Bab 16 - Makan Angin

59 12 0
                                    

Written by: sereintopia


Seorang gadis yang terjebak di dalam tubuh perempuan keturunan berdarah Jawa-Belanda itu mengerutkan kening ketika menoleh dan melihat postur seseorang yang entah mengapa, terasa begitu familier. Orang itu terlihat sedang menuangkan isi botol yang Ziana yakini sebagai alkohol. Terlihat jelas dari warna kuning keemasan yang telah memenuhi ruang kosong di dalam gelas.

"Elena?"

Panggilan yang muncul secara tiba-tiba berhasil mengejutkan Ziana. Terlebih lagi ketika menyadari bahwa panggilan tersebut berasal dari mulut Dante.

"Sayang? Kaukah itu?"

Dapat Ziana lihat dengan sangat jelas, Dante menghampiri wanita yang langsung menoleh ketika menyadari bahwa orang yang selama dua jam terakhir dia tunggu-tunggu, telah tiba.

"Elena ada di kamarnya." Wanita itu mulai menyodorkan gelas berisi alkohol yang telah dia persiapkan ke arah Dante. "Tunanganmu meminta agar aku memberikan minuman ini jika kau sudah sampai."

Dante hendak menahan pergerakan tangan wanita yang ada di hadapannya, tetapi ketika melihat binar kecewa yang menghiasi kedua bola wanita tersebut, pemuda itu memutuskan mengambil gelas berisi alkohol yang telah dipersiapkan untuknya.

"Ah, terima kasih. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot menyiapkan ini."

Suara tegukan terdengar ketika Dante mulai menegak gelas berisi alkohol yang ada di tangannya. Sensasi panas yang melewati kerongkongan berhasil membuat penat yang membebani selama seharian penuh sirna.

Ziana dapat melihat seulas senyum penuh arti wanita itu kembangkan di wajah. "Sudah menjadi tanggung jawabku untuk membantu tunanganmu itu, bukan?"

Dante membalas kalimat yang wanita itu lontarkan dengan mengangguk singkat. "Sekali lagi terima kasih banyak." Pemuda itu mengangkat gelas yang ada di tangan, Dante memutuskan untuk berpamitan sebelum mulai beranjak pergi menghampiri kamar tempat Elena berada.

"Selamat malam, Ad-"

Bruk!

Ziana yang sedari tadi terdiam, memerhatikan interaksi yang Dante dan wanita tersebut lakukan. Ia membulatkan kedua bola mata ketika menyaksikan tubuh tegap milik Dante yang terhuyung dan langsung menabrak wanita yang ada di depannya.

"Dante!"

Tidak ada satu pun orang yang dapat mendengar suara teriakan Ziana tatkala melihat senyum miring yang wanita itu tunjukkan ketika mulai memboyong Dante yang telah sepenuhnya terpengaruh minuman tadi. Ziana berniat menghampiri wanita yang hendak membawa Dante ke sebuah ruangan yang diyakininya sebagai kamar Elena. Namun, pergerakannya langsung terkunci ketika mendengar suara desiran ombak.

"Bajingan!"

Kala waktu berganti tanpa bisa Ziana kendalikan, gadis itu kembali dikejutkan oleh suara teriakan yang berasal dari buritan. Dari jarak sekitar satu meter, Ziana memperhatikan wajah kemerahan Dante yang dipenuhi oleh amarah.

"Kemari kau." Pemuda itu bergerak maju seraya menyambar botol bekas alkohol yang telah sepenuhnya kosong.

"Dante, a-aku ...."

"AKU BILANG KEMARI!"

Tanpa peringatan sedikit pun, suara pecahan kaca terdengar. Dante baru saja menghantamkan botol yang ada di tangan ke tiang penyangga kapal. Ziana berdesis ngeri ketika melihat darah segar mulai mengalir dari tangan Dante. Ia bersumpah bahwa pemuda itu terlihat jauh lebih mengerikan dari yang sebelum-sebelumnya.

BK7 - Kumparan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang