Written by Anuna13
"Maukah kau kembali bersamaku?"
Kalimat yang keluar dari mulut pak Ravindra semalam masih saja terngiang di telinga Ziana hingga saat ini.
Semalam, Ziana benar-benar dibuat tak berkutik. Dirinya terjebak dalam satu ruangan dengan pak Ravindra dalam keadaan yang sungguh awkward.
Untung saja dirinya bisa mengalihkan pembicaraan dengan berdalih jika pak Ravindra dan dirinya butuh istirahat setelah peristiwa di gedung terbengkalai. Namun nyatanya dirinya tetap terjaga di ruangan Mala hingga pagi hari menyapa.
"Zi!" panggilan ketiga kalinya oleh lelaki yang sedari tadi berjalan disampingnya. Itu Klaus.
Klaus datang ke rumah sakit sekitar pukul 01.05 WIB dini hari. Ternyata polisi membutuhkan banyak waktu untuk mencatat pernyataan Klaus sebagai saksi. Ia tidur di sofa ruangan pak Ravindra.
"Eh, Klaus." Ziana tetaplah Ziana yang akhir-akhir ini banyak melamun. Sehingga tidak sadar jika Klaus sedari tadi berjalan bersisian dengannya.
"Kau sedang memikirkan apa?" Klaus bertanya sembari memberi botol minuman kepada Ziana yang kemudian diterima setelah mengucap terima kasih.
"Tentu saja peristiwa semalam." Ziana mengalihkan pandangannya pada taman rumah sakit yang berada persis di tengah-tengah bangunan rumah sakit ini.
Langkah kakinya menuju ke sana. Masih diikuti oleh Klaus. Hari masih terlalu pagi, mereka menunggu dokter yang menangani Mala dan pak Ravindra datang memeriksa dan mengizinkan mereka pulang.
"Bagaimana Adelina? Apa polisi memenjarakannya?" pertanyaan bodoh, ia sudah tahu jawabannya tetapi masih saja ditanyakan. Hanya untuk memastikan bahwa ini berakhir seperti yang diperkirakan.
"Yeah, begitulah. Tetapi ini tidak akan berakhir seperti apa yang kau perkirakan." nah, sekarang Klaus seperti bisa mendengar suara pikiran si gadis disampingnya.
"Kau baru saja membaca pikiranku?" Ziana dibuat heran, tentu saja.
"Haha, tidak. Aku bukannya membaca pikiranmu, Zi. Hanya saja aku tahu kalau kau berpikiran seperti itu." terang Klaus.
"Ah, begitu rupanya." Ziana menenggak air dari botol minuman yang diberi Klaus tadi hingga tersisa setengahnya.
~~~~
"Pasien sudah boleh pulang. Tetapi harus beristirahat secara maksimal di rumah. Tidak boleh banyak bergerak. Karena jahitan luka tembak pada punggungnya masih belum kering. Pasien bisa datang kembali setelah seminggu untuk melepaskan jahitannya. Saya permisi." Jelas Dokter yang menangani pak Ravindra.
"Siapa yang semalam bilang 'luka saya tidak separah itu'?" Tentu saja pertanyaan Ziana itu ditujukan pada pak Ravindra.
"Ada apa dengan tatapan mata kalian ini. Kalian tidak perlu khawatir, saya baik-baik saja." Kalian yang dimaksud tentu saja bukan Klaus salah satunya, melainkan Ziana dan Tasya.
"Baik-baik apanya sih, pak? Kata dokter tidak boleh banyak gerak, lho." Kali ini Tasya yang menyambar.
Pak Ravindra tidak lagi membantah setelah kedua mahasiswinya mengocehi dirinya.
Sedangkan kondisi Mala sudah lebih baik. Tangan dan kaki kanannya dibalut perban setelah mendapatkan jahitan pada luka bedah untuk mengambil peluru yang ditembakkan Adelina. Ia dan pak Ravindra boleh pulang. Dan seminggu kemudian disarankan datang untuk membuka perban dan melepas jahitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BK7 - Kumparan Waktu
RomanceSesuatu yang berhubungan dengan senja selalu saja memuakkan. Ia sangat menyesal mengetahui kenyataan bahwa ia sempat tergoda. "Kamu tidak seharusnya hidup." Suara berat menghancurkan lamunannya. "Kamu lebih baik mati." laki-laki tadi kembali beruc...