada yang salah.

Desahan putus asa gadis itu membuatnya berpaling lagi. "Keluarlah, sebelum pintunya tertutup," ujar si gadis. "Kau tak mau terperangkap, 'kan?"

Saat itu, cahaya pagi menyeruak masuk lewat jendela yang berada tepat di seberang pintu lift. Alex melindungi matanya dari kilasan cahaya yang mendadak terpantul di dinding lift, namun begitu ia membuka mata, yang dilihatnya hanyalah bayangannya sendiri. Si gadis telah hilang.

"Pergilah," didengarnya suara gadis itu, "sebelum kau juga terperangkap."

Tanpa membuang waktu, Alex bergegas keluar, memandang ke arah cahaya pagi dan tak mau menoleh lagi.

END

Original Horror Stories (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang