🥑
01.05"Astagfirullah, sial kenapa aku melihatnya." Aisyah mengeluh melihat Dika yang masih tertidur dengan setengah tubuhnya ditutupi selimut sedangkan setengahnya tidak tertutupi apapun.
"Hoi, cepatlah bangun!" gumam Aisyah.
Dika terbangun karena mendengar suara kecil Aisyah, Dika menatap Aisyah yang membelakanginya.
"Sudah lama?" tanya Dika. Aisyah berbalik dan menggeleng pelan.
"Oh!" Dika hendak berdiri namun Aisyah mencegahnya."Hoi kak!" teriak Aisyah berbalik.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dika.
"Tenang, aku pake kolor kok." ucap Dika kemudian tersenyum smrik."Apa kakak setiap malam kayak gini?" tanya Aisyah menatap wajah Dika.
"Udah biasa, dah aku mandi dulu. Kamu tunggu sini yah!" ucap Dika kemudian berdiri mengambil handuk.
"Aku keluar aja."
Dika berhenti di pintu kamar mandi kemudian berbalik menatap Aisyah yang sudah di depan pintu kamar.
"Ehhh tunggu,"
"Ehh?" Aisyah berbalik menatap Dika dengan bingung. Dika mendekati Aisyah kemudian melihat keluar kamar lalu menutup pintu kamar.
"Kamu bertemu wanita di bawah tadi?" bisik Dika. Yang dia maksud adalah Thanaya. Aisyah dengan santai menganguk.
"Jangan keluar, dia sedang melakukan ritual aneh diluar!" ucap Dika.Aisyah menatap Dika dengan lekat seolah tidak percaya dengan ucapan Dika.
"Yaudah kalau gak percaya, tapi kalau gak salah dia lagi nyari tumbal." lanjut Dika kemudian pergi ke kamar mandi.
Aisyah yang bingung akhirnya memilih untuk duduk di kasur Dika sembari membereskan kamar Dika yang berantakan.
Aisyah menatap drum di sudut kamar dengan gitar listrik. Banyak poster grub musik yang juga terkenal membuat Aisyah tersenyum manis."Liat apa?" tanya Dika mendekati Aisyah.
"Kakak suka musik?"
"Hn."
Aisyah melihat bola basket di dekat gitar kemudian menatap Dika.
"Kakak anak basket?" tanya Aisyah.
"Hn."
"Aku juga suka basket," ucap Aisyah.
"Kalau gitu kamu bisa gabung dengan club basket?" ucap Dika dengan wajah antusias dan Aisyah hanya tersenyum.
Dika membawa Aisyah ke ruang belajarnya. Aisyah dan Dika saling berkerja sama membuat miniatur kincir angin itu. Mereka sangat serius bahkan hampir tidak ada waktu untuk mengobrol.
Tring..
Tring..
Tring...
Handpone itu terus berdering kemudian Dika mengangkatnya mendapati Wira yang sedang bicara.Wira: "Lu dimana bang*at! Kita nungguin di kantor polisi."
Iya gua dateng.
Wira: "Cepet yah ketua dispenser!"
Dika segera menutup telpon sebelum Wira ngoceh gak jelas. Aisyah menatapnya menunggu Dika berbicara, mereka hanya berdua karena Thanaya sudah pergi dari tadi.
"Aisyah kamu pulang aja yah." ucap Dika.
"Pulang? Kenapa kak?" tanya Aisyah bingung.
Dika melihat jam yang baru menunjukan pukul sembilan itu."Kakak ada urusan."
"Kalau gitu aku disini aja ngerjain tugas kakak." saran Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Mafia
Umorismopara pangeran surga menatap gadis soleha nan polos itu. Ahmad dan Aisyah dua sosok manusia yang sangat berbeda. Ahmad dengan sikap tegas dan egoisnya sedangkan Aisyah dengan sifat polos dan lembutnya. Glapp "Aaa." teriak Aisyah. Aisyah sangat takut...