9. Pinjam seumur hidup dan testpack

653 82 2
                                    

Be your idol !
🌟















Mereka pun segera bergegas ke tempat pemotretan, Jisung ditinggalkan di apartemen Jaemin sendiri. Tidak perlu khawatir, Yangyang — tangan kanan tuan Taeil dan Doyoung — akan datang, Jaemin sudah memberi tahu. Tentunya itu di bayar, kenapa? Karena Yangyang mata duitan.

Didalam perjalanan keduanya terdiam saja, sesekali Jeno melirik Jaemin yang tampak tegang. Tangan lelaki itu terlihat gemetar kecil. Apa dia punya trauma naik mobil atau semacamnya?

"Kau kenapa?" Tanya Jeno saat mereka sampai di tempat pemotretan, Jeno belum membuka kunci pintu mobil.

Jaemin menoleh ke arah Jeno, ia berusaha untuk terlihat tenang dan juga tidak tegang.

"Tidak apa. Buka pintunya! Kita ada pemotretan!"

"Kau sedang berbohong"

"Hah?"

Jaeminnya, punya kelakuan khusus saat berbohong, salah satunya adalah sepasang bola mata itu mencoba menghindari tatapan mata lawannya. Dan jari telunjuk yang terus di gerakkan. Jeno tahu persis tiap inci, sifat, kelakuan Jaeminnya.

"Apa yang kau bicarakan? Cepat Jen-"

Cup!

Sebuah bibir mendarat di bibir Jaemin, bibir hangat dan tebal yang ia rasakan 6 tahun lalu, gerakan yang lembut. Sama persis 6 tahun lalu. Hingga tanpa sadar Jaemin menutup kelopak matanya, ia terbuai oleh ciuman Jeno.

Tangan Jeno bergerak ke arah kepala si manis, menekan ciuman tersebut, bahkan Jeno sampai tidak sadar dimana mereka.

Tok! Tok! Tok!

"EKHEM! KALIAN"

Suara ketukan yang berasal dari sisi kaca Jaemin membuat keduanya berhenti. Entah saliva milik siapa yang berserakan di dagu Jaemin.

Sepasang mata dari luar tampak memberikan kode bahwa pemilik mata itu marah bukan main.

🌟

"Kenapa lama sekali?! Kalian tidak peduli dengan photografer yang kelelahan menunggu kalian?! Lihat kalian telat berapa jam! Kalian datang saat para staf sudah beres-beres! Dan mereka menatap ku dengan kecewa kau tahu?!"

Belum selesai dengan omelannya, Haechan melanjutkannya. "Dan kalian! Datang dan berciuman di mobil?!" Suara Haechan mengecil dibagian kalimat terakhir. Ia juga tidak mau ada skandal baru lagi, ia tidak mau melihat mata-mata kecewa itu lagi.

"Haechan.. ini hanya sekali kan? Lagian masih ada pemot-"

"HANYA SEKALI?!!"

Jeno dan Jaemin kembali merenung, menunduk bagaikan anak kecil yang sedang di omeli habis-habiskan oleh Ibunya.

"Kau pihak bawah tapi ceweret sekali" celetuk Guanlin.

Mereka berempat menoleh ke sumber suara, Guanlin dan Renjun sedang memakan es krim.

"Renjun? Guanlin?"

"Ah maaf aku pinjam PACAR mu ini sebentar, kalau tidak diizinkan. Aku pinjam SEUMUR HIDUP ya"

Dug!

Suara pukulan dari Renjun membuat Guanlin meringkis lalu terkekeh setelahnya.

"Kalian ini.. artis yang sangat egois.." Haechan menggelengkan kepalanya, rasanya pusing sekali.

"Aku tidak tahu apapun? Apa yang terjadi?" Dari lain arah, Mark datang dengan beberapa minuman.

"KAU JUGA!" Haechan kembali geram teringat Mark yang tak menemaninya, padahal Mark adalah manajer Jeno. Haechan mengambil botol air yang berada di sebelahnya lalu menyiram wajah Mark. Sang pemilik wajah hanya diam, karena dia tahu dia salah karena baru datang sekarang dan tak menemani kekasihnya-

🌟

"Haechan, coba pakai ini" celetuk Jeno yang baru saja datang dengan sebuah benda di sela-sela jarinya. Dia baru saja kembali dari minimarket di dekat mereka berempat.

"Kau sering marah-marah akhir ini?" Dengan polosnya Jeno menaruh benda itu di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sering marah-marah akhir ini?" Dengan polosnya Jeno menaruh benda itu di atas meja.

"Jen-" dua org lainnya tampak cemas karena Haechan tak merespons.

"Kenapa?"

"LEE JENO SIALAN!! MENGHILANG KAU DARI HIDUPKU!!"

"Haechan hati-hati!"

🌟

Haechan terduduk di sisi kasurnya, teringat testpack yang diberi oleh si sinting Jeno itu. Jemarinya memegang alat itu, ia teringat beberapa hari lalu berhubungan dengan Mark saat sedang mabuk.

Ia ingat betul saat itu, bangun pagi dengan seluruh badan dalam keadaan pegal dan tanpa mengenakan pakaian. Disampingnya Mark yang masih tertidur lelap, meja kerjanya yang sangat berantakan. Baju yang berserakan di lantai rumah manajer Jeno itu.

Tapi ia tak merasakan mual sama sekali, hanya rasa laparnya terus menerus datang, tak lupa dengan moodnya yang naik turun beberapa hari terakhir.

"Apa aku perlu?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Apa yang perlu paman?" Suara lucu khas anak kecil terdengar dari balik pintu.

"Aa.. Jisungiee. Tidak hanya penasaran dengan alat ini" Haechan menampilkan alat tersebut pada Jisung.

"Alat ini? Ini apa paman?"

"Ini alat.. alat pengukur suhu tubuh! Ya pengukur suhu tubuh! Jisung tahu kan?"

"Ooh, icung tahu! Paman tinggal letakkan di mulut!" Celetuk si kecil sambil mengayunkan kakinya di sisi kasur Haechan.

"Ah begitu? Wah Jisung pintar sekali" puji Haechan sambil mengelus rambut anak kecil itu.

'Bagaimana jika aku punya anak? Diumur begini?'

'Haha, tidak masalah kan?'













maaf yaa. Word nya sampe 700an aja, aku agak sibuk soalnya ada bibi dateng berobat hehe. Dan maaf banget telat up 😔 makasiii banget yg udh nungguin.
Jangan lupa vote dan komen yhaa, tengkiees!

Be your idol !
-TBC

Be your Idol! |Nomin ft. RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang