Melon

88 16 14
                                    

🍈
01.07

"Dik, kenapa?" tanya Wira yang melihat Dika khawatir setelah mengangkat telpon dari Tharn.

"Semua berkas dan bukti kasus kita hilang!" ucap Dika membuat Daniel dan Wira saling memandang.

"Sial! Arhhhhh." yak bisa kita tebak jika saat ini Dika sedang kesal.

"Lu mau kemana?" tanya Daniel.
"Kita ada kelas sore ini." lanjut Daniel tapi Dika tetap tidak mendengarkanya.

"Niel lu ikut Dika yah, soal kelas gua bakal absen kalian. Biar dosen gak ngamuk kalian gak ada." saran Wira.

"Tapi Wir, lu wakil ketua kan?"

"Penasehat lebih dibutuhkan dari pada wakil ketua, udah buruan keburu Dika ngabisin seluruh anak Kilking." ucap Wira.

Wira dan Daniel tanpa Dika beritahupun mereka sudah tau jika kasus ini ada kemungkinan berhubungan dengan kecelakaan itu, makanya mereka paham jika saat ini Dika bisa menjadi srigala yang haus akan darah.
Tidak ada yang bisa menghentikanya bahkan kakaknya sendiri.

Dika dan Daniel datang ke markas kilking, disana duduk Khan yang sedang sibuk dengan komputer berusaha meretas dan mendapatkan kembali semua bukti. Yang paling aneh adalah semua barang bukti di kantor polisi ikut hilang. Semua usaha anak kilking sia-sia, setengah dari mereka pergi mengejar target yang mereka curigai diawal.

"Gimana semuanya bisa hilang?" tanya Dika mendekati Khan.

"Gua gak tau Dik." jawaban Khan membuat Dika menarik kerah bajunya hingga Khan berdiri dihadapanya.

"Dik, sabar lah dulu." Thanaya menyentuh bahu Dika membuatnya melepaskan Khan.

"Tharn ini tugas lu kan buat amanin semua bukti, kok dengan mudah semuanya hilang?" tanya Dika. Tharn sedikit gelisah menjawab pertanyaan Dika membuat Khan yang langsung menyela.

"Aku yang tangung jawab atas semuanya Dik." ucap Khan.
Dika dengan mata pekatnya menatap Khan penuh amarah.

"Khan, lu bilang gak tau apapun. Bilang sama gua siapa aja yang jaga kantor polisi hari ini?" tanya Dika mengintimidasi Khan.

"DIKA CUKUP!"

"GAK BISA KAK, MASALAHNYA KASUS INI KEMUNGKINAN.. "

"ADA HUBUNGANYA DENGAN KEMATIAN ORANG TUA KITA!" ucapan terakhir Thanaya membuat Dika terdiam. Daniel mendekat mengaguk dan menyentuh bahu Dika memberikanya semangat.
"Percuma dek, polisi udah tutup kasus ini." lanjut Thanaya membuat Dika semakin diam.

Thanaya terduduk kemudian Khanaya ikut duduk disebelahnya.
"Kakak tau dari awal dek, kakak kira kita bisa menemukan titik terang kecelakaan ibu sama ayah, tapi nyatanya tetap jalan buntu." ucap Thanaya.

"Dan makasih juga buat anak kilking." lanjut Thanaya.

"Kak, lima tahun ini emang kita gak berhasil. Tapi usaha kita bakalan manis kok, tunggu aja hari nya." Daniel tersenyum memberikan semangat pada semua anak kilking.

Tapi Khan terlihat cemas seolah menyembunyikan sesuatu yang sangat bermasalah.

_Ahmad_Dan_Aisyah_

Dosen datang siang ini, Wira sudah menyiapkan semuanya. Dirinya sengaja mengambil bangku disudut untuk mengelabui dosen.

"Ahmad Dhikaframanta!"

"Hadir pak!" suara Wira sedikit dia buat serak agar mirip dengan suara Dika.

"Ihhh nyebelin banget sih nih orang dua, namanya pakek deketan lagi. Haduhh semoga gak mirip suara yang tadi." batin Wira.

"Daniel Davidsan!"

"Hadir pak!" suara Wira sangat cempreng ketika itu membuat anak yang lain reflek melihatnya termasuk dosen membuatnya reflek menutup wajahnya dengan buku.

"Daniel, suara mu berubah." ucap dosen tersenyum kemudian lanjut mengabsen.

"Huh! Selamat." gumam Wira dan kemudian menyanggah pipinya dengan tangan. Wira sedikit melamun sampai

Brak..

Sebuah spidol mengenai kepala kesayanganya itu membuatnya refleks berteriak dan berdiri.

"Siapa yang lempar!" teriak Wira.

"Saya yang lempar!" jawab dosen.

"Ehh bapak, saya kira Arka yang lempar pak!" ucap Wira menunjuk temanya sembari tersenyum.

"Bapak udah pangil nama kamu berkali kali dan itu mana dua barongsai mu!" ucap dosen membuat Wira mendengus kesel.

"Anj*r, ngabsen nama orang tapi nama sendiri malah lupa. Duhh ini alesan apa yah biar bapak jengot gak berisik." batin Wira, sengaja dia dan temanya memangil dosen ini Jengot karena jenggot nya yang panjang juga dia sangat cerewet.

"Ehhh anu pak, lagi di wc, hehehe." ucap Wira setengah tertawa.

"Perasaan bapak gak liat mereka keluar?" tanya nya.

"Ohh mereka baru aja keluar pak." ucap Wira kemudian si dosen tidak lagi bertanya.

"Ehh mumpung nih bapak gak banyak tanya. Hemm ada yang aneh." gumam Wira memperhatikan dosen itu dengan lekat.

"Ohh yah Wira!" ucap dosen membuat Wira terlonjat kaget.
"Kamu kalau mau ikut keluar kelas gak apa apa, bolos kek dua temen mu." ucap dosen membuat Wira diam.

"Ini peringatan buat Dika sama Daniel." lanjut nya kemudian kembali mengajar.

"Haduh kena deh gua."

Aisyah pulang bersama Fatimah sore ini, dia melihat Husein di sebrang jalan. Tapi seorang wanita mengikutinya. Yahh dia adalah Amanda.

"Pak Husein tunggu dulu, saya masih belum paham dengan tugasnya." ucap Amanda memegang tangan Husein membuat Fatimah dan Asiyah saling memandang.

"Kak itu cewek yang selalu ngejer Abang kan?" tanya Aisyah.

"Iya Syah, gak tau diri banget. Padahal udah dibilangin abang udah tunangan tapi tetap aja itu jalang ngikutin." balas Fatimah jutek.

Aisyah menatap abangnya dengan seksama ketika sampai di depanya. Fatimah masih menatap Amanda sampai dirinya pergi.

"Itu tadi selingkuhan abang yah, kasih tau kak Naya lohh." ancam Aisyah.

"Biasalah fans abang. Tadi mau kasih tau siapa, kak Naya? emang Naya bakal percaya sama bocil!" ejek Husein kemudian masuk ke mobil nya diikuti Fatimah dan Aisyah.
Aisyah sedikit cemberut kemudian Fatimah menghiburnya dengan mengacak sedikit hijab nya.

Saat dirumah Aisyah tersenyum memeluk bonekanya. Kemudian mengingat kejadian itu, pertama kali dirinya bertemu dengan Dika.

"Sekarang aku yakin kalau kak Ahmad adalah orang yang aku cari selama ini." ucap Aisyah.
Yahh Aisyah sudah lama bertemu Dika dan pertemuan nya di kampus hari itu bukan hari pertama mereka bertemu.
Sebelumnya Aisyah sudah pernah bertemu dengan Dika di perayaan dan perkenalan universitas yang Aisyah masuki.

Dia melihat Dika mencetak poin pada permainan basket, itulah yang membuatnya belajar main basket. Bukan hanya itu saat tas Aisyah hilang, Dika lah yang mengantarkanya pada Aisyah tapi itu sudah lama sekali bahkan mungkin Dika sudah tidak mengingatnya.

Saat yang sama Aisyah mendapat pesan dari Dika.

Kak Ahmad
Aisyah tolongin kakak
Kamu ikut lomba basket yah
Kakak belum ada pasangan
Pokoknya harus!

"Nih orang minta tolong atau maksa sih." ucap Aisyah.

Aisyah
Woke ,kak!

Bersambung
Jan lupa comen and vote
Jan lupa bersyukur 🤗

Req pembahasan sekilas yuk, sama nama buah🤗

Byebye

lima tahun ini emang kita gak berhasil. Tapi usaha kita bakalan manis kok, tunggu aja hari nya

Daniel Davidsan 🐢

The Little MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang